Ryana Afoste - Home

57 13 0
                                    

[ Ryana ]
Home

[ Ryana ]Home

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Bagaimana menurutmu tentang melukis?"

Ryana pernah sekali mendapat pertanyaan klasik seperti itu. Pertanyaan sederhana. Benar, tidak rumit. Namun pertanyaan itu justru adalah pertanyaan yang tidak sekalipun orang pernah tanyakan kepadanya. Bagaimana pendapatnya? Bagaimana opininya tentang ini dan itu, orang tidak pernah bertanya. Hingga gadis itu menjadi terbiasa, tidak pernah bisa menyuarakan apapun.

Ryana dengan wajah tanpa senyum menyuarakan hati untuk pertama kalinya, "Menenangkan, dan ... menyesakkan."

***

"Juara kedua diraih oleh Lee Anna dari SMP Akademia, selamat!"

Itu adalah saat Ryana masih menduduki sekolah menengah pertama, menerima penghargaan di kompetisi nasional untuk kali ketiga. Itu juga adalah saat di mana mimpi buruk itu berlangsung. Lebih tepatnya, itu sudah berlangsung sejak sekian lama. Balita? Kanak-kanak? Ryana tidak yakin. Dia bahkan tidak yakin sejak kapan dia sudah tak pernah menikmati kenikmatan melukis.

"Hentikan! Kamu terlalu keras padanya."

Setiap kali Ryana pulang dari perlombaan dengan membawa hasil yang tidak memuaskan, atau setiap kali seseorang mulai mengkritik kemampuan Ryana, di rumah besar yang begitu nyaman itu akan terjadi badai. Pertikaian terjadi.

"DIAM!"

Ayahnya akan terus membentak dan menghukum Ryana dengan tidak memberinya makan selama seharian. Ibunya ikut tak kalah, berteriak demi menghentikan Ayah Ryana. Perdebatan cukup panjang terjadi. Lebih buruk lagi, jika figur Ayah itu mulai melayangkan tangannya pada Ibu Ryana, sebagai ganti meluapkan kekesalan. Carina yang tidak menerima pukulan-sebab tangannya begitu berharga dan tubuh itu diperlukan untuk menjaga citra-hanya bisa melihat dari jauh dengan tatapan kosong.

Di kepala kecil itu terukir begitu banyak pertanyaan.

"Itu karena kamu tidak berusaha dengan keras! Andai kamu melakukannya dengan baik pasti kamu akan berada di juara teratas. Ingatlah! Ayah selama ini menafkahimu, ini kewajibanmu untuk membayarnya! Jangan menjadi anak yang tidak berguna! Kamu harus berusaha lebih keras lagi!"

"Saya sudah berusaha ... "

Dia tak mengerti. Kepala kecilnya masih tidak mengerti. Apakah dunia sungguh berjalan seperti itu? Kenapa Ibunya dipukul? Kenapa hidupnya menjadi seperti itu? Kapan ia tidak berusaha keras? Apakah masih kurang? Dari awal dia melukis demi dirinya sendiri, kenapa menjadi seperti itu? Banyak pertanyaan memenuhi pikirannya. Dari kecil dia diajarkan hukum norma yang tidak masuk akal alih-alih menerima sesuatu yang keluarga normal berikan.

Le Wiston The SeasWhere stories live. Discover now