7. Minder

672 191 66
                                    

"Duh, tulisan si A bagus banget, aku jadi minder sama punyaku. Ku-unpub aja deh sebelum jadinya malu-maluin."

Pernah melafalkan kalimat itu pada diri sendiri?

Merasa minder itu wajar. Merasa bahwa karyamu kurang sempurna itu wajar. Hal yang tidak wajar adalah, ketika minder menjadi alasan kamu berhenti menulis.

Jangan pernah membiarkan rasa minder menghancurkan mimpi kamu, apalagi mematahkan tujuan kamu untuk terus menghibur pembaca dan menyebarkan nilai-nilai kehidupan. Di luar sana, ada pembaca yang menunggu karyamu. Daripada kamu terpuruk karena minder, lebih baik kamu fokus pada tujuanmu.

Terkadang, manusia berlarut-larut minder pada karya orang lain sampai-sampai mereka lupa mengapresiasi karyanya sendiri.

Kunci melawan rasa minder adalah dengan mengakui bahwa ada orang-orang yang memang memiliki kemampuan lebih daripada kamu. Tidak perlu merasa sedih dan menyalahkan Tuhan. Semua orang punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kita belum sempurna dan tidak akan pernah sempurna, tapi kita bisa menutupi kelemahan kita dengan terus belajar dan berkarya.

Teruslah gali potensimu tanpa menuntut kesempurnaan dalam karyamu. Akui bahwa karyamu memiliki kekurangan, namun tetaplah berusaha sepenuh hati menulisnya. Ingatlah bahwa ketulusan selalu membuahkan hasil yang lebih baik. Asalkan kamu tulus dalam menulis, sesederhana apapun tulisanmu, tetap akan bernilai di mata orang lain.

Jika kamu terus-menerus merasa minder, unpub berkali-kali, dan tetap tak mendapatkan hasil, sadarilah bahwa selama ini kamu hanya melangkah di tempat yang sama.

Sebab itu, lebih baik singkirkan rasa minder. Akui karya mereka, apresiasi karyamu sendiri. Paksalah dirimu membaca lebih banyak buku, nikmati proses belajarmu, dan yang paling penting, tidak usah terburu-buru.

Sebab tidak ada kesuksesan yang instan.

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Kde žijí příběhy. Začni objevovat