Kaira Amanda - Gadis Menyedihkan

79 16 6
                                    

[ Kaira ]
Gadis Menyedihkan

[ Kaira ]Gadis Menyedihkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Hari-hari menjadi sangat panjang dan yang dilakukan Kaira hanyalah berdiri di tepi. Sama sekali tidak berniat membiarkan dirinya bergabung untuk menikmati sebuah pesta. Di bawah sana, sekumpulan orang berbaur dengan berbagai aroma, di bawah cahaya, berdansa dengan musik klasik seperti sekumpulan cat bewarna yang dilempar sebuah batu kecil, memberinya sedikit riak. Gerakan lincah seirama membungkus mata Kaira untuk terus memperhatikan, lalu berputar, berpasang-pasangan, mengenakan topeng.

Jika saja Jack masih ada di sini, pikirnya. Karena jika ada, Kaira pasti tidak berdiri di sini untuk mengamati sebuah pesta sendirian, ia akan bergabung bersama mereka, Jack pasti mau menemaninya. Ia pasti mau mengajarinya berdansa. Memangnya Jack bisa berdansa? Pertanyaan di benaknya menghasilkan dengusan geli. Ia tidak pernah melihat lelaki itu berdansa. Biar bagaimana, Kaira pernah melewatkan waktunya sangat lama tanpa Jack. Dan mestinya, banyak hal-hal yang tidak ia ketahui selama ia pergi. Salah satunya, alasan mengapa Jack keluar dari bajak laut. Dan Kaira mempertanyakan kebenaran dari ucapan-ucapan Jack. Kata-kata yang membuat Kaira merasa menjadi sesuatu yang penting.

Kata terakhir menggelitik. Kaira ingin tertawa. Bahkan untuk berdiri di tengah keluarganya, ia merasa tak penting. Sesuatu yang membuat ia pergi dari keluarganya---dan Evan tentunya---ke kapal ini, dengan alasan berlibur. Dan entah bagaimana ia bertemu Jack. Lelaki itu memberikan apa yang tidak pernah Kaira dapatkan, perasaan dipentingkan, sebuah arti. Satu tarikan napas keluar sesaat ketika Kaira menyadari ada kekeliruan. Kaira tidak pernah menyesali pilihannya, semua yang terjadi telah berdasarkan apa yang dikehendakinya. Termasuk memilih kapal ini untuk pergi. Namun, kali ini ia merasa akan sangat menyesal.

"Ke mana pasanganmu, Nona?"

Kaira tersentak, refleks mundur satu langkah. "Tidak," jawabnya cepat. "Tidak ada." Terlalu cepat hingga tidak memikirkan seharusnya ia berbohong.

Lelaki itu menatap Kaira dengan topengnya, jenis tatapan yang tidak bisa ditebak karena ekspresinya terhalang. Lebih tidak tertebak lagi karena ia mengulurkan tangan, meminta Kaira menyambutnya. "Kalau begitu, kita bisa bersama."

Kaira mengambil satu langkah lagi untuk mundur. Ia meremas diam-diam ujung gaun birunya saat jantungnya berdebar waswas. "Apa maksudmu?"

Lelaki itu menurunkan tangan, dan terkekeh. Kaira dapat melihat matanya menyipit, membuat manik abu-abu---atau biru---lelaki itu seperti matahari yang tenggelam, lalu terbit sedetik setelahnya. "Maksudku, mari berdansa bersamaku."

Kaira melemaskan bahunya lega. "Aku tidak tertarik. Maaf."

Matanya menyipit lagi, tetapi bukan karena tawa. "Lalu untuk apa kau di sini?"

Kaira terdiam. Untuk apa aku di sini? "Apa urusannya denganmu?"

"Ah, baiklah, Nona." Kekehan lagi. "Aku tidak akan memaksa."

Le Wiston The SeasWhere stories live. Discover now