8. Kritik atau Hinaan?

561 168 28
                                    

"Karyamu jelek karena masih banyak typo, alurnya datar, karakternya lembek dan narasinya kebanyakan."

Seringkali penulis menyalahartikan kritik sebagai hinaan karena mereka merasa tersakiti dengan kata-katanya.

Jadi, apa, sih definisi kritik dan hinaan?

Kritik diutarakan oleh orang yang melihat cela dalam tulisanmu. Tidak peduli siapa orangnya, tidak peduli betapa tajam dan pedas kritiknya, kritik ditujukan untuk membangun. Sebab itulah, tidak ada alasan untuk menolak kritikan, kecuali sejak awal kamu anti dengan pendapat orang lain.

Hinaan adalah versi lain dari kritik yang menjatuhkan. Tidak ada niat membangun di dalamnya. Hinaan biasanya diutarakan oleh orang yang kurang bahagia dengan hidupnya, yang tidak suka melihat pencapaianmu, sehingga mereka berusaha untuk membuatmu tersakiti dan berpikir kalau karyamu memang tidak pantas dibaca.

Pada dasarnya, kritikan tajam (apalagi tanpa disertai solusi) punya makna yang mirip dengan hinaan, karena sama-sama menyakiti hati. Lalu, bagaimana kamu bisa membedakan keduanya?

Tenangkan hati. Alih-alih berbuat sembono dengan menanggapi secara kasar, pikirkan apakah kata-kata itu memang mencerminkan cela dalam ceritamu. Kalau memang iya, maka sepatutnya kamu bersikap bijak. Benahilah apa yang memang keliru.

Kalau kamu tidak bisa menemukan mana salahnya, tanya kembali pada pembacamu, barangkali dia mau memberitahu lebih jelas.

Seperti contoh pada potongan komentar di atas:

"Karyamu jelek karena masih banyak typo, alurnya hambar, karakternya lembek dan narasinya kebanyakan."

Lalu, biasanya penulisnya menjawab:

"Lo cari bacaan lain aja sono, gue kagak kemakan ya sama hinaan lo."

Haha, tipe penulis seperti ini pasti ada, dan aku nggak menyalahkan sikap mereka. Kita tidak bisa memaksa orang untuk bersikap halus kalau pada dasarnya mereka memang cuek dan cukup bahagia dengan tulisannya.

Yang mau kutekankan adalah, apabila ada cara lain untuk belajar, kenapa kamu tidak memanfaatkan komentar itu untuk mengenal pandangan baru lagi? Well, kalian boleh menyikapi dengan cara seperti ini.

"Oh, begitu, ya. Bisa tunjukkan mana bagian yang typo? Apa yang membuat alurnya hambar? Dan mengapa karakternya bisa lembek? Boleh gak kubaca ceritamu untuk tahu cara menulis yang tepat?"

Setajam apapun kata-kata yang dia lontarkan, orang yang berniat mengkritik pasti punya jawaban untuk membalas pertanyaanmu, walaupun (mungkin) dia tidak terlalu ahli pula dalam menulis. Siapa tahu nantinya kalian akan berakhir di meja diskusi dan berbagi pandangan baru tentang kepenulisan.

Sementara, orang yang sedari awal berniat menghina, mereka akan mengabaikan pertanyaanmu atau mungkin membalas dengan hal yang tidak relevan, atau bisa saja―yang paling parah―tahu-tahu kalian diblok.

Wkwkw, ada-ada saja caranya ganggu usaha orang lain.

Hinaan yang kamu dapatkan, tidak layak membuatmu diserang amarah juga. Sadarilah bahwa orang yang menghina adalah mereka yang kurang bahagia di hidupnya. Jangan mau dibuat pusing untuk membalas hinaannya. Kamu hanya membuang-buang waktu kalau melakukan hal itu.

Jangan pula malah terpuruk ketika mendapat hinaan. Tujuan hinaan adalah membuatmu merasa sakit hati, depresi, atau mungkin kehilangan harapan. Kalau kamu berada di fase ketiganya, artinya kamu membiarkan orang itu menang.

Memang kamu mau, tulisanmu yang berharga hancur hanya karena dihina oleh segelintir orang?

Saranku, hapuslah komentarnya, blokir akunnya, dan lanjutkan berkarya. Tidak ada balasan yang lebih menyakitkan bagi seorang penghina kecuali targetnya menjadi lebih sukses dari sekarang.

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Where stories live. Discover now