• 19 •

19.1K 1.6K 92
                                    

Aku publishnya bertahap yaa!! YANG UDAH BACA SEBELUMNYA, JANGAN SPOILER!!!😤

Yang baca cerita ini wajib follow ig:
@wattpadjuuu_
@julia.artka

Happy Reading!!!

"Aya kamu kenapa nak, jangan kayak gini nak, bunda takut," Resty khawatir melihat keadaan Ayara.

______________________________

Ayara terkejut melihat Resty yang terlihat khawatir dengan keadaannya. Apakah ia harus bersyukur untuk bully-an yang ia dapat?, sepertinya iya.

Ayara tersenyum, manis sekali. Ia tidak ingin membuat Bundanya khawatir. Terlihat dari raut khawatir Bundanya, sepertinya ia akan kembali mendapatkan kasih sayang dari Bundanya, ia senyum-senyum sendiri jadinya.

"Aya nggak papa kok Bunda," balas Ayara dengan senyuman lebar dan mata yang seperti menahan tangis mungkin?.

"Yaudah, kamu istirahat yaa. Kamu udah makan sayang?."

Air mata itu jatuh, jatuh saat Ayara mendengar kata sayang itu meluncur dari bundanya yang tentu saja di ucapkan untuknya.

"Ehh kamu kenapa nangis?," tanya Resty mengulurkan tangannya untuk memeluk tubuh Ayara.

Ayara dengan segera menyambut pelukan itu, ia tidak mau kehilangan pelukan ini lagi. Ia tidak ingin Bundanya jadi seperti dulu lagi.

Ayara menggeleng pelan "Hiks nggak, A-aya seneng bunda manggil Aya sayang," bisik Ayara sehingga tidak ada yang bisa mendengar selain ia dan Bundanya.

Lingga tersenyum melihat Bundanya yang kini sedang memeluk Ayara. Sedangkan Arkan dan yang lainnya diam saja memperhatikan.

"Hustt iya sayang," ucap Resty yang bisa didengar Mereka semua.

Resty melepas pelukannya, membuat Ayara sedikit takut kasih sayang bundanya akan pergi lagi.

"Kamu udah makan?," tanya Resty dengan seulas senyum.

Satu mimpinya kini telah terwujud. Bundanya tersenyum kepadanya, hanya untuknya. Sepertinya ia benar-benar harus berterima kasih kepada Bella.

"Belum," jawab Ayara pelan.

"Yaudah sekarang makan, bunda suapin ayo."

Ayara mengangguk dengan cepat dan mata yang berbinar. Ayara mulai makan disuapi oleh Resty hingga makanan itu habis tak tersisa, entah kenapa Ayara masih terasa lapar dan ingin makan kembali, karena di suapi Bundanya mungkin.

Lingkungan yang tadinya disinari matahari kini telah berganti disinari dengan cahaya bulan yang terang benderang. Bulan itu keliatan cantik sekali, seperti hati gadis yang sudah terlelap tidur di kasur rumah sakit saat kembali mendapatkan kasih sayang dari Bundanya.

Dengan di temani Kakak dan Bundanya di ruangan yang membosankan ini itu sudah cukup bagi Ayara. Ayara bahagia benar-benar bahagia tapi tidak ada yang tau bukan apa yang akan ia dapatkan berikutnya, kebahagiaan atau kesedihan, perlu persiapan hati yang baik untuk menerima semuanya.

Dua hari telah berlalu kini saatnya Ayara di perbolehkan pulang kerumah, dengan syarat harus minum obat di rumah. Ayara hanya mengiyakan saja, tidak tau mau diminum apa tidak.

Mereka sudah berkumpul diruangan Ayara termasuk Arkan dan para sahabatnya, sahabat Ayara juga tentunya. Mereka membantu Resty mengemasi barang-barang yang sempat dibawa kerumah sakit.

Entah kenapa Arkan berbaik hati untuk mengantarkan Ayara pulang kerumahnya.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya tiba di depan rumah Ayara, tak besar memang tapi setidaknya cukup untuk mereka tinggal.

Mereka memasuki rumah yang terkesan sederhana itu, berbincang-bincang sebentar hingga akhirnya mereka pulang kerumah mereka masing-masing.

Ayara yang sudah mulai merasa lelah memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia mendudukkan dirinya di kasur dan perlahan berbaring untuk terbang ke alam mimpi.

"AYARAA!!" Pekik Resty memanggil.

"Iyaa bundaa," Sahut Ayara setengah sadar karena ia sedikit lagi menyelam ke dunia mimpi sebelum akhirnya di kagetkan dengan teriakan Bundanya.

Ayara berlari tergesa-gesa menuju tempat dimana Bundanya berada.

"Iya bunda, kenapa?," tanya Ayara berusaha menahan kantuknya.

"BERSIHIN DAPUR CEPETT!!," Perintah Resty dengan setengah berteriak.

"Tapi aku capek bu-."

"ALASAN, SANA CEPET!! TINGGAL NURUT JUGA SUSAH BANGET!!," Sentak Resty.

"Kok bunda jadi gini lagi sama Aya?," lirih Ayara pelan.

Resty terkekeh "Kamu kira saya beneran sayang sama kamu? kasian banget ya kamu, hahahaha," Ucap Resty tersenyum miring.

Degh

"B-bundaa bohong kan? bunda s-sayang Aya kan?," Tanya Ayara menahan air mata yang hampir luruh.

"Hahaha gini-gini juga saya mau jaga jati diri di depan teman kamu itu, saya terpaksa meluk kamu agar citra saya tidak buruk di hadapan temanmu."

Sakit.
Ayara kehilangan kasih sayang lagi, baru saja ia bahagia kenapa kesedihan harus datang? Baru saja Bundanya tersenyum untuknya tapi kenapa harus sandiwara? apa salahnya? apa ia tidak berhak bahagiaa?.

"hiks Bu-bunda," Air mata yang sedari tadi ia tahan jatuh begitu saja.

"Udah cepetan bersihin dapur!!."

Ayara hanya mengangguk saja dengan pandangan kosong. Isakannya sudah berhenti tapi tidak dengan air mata yang masih terus mengalir. Ia menatap kecewa dan tersenyum tipis kearah bundanya sebelum pergi berjalan pelan ke dapur. Meninggal Resty yang terdiam melihat Ayara yang menatapnya kecewa, apa ia keterlaluan?

"Nggak mungkin dia aja yang berlebihan," Batin Resty.

Entah apa yang dipikirkan wanita itu, sampai ia berbuat seperti ini. Kalau diperhatikan juga, Lingga udah sembuh dari kecelakaan masa kecilnya itu. Jadi apa yang ia dendamkan pada Ayara.

"Untung aja lingga nggak ada, tapi nggak papa biar lain kali aja dia liat seberapa kejam aku ke anak sial itu," gumam Resty lalu berjalan menuju kamarnya.

••Ayara••

Haiii

Gimana part ini?

Maaf yaa klo masih banyak typonya.

Tinggalin jejak yaaa.

Bubayyy

Jum'at, 2 April 2021

AYARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang