Ryana Afoste - Manusia

169 37 19
                                    

[ Ryana ]
Manusia

[ Ryana ]Manusia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

“Wah sangat sangat indah.”

“Tentu. Dia terkenal sekali sebagai pelukis handal di tempat ini.”

Kabin kelas 1 yang sudah penuh dengan bisikan gosip kelas atas itu semakin ramai. Pasalnya, di pusat jamuan makan malam kali ini, seorang pelukis yang mereka kenal dengan seninya yang amat indah sedang menari-narikan jemarinya di atas kanvas dengan elok—melukis seorang wanita konglomerat dengan gaun megahnya. Mata mereka berbinar-binar, membisikkan pujian-pujian, alunan musik klasis, dan dentingan gelas bening penuh cairan warna warni yang sesekali terdengar, mengiringi makan malam golongan kelas atas yang penuh gemerlap kemewahan.

Wanita dengan gaun merah itu mengibaskan kipasnya yang dipenuhi bulu dengan harga fantastis. Dia duduk dengan senyuman penuh keangkuhan di meja makannya, seakan dia sedang mengisyaratkan bahwa dia paling istimewa karena dilukis oleh pelukis yang terkenal. Ah, wanita konglomerat dan pergaulan kelas atasnya yang memuakkan. Mereka hidup dengan menjilat dan tertawa di atas setiap kemalangan. Setiap yang mereka ucapkan bisa menjadi belati ataupun madu. Sapaan hangat mereka hanya ditujukan untuk suatu tujuan tersembunyi semata. Bahkan makan malam yang indah ini menjadi ternoda. Mereka dengan lidah berbisa memanfaatkan saat-saat seperti ini untuk mencoba mencari relasi dan menjatuhkan di saat yang bersamaan. Jamuan makan malam yang seharusnya menjadi tempat untuk beristirahat berakhir menjadi tempat pertempuran.

Coretan warna-warna yang menawan, tangan lentik Ryana Afoste, dan keteguhannya dalam permainan warna itu sukses menjarah setiap mata yang ada. Dalam sekejab menyita waktu mereka tak bersisa. Proses yang panjang itu seakan baru saja dimulai, dan saat ini tak terasa telah berakhir dengan cepat.

“Terima kasih, Nona Afoste. Suatu kehormatan bisa menjadi objek karya seni anda yang indah.” Perempuan itu bangkit, membuat gaun merah dengan sayatan terbuka pada sisi kanan kakinya itu sukses menyapu lantai kabin. Dia tersenyum puas sekali seakan dia merasa seperti pemeran utama pada jamuan makan malam kali ini. Ryana menggunakan bahasa tubuhnya, menganggukkan kepala seraya membungkukkan sedikit tubuh sebagai tanda memberi sedikit hormat.

Dengan langkah anggun seakan ingin memamerkan lekukan tubuhnya pada semua orang, perempuan bergaun merah yang merupakan simpanan seorang konglomerat itu menjemput lukisannya. Senyumannya kian melebar setiap langkah, namun pada akhirnya senyuman itu berubah menjadi wajah penuh rasa jijik yang penuh kemarahan.

“Apa-apaan dengan lukisan ini?” Semua membisu, dan musik berhenti bersamaan dengan suara pekikan wanita itu. Perhatian tertuju pada wanita bergaun merah dan Ryana yang terkejut bukan main atas apa yang wanita itu katakan. Harga diri yang sudah ia bangun kembali sejak tiga tahun yang lalu runtuh. Ryana merasa benar-benar direndahkan. “Lukisan ini benar-benar sampah. Seharusnya mata saya lebih bulat dan cantik daripada lukisan ini.”

Le Wiston The SeasWhere stories live. Discover now