Kemala Sari - Kehilangan

72 14 3
                                    

[ Mala ]
Kehilangan

[ Mala ]Kehilangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Keheningan di dalam kabin terasa seperti seekor monster yang sedang menahan napas sebelum badai. Mala hampir merasakan ketegangan di kulitnya meskipun dia tidak bisa mengatakan dari mana itu berasal.

Dia menggigit ujung pensilnya, membaca ulang lirik yang dia tulis di kertas yang sekarang benar-benar kumal karena dia terus menerus mencoret kata-kata. Dia tidak akan berbohong jika hatinya sedikit sakit, banyak hal sudah terjadi sejak pertama kali dia memulai liburan ini.

Dia telah bertemu banyak orang juga. Mr. Miller, Tuan Illya, bahkan Donovan. Mereka masing-masing mengajarinya sesuatu di dalam hidupnya. Bagaimana Tuan Illya mengajarkan kebaikan yang tulus, Don yang mengajarkan bahwa kebenaran tidak selalu seperti yang terlihat, dan Mr. Miller ...

Mala melihat gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Bahwa kebaikan bisa ditemukan di mana pun, dan jangan pernah kehilangan keberanian bahkan saat satu-satunya yang bisa dirasakan adalah rasa takut.

Pikiran itu membawa senyum kecil yang menarik sudut bibir Mala menjadi lengkungan. Dia seharusnya turun di beberapa perhentian sebelumnya, Don sudah memperingatkannya. Mala tahu sesuatu yang buruk akan terjadi tapi sulit untuk menyesali keputusannya, ditambah dia tidak benar-benar bisa menang melawan argumen ibunya.

Mereka melakukan perjalanan ini bukan hanya untuk menghabiskan waktu liburan, tapi bagi ibunya, itu adalah kesempatan langka untuk bertemu beberapa kolektor untuk menjual atau membeli barang antik dari mereka.

Mala mengerti hasrat ibunya dalam pekerjaannya, dan meskipun dia mungkin mempertaruhkan sesuatu dengan bertahan di atas kapal, Mala tidak benar-benar mereka pertaruhkan. Sementara dia dan ayahnya memiliki hasrat dalam musik, ibunya mencintai barang-barang berumur ratusan tahun dan nilai di dalamnya. Mala menulis beberapa kata lagi di kertasnya sebelum mencoretnya sekali lagi.

"Bukankah aku memintamu meninggalkan Le Wiston?" Cengkeraman Mala pada pensil mengetat, memaksa matanya menjauh dari kertas yang tergeletak di pahanya untuk melihat anak laki-laki yang sekarang berada di depan pintu kabinnya. Mata cokelatnya bertabrakan dengan mata biru Don, dan terlepas dari segalanya, Mala mendapati dirinya tersenyum.

"Aku pikir kamu tidak berada di kapal ini lagi," ucap Mala, tidak beranjak dari tempatnya duduk di tepi ranjang.

"Aku seharusnya begitu juga kamu," jawab Don, dia mengambil langkah lain dan masuk sepenuhnya ke dalam kabin, membiarkan pintu tertutup di belakangnya dengan sedikit bunyi derit.

"Lalu kenapa kamu tidak?" ucap Mala, memiringkan kepalanya sehingga rambut hitamnya jatuh sebagian menutupi matanya.

"Apakah kamu benar-benar harus menanyakan itu?" ucap Don membuat Mala kembali tersenyum. Kupu-kupu memenuhi perutnya dengan ribuan kepakan sayap kecil. Dia tidak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya, dia tidak pernah mengerti apa yang diributkan teman-temannya saat menceritakan tentang anak laki-laki yang menjadi naksir mereka.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang