• 29 •

15.8K 1.4K 109
                                    

Aku publishnya bertahap yaa!! YANG UDAH BACA SEBELUMNYA, JANGAN SPOILER!!!😤

Yang baca cerita ini wajib follow ig:
@wattpadjuuu_
@julia.artka

Happy Reading!!!

Hari sudah semakin sore, matahari secara perlahan menenggelamkan dirinya, membiarkan bulan untuk menggantikan tugasnya. Tapi tidak ada niat untuk pulang sedikit pun dari kedua remaja ini.

"Temenin aku ambil mobil di rumah yuk," ajak Arkan.

"Ngapain ambil mobil?"

"Kan tadi kata psikiater yang nangangin mama udah ngebolehin mama pulang."

"Oh iya lupa." Ayara terkekeh pelan.

Mereka berdua beranjak pergi dari taman itu. Mereka berjalan ke parkiran dengan tangan yang masih saling menggenggam.

"Gendong," pinta Ayara manja.

Arkan menggendong Ayara, menaikkan gadis mungil itu di jok belakang. Arkan mulai menancapkan gas motornya, menerobos lampu merah, untung saja tidak ada polisi di sana. Ayara memejamkan matanya, menikmati angin yang berhembus kencang menerpa wajahnya lembut. Entah kenapa pikirannya melayang ke obat-obatan yang selama ini ia sembunyikan dari semua orang.

Ayara tersenyum miris "Gue nggak tau bisa bertahan sampai kapan," gumamnya pelan.

"Kamu ngomong apa Ay?," tanya Arkan sedikit berteriak.

Ayara membuka matanya "Nggak ada kok, kamu salah denger kali."

Arkan mengangguk "Iya kali ya."

Ayara turun dari motor saat Arkan sudah sampai di depan rumah mewah Arkan, sedangkan Arkan sedang membawa motornya ke garasi. Ayara takjub melihat rumah Arkan, tetapi ia tidak benar-benar menunjukkan ekspresi kagumnya. Ia tidak ingin di cap norak hanya karena memandang rumah Arkan berlebihan.

Mereka mulai memasuki rumah itu, tapi langkah mereka terhenti saat Ayara menahan tangan Arkan yang ia gandeng sedari tadi.

Arkan menatap Ayara dengan tatapan bertanya "Kenapa Ay?"

"Ada papa kamu?"

"Ad-"

"Arkan," panggil papa Arkan yang tak lain adalah Alvin.

Mata Ayara membulat, ia sedikit gugup sekarang. Apalagi wajah Alvin yang terkesan tegas membuat Ayara bergidik ngeri. Ia takut Alvin tidak menyukai hubungannya dengan Arkan. Pikirannya sudah berlarian ke sana ke mari. Apakah Alvin akan menyukai hubungan mereka? atau malah sebaliknya?

Arkan berjalan mendekati Alvin "Iya pa." Ia bahkan tidak sadar bahwa Ayara masih tidsk bergerak dari tempat mereka tadi.

"Dia siapa? kok diem di situ?" tanya Alvin menunjuk Ayara dengan dagunya.

Arkan menolehkan kepala menghadap Ayara "Ay, kok kamu diem di situ?" tanya Arkan terkekeh melihat tingkah gadisnya ini.

Ayara mengerjabkan matanya, ia bisa melihat papa Arkan menatapnya dengan tatapan bingung, sedangkan Arkan terkekeh memandang dirinya. Ayara berusaha menormalkan ekspresinya, ia tersenyum semanis mungkin lalu berjalan menghampiri ayah dan anak itu.

"Haii Om, saya Ayara," Ayara mengambil tangan Alvin lalu membawa tangan Alvin ke dahinya sebagai bentuk sopan santun.

"Kamu siapanya Arkan?"

"Saya tem-"

"Pacarnya Arkan Pa."

Ayara dapat melihat raut terkejut di wajah Alvin yang sedetik kemudian mengembangkan senyumnya. "Anak papa bisa punya pacar rupanya, kirain belok," tutur Alvin dengan tampang tak berdosa.

Arkan mendengus kesal " Ya bisa lah, jahat banget ngatain anak sendiri belok," ucapnya membuat Alvin tertawa pelan. Ayara hanya terkekeh geli, ternyata penilaiannya terhadap Alvin ternyata salah besar.

"Pa, aku mau jemput mama."

"Hah!!"

"Ck, mama udah boleh pulang ke rumah."

"Seriuss??"

"Iyaa."

"Yaudah kalo gitu tunggu dulu, papa mau ikut," ucap Alvin seraya berlari ke kamar.

"Keliatannya seneng banget papa kamu."

Arkan mengangguk " Yaudah tunggu di mobil yu."

Mereka berjalan keluar rumah, masuk ke mobil dan menunggu Alvin.

"WOY BOCAHH, MANA LO!! NINGGALIN GUE YA LO!!" teriak Alvin dari dalam membuat Ayara dan Arkan terkejut.

"Woyy jahat bangett ninggal-"

"Apasih orang di mobil jugaa!!" sahut Arkan berteriak saat melihat Alvin sudah berada di pintu rumah.

Alvin tersenyum manis lalu berjalan menuju ke mobil, masuk ke mobil dsn duduk ke kursi belakang "Oh."

Singkat, padat, jelas, dan tidak merasa bersalah.

"Untung orang tua," gumam Arkan mengelus dadanya.

Arkan mulai membawa mobil dengan kecepatan sedang. Diam-diam Arkan tersenyum tipis saat melihat wajah bahagia Alvin.

Entah kenapa menurut Alvin laju mobil Arkan sangat lambat membawa mereka ke tempat istrinya.

"Kan, kok lama banget sih nyetirnya?" tanya Alvin.

"Nggak lah, udah cepet kok ini," jawab Arkan yang di angguki Ayara.

"Lama, biar papa aja deh yang nyetir." usul Alvin menawarkan dirinya.

Arkan segera menepikan mobilnya, ia dan Ayara pindah ke belakang sedangkan Alvin pindah ke depan.

"Siap?"

Arkan dan Ayara mengangguk saja. Alvin membawa mobil dengan kecepatan yang luar biasa, bahkan Ayara sampai memejamkan matanya karena takut. Berbeda dengan Ayara, kedua pria itu nampak biasa saja.

"Aaaaa, ya ampun Om, pelanin!!!" pekik Ayara dengan tangan yang mencengkram lengan Arkan.

"Lebay kamu ah," sahut Alvin santai.

"Lebay dari mananyaa!!! Kalo mau mati ya jangan ngajak-ngajak dong!!"

Arkan menahan tawa melihat raut ketakutan di wajah Ayara. Ayara membuka matanya, mendapati Arkan yang sedang menahan tawa sontak menguatkan cengkramannya di lengan lelaki itu.

Ayara menatap Arkan memelas "Bilangin Papa kamu, pelanin aku takut," ucapnya pelan.

Mata Ayara berkaca-kaca, ia benar-benar takut. Ayara tidak ingin mati sekarang.

Kan nggak lucu kalo gue mati gara-gara camer gue bawa mobil ugal-ugalan, batin Ayara serasa ingin berteriak.

Ayara mulai terisak pelan, Arkan yang melihat itu menjadi tidak tega dengan gadis manisnya. Ia membawa Ayara ke dekapannya, menenangkan gadis itu.

Arkan mengusap rambut Ayara pelan " Hustt tenang ya, sini peluk aku aja."

"Sialan gue di jadiin nyamuk."

••AYARA••

Haii.

Gimana sama chapter ini?

Maaf ya kalo masih banyak typo.

Jangan lupa vote & comment ya.

Bubayy.

Kamis, 22 April 2021

AYARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang