• 59 •

12.9K 1K 62
                                    

Hai, up lagi. Jangan bosan ya.

110 comment?

Happy Reading!!!

Hari ini hari minggu. Kini Ayara sedang berada di taman, bersama Arkan tentunya. Taman ini tidak terlalu ramai, tidak terlalu sepi. Ayara menolehkan kepalanya menatap Arkan yang sedang duduk di sampingnya.

"Kenapa liat-liat?!" tanya Arkan sedikit ketus.

Ayara terkekeh kecil, cowok itu masih cemburu ternyata. Tadi saat baru tiba di taman, Arkan tak sengaja menatap ponselnya yang menampilkan pesan dari Zidan. Kuat sekali rasa cemburunya.

"Masih cemburu, nih?"

Arkan tak menjawab, membuat Ayara harus memutar otak agar Arkan tidak kesal lagi. "Sayang."

"Sayaaang."

Ayara menunduk, menampilkan wajah sedihnya. "Yaudah deh kalo nggak mau ngomong. Aku pulang aja!"

Baru saja ia mau bangkit dari duduknya, tangannya sudah dicekal cowok itu. Diam-diam ia tersenyum tipis.

"Jangan pulang, ih."

"Aku mau pulang aja, kamu juga nggak mau ngomong sama aku."

Arkan mengusap wajahnya. "Aku tuh cemburu tau. Masa kamu masih chattingan sama dia, sih."

"Coba deh, kamu cek handphone aku. Aku cuma bahas tugas Arkanku, sayangku, cintaku," terang Ayara geram.

"Iya-iya, maaf. Duduk, ih."

Ayara tersenyum tipis. Berhasil. Ia mendudukkan dirinya kembali. Berbalik jadi ia yang merajuk sepertinya hal yang menyenangkan.

"Ay."

"Ayaaa."

"Kok jadi kamu sih yang ngambek, ah."

Ayara terkekeh kecil. "Makanya jangan cemburuan, ya? Aku bukan perempuan murahan yang nempel sana sini."

Arkan tersenyum kecil. "Iyaa, sayang."

Ayara mengerutkan keningnya, menelisik wajah Arkan dengan seksama. Tangannya terulur memegang dagu Arkan.

"Wait, kok kamu mirip sama seseorang, ya?" tanya Ayara serius.

"Mirip siapa?" tanya Arkan penasaran.

"Itu, aku lupa."

"Siapa sih, Ay?

"Mirip jodoh aku," cetus Ayara tersenyum lebar.

Pipi Arkan terasa panas, ia berusaha keras untuk menormalkan ekspresi wajahnya. Ia memeluk cewek itu, membuat Ayara tidak bisa melihat semburat merah di pipinya.

"Huhu, bisa aja kamu."

"Baper nggak?"

Arkan melepaskan pelukannya setelah di rasa pipinya tak lagi panas. Ia tersenyum manis.

"Dikit," jawabnya sembari mendekatkan tangan ke pipinya, lalu membuat gerakan tangan seperti memegang sesuatu yang sangat kecil. (🤏)

"Yah, padahal mikirnya udah susah payah," gumam Ayara tersenyum masam.

"Ih, entar semutnya lari."

Ayara mengerutkan keningnya. "Kok lari?"

"Kan kamu manis, kalo muka kamu masem ya otomatis semutnya lari dong."

Ayara tersenyum lebar. "Ih, liat nih," ucapnya sambil menunjuk pipinya.

Ayara menepuk pelan pipinya. "Panas."

AYARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang