Illya Huttrayces - Lembar Putih Yang Baru

124 25 0
                                    

[ Illya Huttrayces ]
Lembar Putih Yang Baru

[ Illya Huttrayces ]Lembar Putih Yang Baru

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

•••


Pria bertubuh tinggi bernama Illya tersebut kini tengah menyandarkan tubuhnya pada pagar-pagar besi kuat yang ada di sisi kapal. Ia membiarkan terpaan angin mengenai wajahnya, menerbangkan surai-surai kecoklatannya sementara ia menutup matanya menikmati suasana. Kali ini tidak ada salahnya menaiki sebuah kapal yang mirip bahtera saking besarnya ini. Walau, ia sedikit merindukan duduk di antara para jemaat gereja St. Louisa tempatnya beribadah secara rutin. Ya, Illya katolik. Pastor Lozano adalah orang akrab kedua setelah Antoiné yang membuatnya bisa membuka perasaan sedikit demi sedikit.

Mengenal gereja sejak lima tahun belakangan membuat Illya semakin tidak peduli pada perasaannya untuk seorang wanita. Ia tau, mungkin jika ibunya masih hidup maka ia akan dimintai mencari kekasih sekarang juga. Tapi, mari kita abaikan itu untuk sejenak, pikir Illya.

Tangannya tergerak meraba kalung dengan batu salib yang ada di lehernya. Pastor Lozano memberikan kalung ini padanya saat ia selesai melaksanakan doa bersama jemaat yang lain.

"Ambillah." Ucap pastor itu padanya.

Illya menatap pastor yang jauh lebih pendek darinya itu dengan tatapan bertanya-tanya. Tapi ia tidak berkata apapun sebelum memasang kalung itu di lehernya dengan mudahnya.

"Aku tau ini mungkin hanya nampak seperti aksesoris, tapi doaku selalu bersamamu, anakku. Jadilah seperti yang kau inginkan, tapi jangan lupakan Dia." Ucap pastor itu.

Illya tidak menjawab, tapi kepalanya tergerak untuk menganggguk. Kini, ia ada di kapal ini sedang dalam perjalanan menuju tempat yang mungkin akan dicatatnya dalam pengalaman hidup yang baru. Walau tujuannya jelas kelam. Illya harus menemukan pelaku yang membuat kapal tempat ayah dan ibunya merenggang nyawa. Kali ini langkahnya memang jauh dari jalan Tuhan-nya, tapi itu semua untuk memuaskan hatinya. Siapapun orang itu, kematian adalah hal yang pantas untuknya.

"Tuan," Illya menoleh dan mendapati sekertasisnya tengah menatapnya. "Apa perlu memeriksa bar itu lagi?" Tanyanya.

Illya menggigit pipi bagian dalamnya, lalu mengangguk. Langkahnya kini tertuju pada jas yang ada di kursi, ia mengambil jas itu lalu memasangnya tanpa berhenti melangkah.

Kini ia dan seketrasinya yang bernama Miccah itu tengah berdiri tepat di depan bar yang kacau, ya kacau. Illya berkacak pinggang, ia menghela nafasnya. Bolehkah ia mengutuk seseorang yang menghancurkan barnya? Oh tidak, Tuhan akan mengutuknya balik.

Illya menghela nafasnya, tangannya tergerak memijat pelipisnya. Banyak kejadian dalam satu malam dan kenapa harus kekacauan yang datang pada usahanya? Jika saja yang menjadi tersangka penghancuran bar nya ini bukan salah seorang wanita, maka ia sudah melemparkan orang itu keluar dari kapal ini. Lagipula, badannya besar dan orang-orang akan selalu nampak lebih pendek darinya. Jadi menurutnya, akan mudah saja melemparkan orang lain keluar dari kapal ini, lalu membiarkan mereka mengambang di lautan sampai kematian merenggut nyawa mereka seperti penyakit.

Le Wiston The SeasDonde viven las historias. Descúbrelo ahora