• 13 •

21K 1.9K 94
                                    

Aku publishnya bertahap yaa!! YANG UDAH BACA SEBELUMNYA, JANGAN SPOILER!!!😤

Yang baca cerita ini wajib follow ig:
@wattpadjuuu_
@julia.artka

Happy Reading!!!

Bel pulang sekolah telah berbunyi nyaring tadi. Ayara sudah mengemas buku-bukunya dan merapikan meja, Bu Fita sudah keluar sejak bel pulang berbunyi.

Ayara masih berada didalam kelas, merenung. Ia merasa malas untuk sekedar keluar kelas. Lamunannya harus buyar saat dia mendengar suara gebrakan pintu yang begitu keras.

Teman sekelas Ayara yang masih berada di kelas kaget saat tau siapa yang menggebrak pintu kelas mereka.

Arkan berjalan santai ke bangku Ayara di ikuti ke empat sahabatnya. Teman sekelas Ayara hanya memperhatikan. Deeva dan Zoya sudah pulang sedari tadi.

Sedangkan Ayara jadi gelagapan sendiri saat menyadari Arkan berjalan menuju ke arahnya. Ayara mengambil napas panjang dan menghembuskan pelan untuk menenangkan dirinya.

Tiba-tiba Ayara teringat kejadian di lapangan tadi, ah dia jadi malu. Makin gugup elah. Ayara menjadi makin gugup saat Arkan sudah berada tepat dihadapannya dan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ay," panggil Arkan tak sadar.

"Ay?," beo Ayara bingung.

"Iya, kenapa emangnya?."

"Ehm anu biasanya yang manggil gue Ay atau aya itu orang yang udah deket sama gue," tutur Ayara pelan.

Mendengar itu sontak Arkan memalingkan wajahnya menahan malu. Sedangkan yang lainnya berusaha menahan tawa, tetapi tidak dengan Revan.

"Hahaha anjirr, sok dekat banget lo Kan," ledek Revan seraya tertawa puas.

"Malu nggak tuh, hahaha anjirr," lanjutnya dengan tawa yang makin menjadi-jadi.

"Brisik," Mendengar itu Revan segera meredakan suara tawanya walaupun sesekali ia masih tersenyum menahan tawa, kentara sekali Revan masih ingin menyemburkan tawanya.

Disisi lain Ayara benar-benar gelagapan melihat tatapan Arkan yang seperti ingin membunuh Revan.

"Lo pulang sama gue cepet," Titah Arkan kepada Ayara.

"H-ha lo ngomong sama gue?," tanya Ayara sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya,"

"Ehh apaan nih, ngg-."

"Nggak ada penolakan," ucap Arkan seraya memajukan wajahnya ke wajah Ayara.

Melihat itu Ayara dengan cepat memundurkan wajahnya, jangan lupakan wajahnya yang sudah memerah. Tak taukah Arkan bahwa jantungnya serasa ingin keluar dari tempatnya.

"Astaghfirullah, Bunda tolongin Ayara. Tolongin Jantung Ayara bundaa," batin Ayara meminta tolong.

"T-tapii."

"Lo nolak gue cium," ancam Arkan tepat di telinga Ayara.

Mata Ayara melotot mendengar perkataan Ayara. Sahabat Arkan yang melihat mata Ayara melotot menjadi penasaran.

"I-iya iyaa," final Ayara berharap Arkan segera menjauhkan wajahnya.

"Pinter," Arkan memundurkan wajahnya seraya menepuk-nepuk kepala Ayara pelan.

"Woah, apa ini miskah," Celetuk Adrian dengan mata berbinar.

"Gue makin yakin Arkan nggak belok," gumam Revan yang bisa didengar Altezza.

"Ho'oh," Altezza mengangguk-anggukan kepalanya. Please jangan sampai Altezza ketularan sifatnya Revan.

Ayara dan keempat cowok itu berjalan ke perkiran. Ayara berjalan didepan di ikuti empat cowo itu, Ayara sedari tadi berusaha menenangkan hatinya yang gugup.

"Ehh Arkan, lo bilang apaan tadi sama Ayara, sampe matanya melotot gitu?," tanya Revan penasaran tentunya dapat didengar Ayara.

"Oh, gue cuma bilang kalau dia nolak gue cium," jawab Arkan tanpa beban.

"Bangsat," umpat Ayara tanpa sadar.

"Woahh anjirr, Arkan gercep," heboh Adrian.

"Wah eneng mulutnya dijaga atuh neng," Sahut Revan.

"Berisik lo," ucap Ayara menahan rasa malu.

Mereka kembali berjalan keparkiran dengan keheningan.

"Masuk cepet," suruh Arkan saat sudah sampai diparkiran.

Ayara masuk ke mobil, tepat disamping kursi kemudi. Lebih tepatnya lagi di samping Arkan. Sedangkan tiga cowok itu masuk ke mobil Adrian dan segera melaju pergi.

Suasana di mobil Arkan begitu hening, Ayara yang sibuk melamun dan Arkan yang sibuk menyetir.

Ayara mengerutkan keningnya saat merasa jalanan ini lumayan asing.

"Ehm, ini kita mau kemana?," tanya Ayara pelan.

"Mau ke tempat Mama gue, Mama gue pengen ketemu sama lo."

Ayara yang tadinya sedikit takut sekarang senyumnya terbit begitu saja.

"Woahh ayoo jalanin lebih cepet lagi mobilnyaa, nggak sabar gue pengen ketemu tante," pinta Ayara dengan mata berbinar.

"Lo nggak liat jalanannya rame," tutur Arkan seraya menoyor kepala Ayara.

"Ish lo mahh, terobos aja udah."

" Ngadi-ngadi lo," Arkan menatap Ayara dengan tatapan tajamnya.

Ayara yang ditatap tajam hanya mendengus, dan mulai mengomel kesal.

Arkan yang melihat Ayara mengomel jadi gemas sendiri, tangannya terulur untuk mengusap kepala Ayara. Ayara yang merasakan kepalanya diusap mendadak terdiam, jantungnya menggila lagi. Dia bisa merasakan pipinya memanas.

"Pipi lo kenapa kok merah?" tanya Arkan sok polos.

"Ehm panas ini makanya merah," jawab Ayara mengelak.

"Oalah."

Mereka akhirnya sampai ditujuan, mereka segera turun dari mobil masing-masing. Dan masuk Ke RSJ dengan santai, sedangkan Ayara berjalan dengan sedikit melompat saking tak sabarnya.

"Uhh kok gemes banget heh," tutur Revan.

"Iyaa ya ampun, bisa-bisanya gue baru sadar," sahut Altezza.

Mereka masuk keruangan Nisa, Ayara masuk terlebih dahulu dengan berlari kecil.

"Tanteee," pekik Ayara memanggil.

••Ayara••

Haiii

Jangan lupa vote & comment yaa.

Bubayyy.

Minggu, 21 Maret 2021.

AYARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang