• 25 •

17.1K 1.4K 121
                                    

Aku publishnya bertahap yaa!! YANG UDAH BACA SEBELUMNYA, JANGAN SPOILER!!!😤

Yang baca cerita ini wajib follow ig:
@wattpadjuuu_
@julia.artka

Happy Reading!!!

Ayara menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih itu. Pikirannya menerawang mengingat kejadian hari itu, dimana saat itu Arkan meminta izin untuk memperjuangkan, di tengah lapangan sekolah, di bawah rintik hujan. Romantis sekali.

Ayars jadi senyum-senyum sendiri mengingatnya.

"Kayaknya gue udah mulai cinta sama Kak Arkan," gumamnya memejamkan mata.

Ia mengambil posisi ternyaman, lalu mulai terlelap menuju alam mimpi.

Brakk

Suara pintu yang di gebrak membuat Ayara mau tak mau bangun dari tidurnya. belum sempat ia mendudukkan diri, ia merasa di tarik seseorang.

PLAKK

Pipinya terasa panas sekali, mata Ayara benar-benar terbuka lebar sekarang. Rasa kantuknya hilang begitu saja.

"Bun-,"

"Kerjaan kamu tidur aja!! rumah belum di beresin, MAU JADI APA KAMU HAH?!!" Sentak Resty murka.

"Cepett nyapu setelah itu cucii baju saya!!! jangan malas-malasan kamu, dasar nggak gunaa!!."

"Ak-aku capek bun, tadi aku banyak kegiatan di seko-,"

"BANYAKK ALASAN KAMU!! CEPEET!!" Resty menarik rambut Ayara membawanya keluar kamar.

Air mata Ayara menetes lagi "Bunda s-sakit," rintihnya yang tak di hiraukan Resty.

Resty mendorong Ayara ke lantai, hingga dahi gadis yang sedang menangis itu membentur ujung meja dengan keras. Dahi itu mengeluarkan darah yang kemudian mengalir ke pipinya.

"Shh," Ayara meringis merasakan perih yang luar biasa di dahinya.

"Bu-bunda berdarah," ucap Ayara dengan suara bergetar. Air matanya masih setia mengalir.

"Nggak usah lebayy kamu!! cepet sanaaa!!!"

"KAMU PIKIR SAYA PERDULI? NGGAK, KAMU MATI JUGA SAYA TIDAK AKAN PEDULI," Resty benar-benar berteriak membentak Ayara.

Ayara bangkit dari duduknya, berjalan tertatih untuk membersihkan rumah. Ia mulai membersihkan rumah tanpa membersihkan darah yang mengalir melewati pipinya.

Resty pergi begitu saja ke kamar, ia sama sekali tidak memperdulikan Ayara. Ayara menyapu sesekali meringis, ia tidak peduli, ia terus mengerjakan apa yang di perintahkan bundanya. Ayara tak mau bundanya kecewa.

Sedetik kemudian Ayara memegang dadanya yang tiba-tiba terasa begitu sakit. Ayara meringis tangannya memukul dada kirinya kuat, napasnya memburu. Ia merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya, darah segar itu keluar lagi setelah sekian lama tidak menampakkan wujudnya. Ayara mengelap darah itu kasar, ia tidak ingin bundanya melihat darah segar itu.

AYARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang