• 18 •

19.7K 1.7K 179
                                    

Aku publishnya bertahap yaa!! YANG UDAH BACA SEBELUMNYA, JANGAN SPOILER!!!😤

Yang baca cerita ini wajib follow ig:
@wattpadjuuu_
@julia.artka

Happy Reading!!!


"ARAAA," teriak Zoya sebelum akhirnya pingsan dan ditangkap Revan.
____________________________________

Mereka terkejut melihat Ayara yang terbaring dengan tubuh yang terikat di kursi, jangan lupakan darah yang mengalir di sekujur tubuh Ayara.

Ayara berusaha tersenyum saat melihat mereka berhasil menemukan dirinya. Mereka dengan segera mengelilingi Ayara dan melepaskan Ayara yang diikat.

Setelah ikatan itu terlepas, Arkan dengan perlahan memindahkan kepala Ayara ke pahanya. Tangisan Deeva makin menjadi, Deeva mengelus wajah Ayara pelan dengan tangannya yang bergetar dan isak tangisnya semakin terdengar memilukan.

Jangan lupakan Zoya yang langsung pingsan setelah melihat kondisi Ayara.

"Ay lo kenapa bisa gini hiks," tanya Deeva lirih.

"Sakit nggak?," tanya Revan seperti orang bodoh.

"Ay jangan diem, ayo jawab," desak Deeva.

Ayara berusaha tersenyum dan menggelengkan kepalanya "Hustt d-diem, gu-gue capek. Dada gue s-sesek," lirih Ayara.

Dadanya terasa sakit sekali, mungkin penyakitnya kambuh lagi. Ayara sedikit merasa tenang karena disaat penyakitnya kambuh, mereka ada di sisinya.

Setidaknya ia tidak mati secepat itu.

"Ke-kepala gue pusing kalo k-kalian berisik, d-diem yaa hustt. g-gue mau ti-tidur," ucap Ayara dengan napas tersengal-sengal dan dengan perlahan memejamkan matanya.

"Ayaaaa!!," Teriak Deeva histeris.

Arkan dengan segera membopong Ayara, dan berlari secepat mungkin. Sekarang tujuan utamanya adalah Rumah Sakit.

Entah kenapa Arkan jadi panik sendiri, hatinya merasa sakit melihat kondisi Ayara sekarang.

Para siswa yang melihat Arkan membopong Ayara sedikit terkejut. Apa lagi melihat kondisi Ayara yang sangat memprihatinkan. Tentu saja mereka tau siapa yang melakukan ini kepada Ayara.

Mereka berlari dengan cepat di koridor rumah sakit.

"Dokter!!," panggil Altezza.

"DOKTERR CEPAT BANGSAT," Teriak Arkan kesal karena sedari tadi tidak ada yang membantu mereka.

Para perawat dan Dokter yang mendengar teriakan Arkan langsung menghampiri dan membantu mereka.

"Ayara,"gumam Dokter Jefry pelan.

Dokter Jefry segera mengambil Ayara yang berada dalam gendongan Arkan dan memindahkan tubuh mungil itu ke brankar.

Ayara langsung di masukkan ke dalam UGD dan akan di periksa Dokter Jefry. Entah kenapa mereka merasa pemeriksaan kali ini terasa sangat lama.

Mendengar suara decitan pintu, mereka segera menoleh ke arah suara tersebut. Saat mengetahui sumbernya mereka mendekati Dokter Jefry.

"Gimana dok?,"tanya Zoya yang sudah sadar beberapa saat lalu.

"Mohon maaf sebelumnya, nama pasien yang di dalam tadi siapa ya?," tanya Dokter Jefry seakan-akan tidak mengenal Ayara.

"Ayara Nevalda dok," jawab Deeva cepat.

"Jadi gini, Ayara tidak mengalami luka-luka yang serius. Hanya luka kecil saja, Nanti akan saya berikan salep untuk luka cambukan itu ya," terang Dokter Jefry.

"Oh iya Dok, ehm kita udah boleh liat Ara nggak Dok?," tanya Deeva.

"Udah boleh, asalkan jangan berisik ya. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Dokter Jefry.

Dokter Jefry terpaksa harus menyembunyikan penyakit Ayara dari mereka karena ini permintaan pasiennya sendiri. Ia sudah terlanjur berjanji, dan mengingkari janji itu bukan jati dirinya.

Mereka membuka pelan pintu ruangan itu, terlihat seorang gadis yang terbaring di kasur Rumah Sakit dengan infus yang menempel di tangannya.

Mereka menatap prihatin Ayara. Deeva dan Zoya menghampiri Ayara dan tersenyum miris.

"Ayaa, cepet sembuh ya jangan kayak gini," Suara Zoya terdengar bergetar seperti sedang menahan tangis.

"Lo nggak boleh gini lagi, sakit gue liatnya," adu Deeva berharap Ayara bisa mendengar apa yang ia ucapkan.

Sedangkan empat cowok itu hanya duduk di sofa yang berada di pojok ruangan. Memperhatikan interaksi Zoya dan Deeva kepada Ayara. Melihat tidak ada tanda-tanda Ayara akan sadar sekarang, Zoya dan Deeva melangkahkan kakinya menuju sofa yang masih punya sisi untuk mereka duduki.

Mereka menunggu, menunggu Ayara mereka sadar.

Mata itu terbuka secara perlahan, menatap sekeliling dan mencium bau obat. Tentu saja Ayara tau ia sedang di Rumah Sakit.

"shh," Ayara meringis saat bekas cambukan itu mengeluarkan rasa sakit.

Mereka berenam yang mendengar ringisan itu dengan cepat bangkit dan berjalan menghampiri kasur yang Ayara gunakan.

"Ayaaa," panggil Deeva pelan.

Ayara menolehkan kepalanya melihat ke Deeva dan menerbitkan sebuah senyuman teduh.

"Ada yang sakit?," tanya Arkan dengan tangan yang terangkat untuk mengusap kepala Ayara.

Ayara menggelengkan kepalanya pelan, karena tenggorokannya kering. Seakan peka Arkan mengambil meja di nakas dan menawarkannya pada Ayara.

"Mau?," tawar Arkan mengarahkan gelasnya di hadapan Ayara.

Ayara mengangguk saja. Arkan segera mendudukkan Ayara dengan pelan, dengan tangan kirinya yang menahan tubuh Ayara dari belakang, dan tangan kanannya yang membantu Ayara minum terlihat seperti suami yang sedang merawat istrinya yang sedang sakit.

Posisi tubuh mereka benar-benar dekat. Arkan tidak tau saja jantung Ayara sedari tadi dag dig dug ser. Ayara sebisa mungkin menahan teriakannya kali ini.

"Anjayy, gue baper asu," pekik Revan membuat Mereka berdua gelagapan.

Revan meninggikan kasurnya, agar Ayara dapat bersandar. Mereka mulai berbicara banyak hal agar Ayara melupakan sejenak kejadian yang menimpanya.

Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita dan seorang pria. Mereka segera menghampiri Ayara.

"Dek kamu nggak papa kan?," tanya Lingga khawatir.

"Aya kamu kenapa nak, jangan kayak gini nak, bunda takut," Resty khawatir melihat keadaan Ayara.

••Ayara••

Haii.

Maaf yaa klo masih banyak typo nya.

Jgn lupa vote & comment.

Yaudahh bubayyy.

AYARA Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum