15. Percaya Diri

398 127 17
                                    

“Gimana caranya supaya bisa pede dengan tulisan kita?”

Sebelum aku memberitahumu jawabannya, aku mau tanya, nih; apa, sih, yang bikin kamu tidak pede dengan tulisanmu?

Jawabanmu pasti akan seputar; (1) Takut tidak ada yang baca, (2) Takut kalau ceritamu tidak sebagus punya orang lain, (3) Takut disangka plagiat hanya karena ada adegan yang mirip, (4) Takut mendapat kritik tentang betapa tidak masuk akalnya ceritamu.

Alasan-alasan kamu itu, kalau disatukan, mereka berakar pada satu kesimpulan;

Kamu hanya mengharapkan pujian pembaca.

Yaa, padahal, menulis itu perkara mudah. Kamu tinggal menulis dan publikasikan.

Kalau kamu hanya ingin menulis apa yang ada di pikiranmu, mengapa harus takut dengan respon yang kamu dapatkan? Sampai kamu urung menulis dan mau diam saja di tempat? Nah, lho, belum berperang kok sudah menyerah?

Bagian terberat dari menggapai tujuanmu adalah memulainya. Kalau kamu tidak mulai menulis dan mempublikasikannya, selamanya kamu tidak akan pernah berkembang.

Jadi, inilah jawabanku agar kamu lebih pede:

Cobalah untuk tidak memikirkan ekspektasi pembaca.

Tidak perlu cemas menghitung berapa jumlah pembaca yang mampir. Tak perlu pula membayangkan akan mendapat kritik seperti apa. Memang, kritik itu penting, tapi hal itu adalah nomor ke-sekian yang akan kamu hadapi nanti-nanti. Sekarang, yang terpenting adalah memupuk keberanian untuk menulis dulu.

Kamu tinggal menulis apa yang ada di pikiranmu. Bebas saja, apapun. Menulis itu tidak ada pakemnya, kok. Semua orang bisa menulis. Tidak usah menuntut kesempurnaan dalam tulisanmu; tidak usah melulu memikirkan gaya bahasa yang bagus, diksi, story telling yang unik, konflik harus apa dan bagaimana. Semua itu urusan belakang. Kamu hanya perlu membiasakan dirimu untuk menulis dan melihat jati dirimu lewat tulisanmu.

Ketika sudah cukup konsisten, kamu akan memahami bagaimana kamu berkembang.

Setelah mendapatkan satu atau dua pembaca (dan barangkali kritik akan mulai bermunculan juga), kamu mulai merefleksikan nilai-nilai yang dibawa pembaca ke dalam tulisanmu, lalu barangkali ikutan membatin; Oh, benar juga, ya, ternyata masih ada banyak typo dalam tulisanku. Lalu … setelah dipikir-pikir ceritaku terlalu bertele-tele. Bagaimana, ya, supaya cerita tidak kemana-mana?

Nah, kritik yang berdatangan dan pikiran-pikiran persetujuanmu akan membawamu pada motivasi baru untuk belajar lebih banyak. Kamu mulai gemar membaca cerita lain untuk mempelajari bagaimana penulis A, B, atau C mengeksekusi ceritanya, kamu mengikuti grup menulis dan bergaul di sana, mendapatkan banyak teman dan ilmu yang bermanfaat, kamu bahkan menabung dan membeli buku-buku untuk belajar kepenulisan.

Yang tadinya 10, skill-mu perlahan upgrage menjadi 15, lalu 30, 45, 60, 85.... Hebat, bukan?

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak pede lagi. Kalau kamu mau berkembang, kamu harus berani mengambil langkah.

Nah, sekarang, plot cerita apa yang sedang kamu pikirkan? Ambil catatanmu dan tulis sekarang juga!

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz