• 63 •

14.2K 1.1K 140
                                    

Haii, ada yang nungguin??

Gimana yaa kelanjutan cinta Aya sama Arkan?

Lanjut aja!!

Happy Reading!!!

Ayara memasuki kamar inap Arkan dengan semangat, kakinya sudah kuat untuk berjalan sekarang. Ia mendekati Arkan yang sedang termenung di brankar, ia tau ini pasti sulit.

Ayara mengangguk, bermaksud menyapa Nisa dan Alvin. Matanya melihat ke nakas, terdapat makanan yang belum di sentuh sama sekali.

"Sayang."

Arkan tersenyum tipis, meraba sekitar mencari Ayara. Memeluk gadis itu erat.

Ayara mengusap rambut Arkan dengan sayang. "Kamu belum makan? Aku aja udah loh. Gimana mau sembuh kalo nggak makan. Makan yaa?"

Arkan mengangguk sembari melepaskan pelukannya.

"Nih." Ayara mulai menyuapi makanan rumah sakit itu dengan hati-hati. Takut terkena luka yang terdapat di wajah Arkan.

"Kamu ganteng banget," puji Ayara tersenyum tipis, matanya kembali berkaca-kaca.

Arkan terkekeh pelan. Ia berusaha untuk ikhlas. "Aku tau."

Ayara mengecup pipi Arkan pelan. "Nih, makan lagi."

Ayara mengajak Arkan berbicara banyak hal, hingga tak sadar makanan rumah sakit itu habis. "Habis, kenyang nggak?"

"Kenyang."

Ayara berdiri, mengecup kening Arkan lama. "Hadiah, karena udah makan sampe habis."

Arkan terkekeh kecil. "Makasih, loh. Hadiahnya.

"Sama-sama sayang. Sebentar ya."

Ayara berjalan ke kamar mandi yang berada di kamar inap itu dengan sebuah baskom di tangannya. Ia mengambil sedikit air.

Membawa ke nakas, mulai mengelap tubuh Arkan pelan dengan kain. "Perih nggak?" tanya Ayara saat mengelap tangan Arkan.

Arkan menggeleng. "Nggak."

Membersihkan tubuh Arkan dengan perlahan agar Arkan tidak merasakan sakit.

"Selesai," girang Ayara, mengecup kening Arkan lagi.

Nisa dan Alvin tersenyum tipis. Ayara terlihat tulus merawat Arkan.

"Sekarang kamu tidur, ya? Biar cepet sembuh," suruh Ayara, membantu Arkan membaringkan tubuhnya.

Ayara tersenyum tipis saat Arkan sudah tertidur pulas. "Mimpi indah, sayang," bisiknya kemudian mengecup kening Arkan lagi.

"Tante, Om. Aya ke kamar inap Aya, ya?"

Alvin mengangguk. "Bisa sendiri atau mau Om anterin?"

"Nggak perlu, kan pas di sebelah," tolak Ayara halus.

"Yaudah hati-hati, ya." Nisa tersenyum tipis melihat punggung Ayara yang sudah menghilang dari pandangannya.

Ayara masuk ke kamar inapnya dengan langkah pelan, ia kembali murung. Ia mendudukkan dirinya di sofa memeluk Mamanya erat.

Christy memang tidak ikut ke kamar inap Arkan tadi.

"Maa," lirih Ayara.

Air mata kembali menggenangi pelupuk matanya, hatinya pedih. Tadi Arkan tertawa kecil, ia tau itu hanya tawa palsu. Tersirat kesedihan di sana.

"Kenapa sayang?" tanya Christy menepuk punggung Ayara pelan.

"Arkan, hiks. Aya tau, dia pasti sedih. Tapi tadi dia ketawa, keliatan banget cuma buat nutupin rasa sedihnya dia hiks."

AYARA Where stories live. Discover now