3. Vote dan Komentar

1.1K 316 82
                                    

"Sepenting apa, sih, vote dan komentar bagi kamu?"

Kalau ditanya apakah vote dan komentar itu penting, aku terus terang menjawab: Penting.

Tapi, ini tidaklah menjadi tujuanku dalam membuat cerita.

Vote dan komentar yang dilayangkan pembaca penting sebagai semangat agar aku mau terus berkarya, sebagai pengingat kalau masih ada pembaca di luar sana yang menunggu ceritaku.

Bagiku, tidak peduli berapa orang yang memberi vote dan komentar, karyaku masih tetap bernilai di mata orang yang membaca. Walau yang vote dan komentar hanya ada satu, atau 100, atau 1000, itu tidak menunjukkan kalau karyaku lebih buruk dari penulis yang memiliki vomments satu juta.

Tidak, sebab vote dan komentar bukanlah tolak ukur kualitas sebuah cerita.

Tujuanku membuat cerita adalah untuk menyampaikan pesan-pesan dan menghibur pembaca, dan vomments hanyalah sebagai bonus apresiasi yang kudapatkan.

Dalam hal ini, aku tahu, semua orang pasti menginginkan apresiasi. Mendapatkan vomments yang sedikit artinya hanya sedikit orang yang mengapresiasi penulis―siapa yang berpikirkan begini?

Sayangnya, kalau kamu punya mindset seperti ini, biasanya kamu akan berpikir bahwa pembaca hanya mau enaknya saja, maunya menikmati tapi tidak mau menghargai, lantas membenci sekali jika mendapat vomment tidak sesuai target.

Oh, tolong, jangan langsung salahkan pembaca.

Kunci merasa bahagia adalah mengurangi pikiran negatif. Mari kita berasumsi yang baik-baik saja;

Tidak semua pembaca mengerti tradisi vote dan komentar.

Tidak semua pembaca selalu ingat harus vote di setiap chapter.

Tidak semua pembaca bisa mengetik komen tanpa kehilangan rasa asyik ketika membaca.

Tidak semua pembaca bisa bebas mengekspresikan komentar.

Aku juga pernah menjadi pembaca, dan keempat poin di atas sudah kulalui semua. Sebab itulah, aku mengerti bahwa mendapatkan vomments yang sedikit bukan artinya pembaca tidak mengapresiasi kamu. Siapa tahu, mereka hanya mengalami salah satu dari keempat poin di atas.

Kalau sudah tahu begini, dan kamu masih tetap mau merubahnya, cobalah untuk memberikan author note di setiap akhir chapter. Himbaulah pembaca agar mereka berkenan meninggalkan jejak. Aku yakin, beberapa pembaca yang semula siders pasti mengerti.

Tapi, tidak menutup kemungkinan akan ada pembaca yang bandel dan sengaja tidak memberi vote. Entah apa alasannya, tapi siapa tahu, kan?

Kalau kamu sebagai penulisnya, apa yang akan kamu lakukan?

Kebanyakan dari kamu biasanya langsung memasang target vote sebagai cara paksaan agar semua orang mau berpartisipasi, atau kamu juga marah-marah dan menuding para pembaca tidak tahu diri dan hanya mau gratisan.

Tenang, menurutku tidak ada yang salah dengan sikapmu, kok. Kamu hanya bereaksi normal sebagai manusia. Wajar bila kita merasa terluka saat kurang dihargai.

Apakah aku melarangmu memasang target vote? Tentu tidak.

Kamu boleh memasang target vote, itu ceritamu dan kamu punya hak. Asalkan kamu melakukan dengan wajar dan tidak menyumpahi pembacamu ("Yang nggak vote cerita gue, gue sumpahin punya anak kakinya di atas kepala!")

Apakah aku melarangmu untuk marah-marah ke pembaca? Tentu tidak.

Asalkan kamu marah dengan elegan dan bahasa tidak kasar ("Lo maunya apa, sih? Disuruh vote kagak mau, tapi seenaknya baca cerita gue. Lo tau gak, gue bikin cerita ini pakai blood, sweat, and tears! Hargai dong! Jangan mental miskin kalau mampir ke lapak gue, ya, enak aja. Dasar dajjal semua lo yang enggak vomment!")

Aduh mbak dan mas, kalau caramu seperti itu, yang ada pembaca malah kabur, dan kamu malah kelihatan seperti mengemis vote.

Lakukan semuanya dengan wajar. Kalau ada pembaca yang bandel, biarkan. Ingatlah bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk membalas kesabaran kamu.

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang