1. Tujuan Menulis

2.8K 389 133
                                    

"Apa, sih, tujuan menulis kita?"

Ada banyak penulis pemula yang mudah sekali hilang harapan di tengah jalan. Tidak bergairah lagi menulis, atau mungkin malah berpikir menulis itu membuang-buang waktu dan lebih baik digunakan melakukan hal yang lebih berguna. Inilah yang menyebabkan seseorang menjadi malas menulis; mereka tidak tahu apa tujuan dalam menulis.

Ketika dihadapkan dengan pertanyaan tentang tujuan menulis, akan ada dua tipe orang yang menanggapi dengan jawaban berbeda.

"Aku menulis supaya bisa terkenal seperti para penulis keren sekelas J.K Rowling, supaya punya banyak fans dan kemana-mana diwawancara, terus nanti naskahnya diangkat ke layar lebar seperti Harry Potter."

"Aku menulis untuk menuangkan isi di dalam pikiran, sebagai caraku untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi orang banyak, membagi ilmu, serta menghibur pembaca."

Dua motivasi di atas menentukan seberapa kuat mental kamu untuk terus menulis. Lebih condong di manakah kamu sekarang? Tanyalah pada dirimu sendiri. Kalau kamu merasa jawaban kamu adalah yang nomor dua, tanyalah sekali lagi, apakah itu yang benar-benar kamu cari?

Kalau ya, selamat, berarti kamu sudah bisa menanamkan motivasi luar biasa dalam diri kamu.

Sekarang, apakah memiliki motivasi nomor satu adalah hal yang terlarang? Oh, tidak juga.

Dua motivasi di atas sama-sama benar. Tidak ada yang harus dihina dari motivasi nomor satu meski kedengarannya begitu egois. Akui saja, sebagai penulis, kamu pasti ingin karyamu menjadi terkenal dan kamu bergelimpangan harta, bukan?

Aku tidak melarangmu untuk menyingkirkan pikiran ingin terkenal. Aku hanya mengarahkanmu bahwa, daripada ketenaran menjadi sebuah tujuan, lebih baik jadikan itu sebagai sebuah harapan. Kamu hanya perlu merendahkan ekspektasimu untuk terkenal dan lebih fokus menebarkan pesan dalam cerita.

Yang membedakan dua motivasi di atas adalah intensitas ketulusan dalam melakukannya.

Nomor satu mungkin bisa mendorongmu menulis, tapi kamu tak akan bisa bertahan dengan motivasi seperti itu selamanya, sebab yang kamu cari hanyalah ketenaran dan apresiasi.

Kamu akan mudah mengeluh sebab karyamu tidak segera dilirik penerbit. Kamu depresi sebab karyamu tidak ada yang memuji. Kamu menangis setiap malam sebab karyamu kalah pamor dengan cerita lainnya. Apa yang kamu harapkan dari mindset seperti itu? Kamu kaya, lalu apa? Kamu terkenal, lalu bagaimana?

Inilah yang menjadi sebab mengapa menjadikan nomor satu sebagai motivasi utama kamu adalah hal yang salah.

Sebaliknya, motivasi nomor dua terlihat efeknya dalam jangka panjang. Kamu akan lebih komitmen dalam menulis, sebab kamu didasari ketulusan untuk berbagi kepada orang lain. Menulis dengan ketulusan seperti ini sama halnya seperti membiarkan amal jariyah mengalir dalam hidupmu. Tak lekang oleh waktu. Seperti kata seorang penulis Indonesia:

Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ―Pramoedya Ananta Noer.

Sampai kamu meninggal, pesan-pesan kamu akan terus dikenang, diamalkan, diingat oleh orang banyak.

Membuat orang terhibur dengan tulisan kamu juga merupakan amal jariyah. Bayangkan apabila kamu bisa menebarkan kebahagiaan hanya karena orang-orang membaca tulisanmu. Mereka menangis bersama tulisanmu, tertawa bersama tulisanmu, termotivasi karena tulisanmu. Menulis tidak selalu berkaitan dengan hal-hal berat, namun bisa juga menyampaikan pesan positif sederhana yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketulusan seperti inilah yang bisa memberimu rasa cinta dalam menulis.

Jadi, apa tujuanmu dalam menulis?

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Where stories live. Discover now