De Denzel Miller - Hari yang Baik?

105 17 14
                                    

[ Denzel ]
Hari yang Baik?

[ Denzel ]Hari yang Baik?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Bagaimana Petra? Kau sudah melakukan apa yang ku perintahkan?" Denzel mendongak menatap langit-langit kabin, baju rajut yang membungkus tubuh atletisnya tidak mampu menghangatkan dan membuat hati beku Denzel lebih baik, ia hanya bisa menggoyang gelas koktailnya yang sudah terlalu sering ia konsumsi dan menegaknya perlahan. Lehernya ia sandarkan pada kepala sofa, dengan kedua kaki diletakkan di atas meja.

"Tentu saja, Mr. Miller. Semua berjalan lancar, duplikat palsu material itu akan segera selesai dalam waktu sekitar dua minggu," jelas Petra, kemudian melanjutkan, "kambing hitam untuk pencurian material adalah konglomerat tersohor yang merupakan salah satu musuh Zigfrids, dia berada di kapal ini untuk liburan bersama wanitanya, Tuan Denzel."

"Siapa namanya?" tanya Denzel, memejamkan matanya.

"Krisantus Maichail, Tuan Kris," jawab Petra, Denzel mengangguk lalu meletakkan gelas koktailnya di atas meja. Mengambil syal jingganya untuk ia lilitkan di lehernya, malam ini udara semakin mengusik rasa gigil kian menjadi.

"Aku akan keluar sebentar, lakukan rencana selanjutnya. Tentu kau tahu apa yang harus dilakukan, bukan?"

"Tentu, Mr. Miller." Jawab Petra patuh.

"Bagus, awasi dan pastikan semuanya berjalan dengan baik. Kalau tidak ... kau tahu apa yang akan terjadi dengan lehermu, bukan?" tanya Denzel tersenyum, Petra kembali mengangguk pilon, ludahnya terasa benar-benar padat sekarang, itu menyakiti tenggorokan sekaligus jantungnya.

"Aku pergi." Bersama dengan pintu kabin yang tertutup, Denzel memasukkan kedua tangannya di saku celana kainnya. Ia ingin keluar melihat taburan bintang yang terkadang memuakkan, tapi dingin tak mampu ia tampik menelusup dari celah-celah baju rajutnya. Itu memaksanya hanya tetap berada di dalam.

"Ah! Mr. Miller!" teriakan itu menggema dan merambat di sepanjang lorong, biarkan Denzel berbalik untuk mendapati seorang gadis Asia yang familiar baginya-Mala. Berlari dengan kedua kakinya itu, langkahnya yang riang dan semangat membuat Denzel hampir menerbitkan senyum. Namun, yang keluar hanyalah, "sudah ku katakan! Jangan berlar-"

Brukk!

Mematung. Denzel tak mampu meneruskan ucapannya, langkahnya terpukul mundur ke belakang. Mala siap dengan rengkuhannya yang erat pada pinggangnya, menyadarkan kepala kecilnya di dada pria itu. Denzel tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia hanya bisa terdiam. "Aku merindukanmu, Mr. Miller."

Dengan ragu, Denzel hampir melingkarkan tangannya tuk membalas pelukan gadis itu. Namun, Mala yang tersadar dengan tingkahnya yang melewati batas segera mendorong tubuhnya menjauh. "Tidak, maafkan kelancanganku, Mr. Miller. Aku terlalu senang hingga lupa diri."

"Bagus kalau kau tahu itu. Dan sedang apa kau di sini? Sendirian?" Denzel melongokkan kepalanya, mencari seseorang yang menemani Mala datang ke sini. "Tidak ada siapapun, kau masih berani keliling sendirian? Ini buk-"

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang