37. PENGHARGAAN WATTYS

316 85 45
                                    

"Chapter ini didedikasikan untuk semua teman-temanku, Paofam, LFFL, para pembaca ceritaku yang paling kusayang. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan menulisku."

Semalam, aku dapat dm dari Wattys yang mengumumkan bahwa ceritaku dengan judul The Stalker, Alhamdulillah, menjuarai kategori fanfiction Wattys 2020.

Semalam, aku dapat dm dari Wattys yang mengumumkan bahwa ceritaku dengan judul The Stalker, Alhamdulillah, menjuarai kategori fanfiction Wattys 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentu saja aku amat senang. Karena selama bertahun-tahun berkecimpung di Wattpad, penghargaan ini merupakan apresiasi terbesar yang kudapatkan resmi dari pihak Wattpad ID sendiri (awokwok, malu sebenarnya buat berterus terang, tapi sekali lagi, bodo amat). 

Terima kasih buat pihak Wattpad yang sudah memilihku, aku enggak nyangka ternyata aku bisa jadi juara bahkan di tahun-tahun tua seperti ini :(

Jadi, bab ini kukhususkan untuk merayakan keberhasilanku, sekaligus ingin kusampaikan beberapa pesan untuk para penulis Wattpad di luar sana.

Sebelum memberi pesan, aku mau cerita sedikit dari buku The Stalker.

The Stalker adalah buku debut pertamaku yang mengangkat isu tentang sasaeng fans. Kalau kalian belum tahu, itu adalah sebutan untuk para penggemar yang terobsesi dengan idolanya sehingga rela melakukan hal-hal di luar akal.

Ide buku ini kudapatkan setelah aku bermimpi Park Jimin diculik sama salah satu penggemarnya yang gila. Aku masih ingat, waktu aku bangun tidur, aku langsung ambil ponsel dan mencatat adegan penculikan itu, hahaha, terus bukannya nulis aku malah tidur lagi mau lanjutin mimpi :")

Aku mulai menulis The Stalker pada tahun 2017, di tengah kepadatan kuliah karena tugas yang menumpuk. Mulanya, buku ini kutulis sebagai bentuk senang-senangku karena ingin mengkhayal tentang momen brothership BTS. 

Namun, setelah berkecimpung lebih lama, rasa tidak berpuasku mulai lahir. Aku ingin mendapatkan perhatian lebih, ingin votes dan komentar yang lebih banyak, ingin menyenangkan pembaca dan membuat mereka mencari ceritaku terus.

Akhirnya, timbulah sifat perfeksionis dalam diriku.

Aku ingin menyajikan yang terbaik, sebab itulah aku mulai belajar kepenulisan, tentang PUEBI dan KBBI. Sifat ini mungkin kelihatan positif di matamu, tapi aku keliru menilainya belakangan, sebab aku enggak menyangka bahwa perfeksionismeku malah membawaku ke titik jenuh, tertekan, inkonsistensi, dan ogah-ogahan dalam menulis.

Aku enggak bisa menjelaskan bagaimana hal itu terjadi, tapi kalau kamu mengalami hal yang sama, kuharap kamu bisa mengerti perasaanku.

Long story short, empat tahun perjalanan menulisku sebetulnya enggak hebat-hebat amat. Lebih banyak drama emosional daripada bahagianya, haha. Terutama, semua itu kurasakan ketika menulis The Stalker. Iya, walau debut pertama, tapi buku inilah yang paling menguras emosi.

Tapi, makin aku terus menulis buku kedua...  Before I Wake, buku ketiga The Leftovers, sampai sekarang The Cursed Boy ... rasanya kepala dan hatiku mulai tercerahkan. Enggak ada gunanya bila kita mengeluh dan menyalahkan segala hal. Yang membuatmu maju bukanlah keluhan, namun kemauan buat belajar. 

Nah, lalu, pesanku yang terakhir.

Kepada diriku sendiri dan juga kamu yang sedang membaca ini, enggak peduli apa pekerjaan kamu, latar belakang kamu, agama, atau apa pun prinsip hidup kamu, ketahuilah bahwa kamu hebat dan layak untuk bahagia. Ketahuilah bahwa kamu sebetulnya mampu menembus batas-batas dan melampaui titik ketakutanmu.

Namun, semua itu memang enggak bisa terjadi dalam sekejap mata. Sebab itulah, jangan memaksa dirimu sampai pada titik kamu merasa jenuh dan muak dengan keadaan. Bila kamu lelah, istirahatlah. Hidup enggak akan berakhir bila kamu berhenti sejenak buat beristirahat.

Kamu, dan juga aku, kita semua sama-sama berjuang.

Pasti kita semua mempunyai keinginan, mulai dari menggapai cita-cita, menjadi orang sukses dan kaya raya, membahagiakan orang tua, sampai membantu para fakir miskin dan binatang kelaparan. Namun, dengan semua kesedihan yang terjadi di kehidupan kita, munculnya rasa enggak berpuas diri, kegagalan, pengkhianatan, dan rintangan ... terkadang membuat kita dilanda kecemasan; Mengapa aku enggak menjadi seperti apa yang kuinginkan?

Apakah aku ... enggak layak buat mendapatkannya?

Teman-teman, Tuhan belum menjabah doa kita bukan karena kita enggak layak buat mendapatkannya. Namun, kita hanya belum siap buat mendapatkannya.

Siapa tahu, salah satu alasan mengapa Tuhan belum menjabah doa kita adalah karena Tuhan takut kita akan lupa diri bila mendapatkan apa yang kita inginkan. Maka, cara yang paling baik adalah dengan terus mempersiapkan diri kita. Belajar lebih banyak, bekerja lebih keras, beramal lebih sering, berdoa lebih tulus semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah.

Agar kelak, bila suatu saat nanti doa kita dijabah, kita enggak mematahkan harapan orang-orang tersayang di sekitar kita.

Jadi, kita bukan enggak layak. Kita hanya belum siap.

Persiapkan dirimu, mulai saat ini.  

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang