30. Jujurlah Pada Dirimu

306 88 13
                                    

"Pernah mencoba untuk jujur pada diri sendiri?"

Terkadang, kamu merasa yakin dan mampu untuk melakukan segalanya. Kamu memandang dunia dengan mudah, menganggap segala hal ada dalam genggamanmu. Mungkin, dulunya kamu memang bisa. Dulunya kamu memang menjadi bintang atas sesuatu itu. Namun, kamu lupa bahwa waktu berjalan, dunia berubah, dan hal-hal yang kamu anggap sebagai sesuatu yang mudah tidak terasa mudah lagi di bawah kontrolmu.

Muncul orang-orang yang lebih hebat darimu. Persaingan di mana-mana, dan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar orang berfusi dengan nilai baru sebagai akibat perubahan zaman. Sekarang, kamu mulai mempertanyakan dirimu sendiri ... Apakah saya yakin bisa melakukannya? Apakah cara ini benar? Apakah saya bisa menjadi seperti dulu lagi?

Perlahan, apa yang kamu yakini selama ini, rontok satu per satu di bawah kakimu.

Kamu bisa terus lari dari kenyataan, tapi pertanyaannya sampai kapan? 

Pada akhirnya, yang harus kamu lakukan adalah menghadapi segalanya.

Lantas, di bab ini aku mau memberi satu tips untuk membantumu menghadapinya.

Bagiku, cara yang paling sederhana agar kamu bisa berteman baik dengan segala situasi adalah dengan jujur pada diri sendiri.

Yakin akan kemampuan itu boleh, tapi kamu juga harus terbuka dengan kesalahan dan kekuranganmu. Kamu harus mengakui bahwa pada hakikatnya manusia tidak sempurna, sebab itulah selalu saja ada yang berlubang dari dirimu. Dan, apa lagi yang harus kamu lakukan selain terus belajar dan berkembang?

Sebab itulah, jangan menganggap kesalahan sebagai cacat yang buruk.

Kesalahan adalah cela yang kamu temukan sehingga kamu bisa menambal lubang di permukaannya. Semakin banyak kamu menemukan kesalahan, semakin besar peluang kamu menjadi lebih baik. Jadi, jujurlah pada kesalahanmu. Catatlah kekuranganmu. Jangan pernah menyembunyikannya.

Sekarang, apabila kamu sedang merintis cita-cita menjadi seorang penulis, apakah kamu yakin sudah tahu di mana letak kesalahanmu? Apakah kamu sudah siap melakukan sesuatu untuk menambal kesalahan itu? 

Ingat, jangan coba-coba untuk menyembunyikannya, jangan coba-coba untuk berkata, "Ceritaku aja enggak ada yang baca, gimana bisa tahu letak kesalahanku di mana?" Itu cuma kalimat yang kamu utarakan karena kamu malas untuk berubah dan tidak mau menyalahkan diri sendiri. Paling tidak, pasti ada satu ada dua yang kamu tangkap.

Aku akan menemani kamu untuk jujur. Di bab ini, aku akan menulis hal-hal apa yang menjadi kekurangan dalam ceritaku. Kamu bisa ikut komen di kolom ini, penulis maupun pembaca, kamu bisa tuangkan cacat dalam dirimu sendiri. Dan, mari jadikan kesalahan yang kamu catat menjadi daftar yang harus kamu benahi mulai sekarang.

Namaku Hani. Sebagai penulis, tulisanku kaku, narasi yang kubuat terlalu panjang dan bosenin. Kadang satu chapter isinya gitu-gitu doang, alias hambar. Aku enggak bisa menyamakan humorku dengan jenis humor yang disukai pembaca. Plotku sendiri amburadul. Sukanya bertele-tele dalam bercerita. Aku sulit fokus hanya pada satu karakter sehingga tanganku gatel mau ngasih konflik ke karakter yang lain, memang aku ini sok. Sok bisa menyelesaikan segalanya. Sok bisa mengatur cerita. Sok bisa menamatkan cerita sesuai target. Aku ini kepedean garis keras, tapi aslinya juga nggak bisa-bisa amat.

Nah, itu ... ekhem, sebenarnya aku malu mengakui hal itu, tapi bodo amat lah, enggak bakal ada yang peduli juga.

Sekarang, setelah menulis di atas, kamu bisa menemukan hal-hal apa yang menjadi kekurangan dan bisa secara nyata membenahinya!

Baik, kuberi contoh. Kalau pembenahan dariku pribadi ... Tulisanku kaku karena aku memakai kata baku dan gaya nulisku seperti skripsi. Jadi, aku harus bisa keluar dari zona nyaman, sebab itulah di fanfiksiku yang berjudul The Cursed Boy, aku mencoba memakai semi baku. Soon, aku mau mencoba pakai gaya lokal lo-gue.

Satu chapter isinya gitu-gitu doang, alias hambar. Okay, akan kubetulkan. Aku harus bisa memberi sesuatu yang "menonjok" di tiap chapter, sehingga orang-orang bisa mendapatkan "sesuatu" setiap kali membuka ceritaku.

Dan seterusnya....

Sekarang, giliran kamu untuk mengkritisi diri sendiri supaya bisa terus berkembang mengikuti kedinamisan zaman^^ 

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Where stories live. Discover now