Marian Elizabeth - Akhir dan Awal

70 15 0
                                    

[ Marian ]
Akhir dan Awal

[ Marian ]Akhir dan Awal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

“Tidak!”

Marian terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah seperti baru saja melakukan lari maraton mengelilingi Le Wiston the seas. Baru saja ia memimpikan sesuatu yang buruk, sesuatu yang benar-benar membuatnya ketakutan setengah mati.

Dengan segera Marian meraih segelas air putih yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Marian menghabiskan segelas dalam sekali tenggak. Begitu berdiri dari kasurnya, Marian melihat seonggok tubuh yang tergeletak di lantai dan tertidur pulas hanya dengan beralaskan sebuah bantal.

Marian mengambil selimut dari atas kasurnya dan melemparnya ke arah Alyasa yang masih nyenyak dalam lelapnya. Setelah Marian mencuci wajah dan menyikat gigi, ia bergegas mengambil jaket bulu kesukaannya lalu keluar kabin tanpa membawa kunci. Ia juga hanya menyeret kopernya keluar bersama dirinya.

Begitu sampai di dalam lift setelah keluar dari kabin, barulah Marian merasa teringat lagi akan mimpinya yang bertemu seorang lelaki tua yang waktu itu mengarahkan pistolnya ke arah Alyasa dan membunuhnya.

Mimpi Marian berujung tragis, ia begitu tak menyangka bahwa ia setengah hati menyuruh lelaki tua itu untuk menembak Alyasa hingga mati. Meski hanya mimpi, Marian tak kuasa harus menghadapi Alyasa. Ia juga merasa kalau kepergiannya ke pesta topeng dan berdansa dengan Alyasa dalam remang-remang cahaya hanyalah sebatas mimpi yang memalukan.

Seperti  ... bagaimana bisa Marian melakukan itu? Memalukan sekali.

Ia tidak sadar, tapi sepertinya kejadian tersebut terasa sangat nyata.

Begitu pintu lift terbuka, Marian langsung menuju ke meja resepsionis dan mengeluarkan kartu kreditnya.

“Tolong berikan aku satu kamar kabin yang baru, seperti apapun bentuknya, yang penting kabin yang berbeda, lebih bagus lagi kalau berbeda lantai. Aku berpisah dengan kekasihku yang kemarin dan meninggalkannya di kabin lama.” Resepsionis di depannya menatapnya dengan heran, lalu kemudian pamit undur diri untuk menatap komputer dan mengecek kamar kosong.

“Maaf Nona, tapi tidak ada lagi kabin yang tersedia.”

Marian menghela nafas panjang, merasa sedikit kecewa dan kini tanpa arah.

Apakah ia harus tidur di mobil hanya untuk menghindari Alyasa? Tidak, lelaki itu akan dengan mudah menemukannya.

Marian juga akan merasa tidak nyaman tidur di mobil, meski mobilnya adalah keluaran terbaru yang penuh fasilitas menakjubkan.

Le Wiston The SeasWhere stories live. Discover now