De Denzel Miller - Rintik Darah

78 12 0
                                    

[Denzel]
Rintik Darah

[Denzel]Rintik Darah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Selamat datang para hadirin sekalian! Saya Elorraine Zigfrids, putri Tuan Zigfrids yang terhormat. Di kesempatan ini, saya akan menemani saudara sekalian untuk memeriahkan acara ulang tahun Le Wiston the Seas!" Gemuruh tepuk tangan, tawa-tawa yang berkeliaran, kata-kata sanjungan, raut-raut penuh cahaya, dan iringan biola meleleh turut lebur di hati setiap buncahan dentak jantung itu, merombak pahitnya kenyataan perihal tangisan lautan yang sebentar lagi ternoda genangan kebiadaban—tak terelakkan.

Bahkan kebisingan yang tumpang tindih di sekelilingnya tak cukup menutupi suara-suara yang mendobrak gusar di pikiran Denzel, meminta keluar dengan ganas. Kerap membuat sisa-sisa kewarasan pria itu hampir sepenuhnya tanggal.

Denzel, 15 menit lagi bom akan meledak!

Berikan aku kebebasan itu, Denzel.

Selama kau bersedia melindungiku, aku rasa itu
cukup untuk membuatku tinggal di sisimu.

Kalau pernah selamat melewati maut, kenapa harus meringis mendapati sakit?

Mr. Miller. Aku menyayangimu.

Tidak ada yang paling mampu, selain kematian itu sendiri.

Nyawa mereka. Orang-orang yang tidak bersalah.
Selamatkan yang kau punya, Bodoh!

"Remember me to one who lives there .... " suara itu bagai dengung yang memecah lamunan Denzel, menggenggam erat kalung yang diberikan Ryana malam itu—kalung milik Elorra.

Nona Elorra meminta saya mengembalikan benda ini, dia bilang ini jawabanku, Denzel.

Jadi itu, Denzel mengerti maksud Elorra, sangat. Mengembalikan kalung yang sempat ia berikan padanya hari itu sudah sangat jelas menyatakan bahwa Elorra tidak mau bersamanya, bukan tidak mau, tetapi tidak bisa. Mustahil. Keadaan memaksa mereka tetap berdiri di tempat, hanya ada satu opsi yang tersisa—mundur.

Ia menatap sendu wanita yang berdiri di sana, patah demi patah kata yang tercurah dari bibirnya menyayat telinga Denzel. Ia tidak ingin mendengar lebih banyak, tapi ia juga tidak ingin lari atau menutup telinganya, menutup matanya. Denzel bisa saja pergi dan meninggalkan semua kekacauan ini, menyelamatkan diri. Tapi ia tidak bisa, bahkan jika Pete memaksanya pergi, katakanlah ia ingin mati tenggelam di kapal ini, katakanlah ia ingin tubuhnya tercecer jadi puing-puing, katakanlah ia bodoh! Itu memang benar.

Denzel kembali termangu, hingga suara ledakan yang terdengar memekakkan berhasil membuat pijakannya bergetar hebat, lampu kristal besar yang tergantung di langit-langit kapal ikut jatuh dan pecah berserak, seisi kapal menggelepar tak karuan, ada jerit dan tangis yang lamat-lamat terdengar mengeras di setiap sudut yang sempat tersentuh gelembung kegembiraan beberapa detik lalu, mereka berlari seperti lalat kehilangan kepala, mereka terjatuh ibarat anak yang baru belajar berjalan, terinjak-injak langkah kaki egois yang mengejar secuil asa untuk selamat dari amukan bencana yang padahal ... tidak berbelas kasih.

Le Wiston The SeasWhere stories live. Discover now