Illya Huttrayces - Sisi Berbeda

257 46 13
                                    

[ Illya ]
Sisi Berbeda

[ Illya ]Sisi Berbeda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Suara denting piano terdengar di barengi derap langkah memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu bergaya klasik dengan posisi menghadap langsung ke arah laut. Laut dapat dilihat dari jendela yang terbuka disana, membiarkan anginnya masuk menerpa ruangan. Dengan perpaduan cat putih yang khas, menambah kesan sejuk dan nyaman. Denting piano mengalun perlahan, iramanya lembut nan memabukan pendengaran. Seorang pria yang menekan tust-tustnya tidak nampak satupun kekakuan, bahkan nampak lemah gemulai.

"Tuan, Mr. Antoiné menunggu anda."

Denting piano itu terhenti, menyisakan keheningan yang terlalu tiba-tiba. Si pemain piano menghembuskan nafasnya perlahan.

"Katakan padanya, aku akan menemuinya sebentar lagi."

"Baik, Tuan."

Pria itu tidak melanjutkan kembali permainannya, ditatapnya tust-tust itu dengan tatapan nyalang. Pikirannya sekarang benar-benar kosong sekarang. Tangannya tergerak untuk mengusap wajah, beberapa kali, kemudian berpindah ke rambutnya. Bibirnya mengatup rapat sampai akhirnya ia bergumam.

"Aku harus kembali."

***

Seorang suster memasuki ruang rawat inap yang dihuni bocah laki-laki berusia sekitar 10 tahun. Di kedua tangan sang suster terdapat nampan berisi semangkuk sup, segelas air, dan satu buah apel segar berwarna merah gelap yang menggiurkan. Suster itu tersenyum ramah tatkala matanya bertemu penampakan sang bocah.

"Selamat pagi, Mr. Huttrayces. Aku bawakan kau sarapan," ucap si suster.

Bocah itu tidak menggubris. Matanya terlalu terfokus pada lantai yang entah sejak kapan ditatapnya. Sorotnya nampak kosong seolah tidak ada tanda bahwa si bocah sedang memikirkan sesuatu.

Suster itu menaruh nampan tersebut di atas nakas yang berada tepat di sisi ranjang pasien. Illya, si bocah pendiam ini tidak menoleh sedikitpun pada sang suster yang sendari tadi berusaha mendapat perhatiannya. Suster tersebut mondar-mandir membersihkan sisi ranjang tempat Illya berada, menarik selimut, terkadang juga menarik seprainya. Namun, bocah itu tak kunjung menoleh, sang suster menghela nafas sebelum bersuara kembali.

"Tuan Illya, anda harus makan. Setidaknya barang beberapa suap. Sudah hampir satu minggu anda tidak makan," ujar sang suster, tapi tetap saja tidak di gubris.

Sang suster lantas memilih beranjak meninggalkan si bocah. "Akan saya tinggalkan disini, saya harap anda makan barang sesuap."

Setelah kepergian suster tersebut, bocah itu mengalihkan pandangannya pada jendela yang berada tak jauh dari sana. Irisnya menatap lamat keluar tanpa memikirkan apapun.

Beginilah Illya Huttrayces, putra semata wayang keluarga besar Huttrayces. Illya lahir di Rusia dan besar disana. Selain berdarah Moscow, darah Inggris juga mengalir dalam dirinya sebab sang ibu merupakan orang Bournemouth. David dan Isabel membesarkan putra mereka dengan penuh kedisplinan tapi tak melupakan kasih sayang. Keduanya selalu melimpahkan kasih sayangnya pada Illya. Walaupun begitu, Illya tidak menjadi seorang anak yang manja. Illya mempunyai segudang prestasi di sekolahnya, terutama dalam bidang seni dan musik. Ia pernah memenangkan kejuaraan piano antar sekolah kala itu. Illya membawa pulang piala yang ia menangkan dan menghadiahkannya khusus untuk ibunya, Isabel.

Le Wiston The SeasWhere stories live. Discover now