11 || Zeta?

94 7 0
                                    

Leviana hanya bisa pasrah Ketika mamah nya menyuruh Alendra masuk, ia memijat keningnya yang mendadak pusing karena kehadiran Alendra. Leviana mengutuk Alendra yang malah mengiyakan ajakan mamah nya untuk masuk, padahal Leviana sudah menyuruh Alendra untuk segera pulang.

“Nama kamu siapa?” tanya mamah Leviana.

Alendra tersenyum canggung, “Alendra, Tan. Tapi, Leviana manggil saya Devano. Khusus untuk tante panggil aja Alendra ya, soalnya kalau Devano cukup Leviana aja yang manggil saya kayak gitu.” Terang Alendra.

Tunggu sebentar, panggilan khusus? Bukankah memang semua orang memanggilnya dengan sebutan Alendra?

Leviana menyesal sudah memanggil Alendra dengan nama berbeda. Lihat saja, sekarang Alendra sendiri menjadi besar kepala. Seolah di istimewakan, padahal hanya Alendra saja yang terlalu perasa.

“Wah, kamu lucu ya,” ujar mamah Leviana seraya menutup mulut karena tertawa.

“Saya kan memang lucu, Tan.” Balas Alendra dengan sedikit senyuman.

“Kalian udah kenal lama ya? Bahkan, Leviana aja udah punya panggilan khusus buat kamu. Tante aja nggak boleh ikut manggil pakai nama itu lagi.”

“Baru deket 5 hari, Tan. Tapi, emang kaya yang udah couple sweet  gitu kan?” balas Alendra bangga.

“Dih, apaansih. Nggak kok!” sela Leviana tidak terima.

“Leviana mah emang suka malu-malu gitu, Tan. Padahal kalau kita lagi berdua aja agresif, iya kan Lev?”

“Nggak!!” Leviana memukul paha Alendra kesal. “Lo jangan ngomong hal-hal yang bikin nyokap gue salah paham!”

“Ouh iya, Tan. Leviana pernah bilang sama saya katanya kalau mau ajak serius dating kerumah. Saya kan sebagai cowok yang nati gombal-gombal klub langsung datang aja kerumah, tancap gas gitukan. Jadi, gimana Tan. Udah kayak mantu idaman belum?” oceh Alendra.

Fix ucapan Alendra kali kini seperti orang sedang mabuk lem tikus. Ngawurnya bikin  orang pengen bunuh berjamaah.

Mamah Leviana hanya bisa tertawa mendengar ocehan Alendra, baru kali ada teman lelaki Leviana tidak mempunyai malu sama sekali Ketika berkunjung kerumah orang. Kebanyakan orang yang bertamu pasti akan menjaga sikap, bersikap canggung dan masih malu-malu, berbeda jauh dengan Alendra. Baru pertama kali bertemu saja mamah Leviana langsung merasa sukat dengan sifat Alendra yang apa adanya. Meskipun terlihat urakan, namun mamah Leviana tidak mempermasalahkan Leviana mau dekat dengan siapa saja asal tidak membawa pengaruh negative terhadap Leviana.

“Nak Lend, tante mau masuk kekamar dulu ya. Ouh iya Na, kamu obatin Alendra ya. Kasihan mukanya itu pada biru, kayaknya perlu di kompres dan di kasih salep ya.”

“Mah, apaansih. Lagian biarin aja, dia kan bisa obatin lukanya sendiri,” ujar Leviana tak acuh.

“Ana, nggak boleh gitu. Kasihan Alendra, mamah nggak mau ya punya menenatu mukanya bonyok gitu.”

“Tuhkan, Lev. Gue udah dapet lampu hijau dari mamah lo.” Cengir Alendra.

“Mamah,” rengek Leviana.

Mamah Leviana memerlingkan matanya genit kearah Alendra, Alendra pun membalasnya dengan acungan jempol dan sedikit tersenyum puas. Setelah itu mamah Leviana berlalu menuju kamar.

“Lev, lo liat sendirikan. Gue itu hebat, gue baru aja ketemu sekali sama nyokap lo. Eh nyokap lo udah suka sama gue.” Alendra menyugar rambutnya kebelakang sekali mencoba menarik perhatian Leviana.

“Lend, lo tuh kegeeran. Emang dasar baperan.” Leviana bangkit dari duduknya lantas menuju dapur untuk mengambil es guna mengompres wajah Alendra yang lebih mirip seperti buaya tiren.

AlendraWhere stories live. Discover now