• 64 •

14.2K 1.2K 210
                                    

Haii, ada yang nungguin?

Aku mau target-targetan deh, biar pada vote sama comment! Cape tau mikir, ngerangkai kalimatnya!

Kesel😤.

230 vote + 200 comment.

Gampang itu, jangan jadi pembaca gelap please.

Kalo bisa, tekan dulu bintangnya baru baca. Kadang kesel tauu, yang liat 500-an, yang ngevote? kadang ngga nyampe 150. Kalian kemana?!

Happy Reading!!!

"Ma? Aya mana?" tanya Arkan yang sedang bersandar di brankar.

"Aya pulang."

"Pulang kemana? kok nggak bilang?"


"Aya udah boleh pulang dari rumah sakit, tadi kamu tidur makanya dia nggak sempet bilang," terang Nisa seraya mengelap tangan Arkan.

"Nanti Aya ke sini lagi, nggak?"

"Mama ngg-"

"Arkan!!"

Pekikan itu membuat Arkan tersenyum lebar. Itu suara Ayara-nya.

Ayara berjalan mendekati Arkan, mengecup kening cowok itu. "Udah mendingan sakitnya?"

Arkan mengangguk.

"Nyariin aku, yaa?"

Lagi-lagi Arkan mengangguk, meraba sekitar mencari Ayara.

Ayara memeluk Arkan erat, mengecup pipi Arkan berulang kali. "Aku kangen," ungkap Ayara menggelengkan kepalanya di dada Arkan.

"Aku juga," balas Arkan mengecup kening Ayara.

"Hm, ada Mama loh ini."

Ayara terkekeh pelan, melepaskan pelukannya. "Tante lagi ngapain?"

"Nggak liat nih?"

"Biar Aya aja yang ngelapin, ya?"

Nisa mengangguk dengan senyum tipis. "Makasih, sayang."

"Nggak ada kata makasih," ujar Ayara lalu mulai mengelap tubuh Arkan.

"Makin sayang sama kamu," celetuk Arkan, terkekeh pelan.

"Aku juga makin sayang banget banget," balas Ayara kembali mengecup pipi Arkan.

"Udah makan?" tanya Ayara yang sudah mengelap tubuh Arkan.

"Udah tadi. Disuapin Mama."

Ayara menganggukkan kepalanya. "Cepat sembuh sayang."

••Ayara••

Ayara menatap dinding kamarnya dengan pandangan kosong. Percaya atau tidak hatinya masih sakit dengan kejadian yang menimpa Arkan.

Ayara tersenyum tipis. "Kamu kuat banget, Kan," gumamnya.

Sedetik kemudian keningnya berkerut. "Shh," desisnya memejamkan mata.

Tangannya memukul dada kirinya berulang kali. Pusing menyerang kepalanya begitu cepat.

Ayara berusaha menormalkan pernapasannya yang mulai terhambat. "Se-sesek," rintihnya, terus memukul dadanya.

AYARA Where stories live. Discover now