Alyasa Angkasa - Rendezvouz Terakhir I

23 4 0
                                    

[ Alyasa ]

Rendezvouz Terakhir I

Rendezvouz Terakhir I

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

26 September 2021. Pukul 23.37

Kehilangan. Meninggalkan. Ditinggalkan. Kematian.

Berbekal kalung pemberian Ryana, Denzel tertunduk mendapati serangkaian kata itu kini baginya terlihat berceceran di bawah kaki, tergeletak tanpa makna pada lantai. Jemari pria itu tanpa sadar berupaya meraih kata demi kata itu, merengkuhnya sepenuh hati. Namun, semua kata-kata berwujud imajiner itu malah meloloskan diri dari jemari dan menyulut seberkas emosi ganjil dalam dadanya.

Awalnya dia merasa sedikit lega, namun seketika berbuntut marah, bercabang menjadi duka, tetapi juga tercampur oleh sesak penyesalan. Kemudian melambungkan badai rasa bersalah yang memporak-porandakan isi dadanya.

Perjalanan ini telah tiba pada muaranya...

Pada ujung asa, Denzel memejamkan mata demi merasakan terpaan angin laut malam yang menampar wajahnya kesekian kali. Terdiam dalam senyap, menekuri kilasan perjalanannya, lantas menyadari bongkahan gas yang seolah mengisi kepalanya selayaknya balon sejak lama, kini perlahan keluar. Menyisakan kekosongan. Hampa. Juga sekerat derita. Sosok rupawan nan tangguh itu kini menjelma menjadi sebongkah cangkang kosong yang hanya memantulkan suara-suara menyedihkan dalam senyap.

Baru saja ia ketenangan ia raup dengan hadirnya Mala, tetapi seketika terhapus oleh sesaknya kenyataan.

"Keluarlah." Denzel menoleh pada satu sudut mulut lorong, menatap datar pada sosok yang berbayang gelap dan tengah mengamati sedari pertemuannya bersama Mala. "Mau sampai kapan kau akan terus bersembunyi?"

Adalah Alyasa yang menyibak keluar dari dalam bayang-bayang, menurunkan masker hitamnya sambil membungkuk hormat, "Mohon maafkan perbuatan lancang ini. Saya juga turut menyayangkan hubungan anda dengan Nona pemilik kapal tidak berjalan selayaknya semestinya, Tuan Denzel."

Sebagai balasan, Denzel menyeringai tipis. Separuh terkejut dengan sikap sopan yang ditampilkan Alyasa, separuh lagi menertawakan ironi yang mempermainkannya. Lihatlah, bahkan di kala berada pada titik terendah, dirinya malah menjadi bahan tontonan dan kunjungan orang lain. Astaga, alangkah banyak sekali mereka yang menemuinya malam ini.

"Apa yang kau inginkan, sipit?" Pria itu melambaikan tangan tidak peduli dengan kalimat Alyasa, lantas mengalihkan pandangan pada gelapnya lautan. Merasa terusik, "Jika kau memang bersimpati, sebaiknya tinggalkan aku sendiri."

"Bom itu akan meledak besok, bukan? Di hari perayaan ulang tahun kapal, sosok ayah dari wanita yang anda cintai akan menyulut tuntas dendam masa lalu dengan membumi hanguskan seluruh penumpang."

Denzel bergeming, melarikan sorot matanya pada rembulan yang tersulam muram oleh kabut yang menggantung di langit. Demi memecah hening yang merekasa, Alyasa lantas melanjutkan.

Le Wiston The Seasजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें