• 49 •

17.7K 1.4K 97
                                    

Aku publishnya bertahap yaa!! YANG UDAH BACA SEBELUMNYA, JANGAN SPOILER!!!😤

Yang baca cerita ini wajib follow ig:
@wattpadjuuu_
@julia.artka

Happy Reading!!

Arkan kembali membopong Ayara saat sudah tiba di rumah sakit. Matanya sudah berair, ia berusaha menahan isak tangisnya. Hatinya sakit melihat kondisi Ayara. "Tahan Ayy, tahan yaa."

"Maaf hiks, maaf Ay. Akuu ... aku kelepasan ay. Maaf hiks." Isakan mulai keluar dari bibir Arkan, ini semua karenanya. Ayara sakit karenanya.

"Dokterr!!!"

Arkan menatap wajah Ayara yang memucat, ia bisa melihat bahwa gadis itu kesusahan bernapas. "Sa-sakit Kan ...," rintih Ayara lalu menutup matanya.

"Ay ... Ayaa!!" panggil Arkan berusaha membangunkan gadis itu.

"DOKTERR!! CEPAT ANJING!!"

Seorang dokter berserta beberapa perawat membawa brankar ke arah Arkan dengan gerakan cepat, Arkan meletakkan tubuh lemah itu ke brankar.

"Sebaiknya kamu tunggu di sini saja, karena bisa mengganggu pemeriksaan yang sedang berjalan," ucap salah satu perawat saat Arkan ingin ikut masuk ke ruang IGD.

Arkan menghembuskan napas pelan, air matanya semakin mengalir dengan deras. Ia berjalan sedikit menjauh dari pintu ruang itu. Tubuhnya merosot begitu saja, ia bodoh. Semua ini karena dirinya.

"Maaf Ay, maaf hiks," racaunya seraya menjambak rambutnya sendiri.

Keadaannya kacau sekarang.

Bodoh.

Hanya kata itu yang selalu ia ucapkan untuk dirinya sendiri.

Di sisi lain, Zidan sedang menatap lelaki itu tajam. Matanya sedikit memerah, ia berusaha keras untuk menahan air mata itu. Zidan berjalan mendekati Arkan, tangannya terulur untuk menarik kerah seragam sekolah yang Arkan kenakan.

"Pergi lo anjing!! Puas lo hah!!"

Arkan menatap mata Zidan dengan tatapan kosongnya, ia bahkan tidak peduli bagaimana penilaian Zidan terhadap dirinya. "Gue ... g-gue," lirihnya pelan, ia tidak tau harus berkata apa sekarang.

"Bangsat lo!!"

Bugh

Arkan diam saja, ia tidak berniat untuk membalas. Sekarang ia hanya bisa mengutuk dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia memperlakukan gadis itu dengan kasar. Bisa-bisanya mulutnya berbicara yang tidak-tidak tentang gadis itu.

Arkan semakin mengencangkan isak tangisnya. Melihat bagaimana susahnya gadis itu mengambil napas, membuatnya semakin merasa bersalah.

"Jangan buat keributan di sini, kalau mau buat keributan sebaiknya di luar saja!!" tegur salah satu staff rumah sakit.

Zidan menjauhkan dirinya dari Arkan, ia mendudukkan dirinya di kursi yang berada tak jauh dari ruang IGD itu. Mungkin raut wajahnya terlihat biasa saja, tetapi percayalah pikirannya kacau, hatinya sakit.

Sedangkan Arkan sendiri masih menangis, ia kembali menyandarkan tubuhnya ke dinding dingin itu. Matanya kosong dengan linangan air mata. Kondisinya benar-benar kacau.

Tangannya terulur untuk merogoh saku celananya, mengeluarkan ponselnya dari sana. Ia menelepon Adrian.

Panggilan terhubung, suara cowok itu terdengar di telinga Arkan.

AYARA Where stories live. Discover now