23 || Gue bisa apa, Na?

71 4 0
                                    

Gue nggak tau gue kenapa.
Yang jelas, yang gue tau gue Suka sama lo dan gue bisa apa. Na?

~Devano Alendra Demiand~



Assalamualaikum , teman-teman. Gimana nih kabarnya? Semoga sehat selalu ya. ❤️

SELAMAT MEMBACA ALENDRA

***

Setelah motor Alendra berhasil berhenti di depan gerbang rumah Leviana, cowok itu masih bungkam. Sebenarnya ada banyak yang ingin Alendra tanyakan pada Leviana. Namun, sepertinya kali ini tidak tepat untuk membahas hal yang berhubungan dengan kejadian tadi.

“Alendra.”

“Ya.” Sahut Alendra cepat.

Leviana menggigit sudut bibirya, canggung. Mengingat bagaimana ucapan Alendra yang berhasil membuatnya menghangat kini membuat pipi Leviana merona malu.

Thanks buat yang tadi, kalau lo nggak datang mungkin Jovian tadi udah_”

“Nggak usah berterimakasih sama gue, Na. itu sudah menjadi kewajiban gue buat jagain lo,” ujar Alendra menatap Leviana lekat. “Gue memang baru kenal lo, begitupun lo yang baru kenal gue. Tapi, Na. soal perasaan gue nggak pernah main-main.”

Leviana menunduk menghindari tatapan Alendra yang berhasil membuat sesuatu didalam dada Leviana berdebar kencang. Tidak, rasanya terlalu cepat bagi Leviana menyimpulkan debaran ini adalah bukti mulai rasa Sukanya pada Alendra.

“Lo jangan mikir yang macam-macam tentang gue ya, Na,” ujar Alendra. “Gue tulus kok sama lo, gue yang nggak ngerti apa itu cinta bisa apa? Cuma lo cewek pertama yang berhasil bikin gue jatuh cinta.” Aku Alendra terang-terangan.

Leviana mengangkat wajahnya membalas tatapan Alendra. “Gu… gue nggak bisa seyakin itu. Gue juga nggak bisa percaya sama cowok yang jelas-jelas dimusuhin sama anak-anak dari sekolah gue.”

“Na, gue harus apa biar lo percaya? Apa gue harus loncat dari Gedung yang tertinggi? Atau perlu gue keluarin hati gue biar lo tau seberapa bucin nya gue sama lo?” ceplos Alendra.

“Hah? keluarin hati Lo? Dih apaan sih alay." Ucap Leviana heran.

Alendra seketika gugup, “Nggak kok, gue cuman bercanda. Hehe ya kali, lagi pula gue bingung ngeluarin nya gimana kan.”

“Bege emang.”

“Iya, Na.” Alendra tersenyum tipis.

Sebelah tangannya menarik lembut tangan Leviana. Lalu Alendra tempelkan telapak tangan Leviana kedadanya. “Lo bisa rasain kan, Na? setiap di dekat lo jantung gue selalu kaya gini. Gue bukan bermaksud lebay, Na. tapi ini fakta. Cuma lo yang bisa bikin jantung gue berdebar dengan nggak normal. Cuma lo cewek yang bikin gue pengen habisin Jovian, Cuma lo. Na,” ujar Alendra tulus.

“Gue nggak tau gue kenapa. Yang jelas, yang gue tau gue Suka sama lo dan gue bisa apa. Na?”

Leviana menarik cepat tangannya bergerak mundur, mencoba sedikit menjauh dari Alendra. Sungguh, Leviana tidak suka dengan Alendra yang mendadak berubah menjadi serius. Ini tidak baik karena membuat cara kerja jantung Leviana mendadak menjadi tidak normal.

“Gue masuk dulu, makasih ya udah anterin gue pulang,” ujar Leviana kikuk.

“Tunggu, Na.” Alendra Kembali menahan pergelangan tangan Leviana.

“Ada apa?”

“Kalau ada yang orang bikin lo nangis dan terluka lagi langsung lapor ke gue ya, Na.”

“Kenapa?”

“Ya, kalau kata dilan Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu. Nanti, besoknya orang itu akan hilang! Itu pun berlaku bagi gue, tapi gue berharap lo bilang biar orang itu hilang. Paham, Leviana Anastasya Baker?”

Leviana mengurai senyuman tipis, pipinya semakin merona karena malu. Sekarang Leviana tidak percaya pada Alendra yang katanya bodoh dalam urusan perasaan. Bagaimana bisa hanya dengan kalimat sederhana seperti itu saja mampu membuat Leviana salah tingkah.

“Sama satu lagi.”

“Apa?” tanya Leviana.

“Panggil gue Devano ya, Na. soalnya gue lebih seneng denger lo yang manggil nama itu dibandingkan Papah gue. Vibes nya beda.”

“Devano.” Gumam Leviana pelan.

Alendra tersenyum lebar, “Gue seneng deh lo nurut sama gue. Nanti malam gue kesini mau apelin lo.”

“Nggak ada! Gue malam ini mau tidur cepat.”

“Yaelah, Na. baru aja tadi kita sweet-sweetan lo udah balik galak lagi.” Dumel Alendra.

“Bodo amat! Sana pulang, males gue liat muka tengil lo itu. By!” Leviana melongos angkuh dengan sengaja mengibaskan rambut panjangnya dihadapan wajah Alendra.

Alendra mengusap wajahnya yang terasa perih terkena sabetan rambut Leviana. Namun, tak ayal bibirnya menyungingkan senyuman tipis.

“Masya Allah, kok gue nggak nyangka gue bisa menggembel seperti itu. Nggak sia-sia emang gue nonton film Dilan bareng si Dino,” ujar Alendra tersenyum sumringah.

Alendra menyalakan motornya, sekali lagi melihat kedalam rumah Leviana kemudian setelahnya benar-benar pergi meninggalkan wilayah perumahan Leviana.

Tanpa Alendra tahu, diam-diam sejak tadi Leviana memperhatikan Alendra dari balik pintu gerbang. Leviana tidak benar-benar pergi, dia masih mengawasi Alendra.

Leviana menyadarkan punggungnya pada pintu seraya menutup wajahnya. Rasanya saat pertama kali dekat dengan Jovian, Leviana tidak pernah bereaksi berlebihan seperti ini.

“Nonton film Dilan? Seorang Devano Alendra Demiand? Menonton film semacam itu? Benar-benar mengherankan. Dan, gue nggak mungkin suka Alendra kan?” tanyanya pada diri sendiri. “Dia, Alendra. Na. sadar lo, nggak mungkin kan lo suka sama dia.” Leviana menepuk-nepuk pipinya pelan seraya menghembuskan napas mencoba menetralkan jantungnya yang terus berdetak tak karuan.

“Aaaaaa, nggak bisa! GUE BAPER!” seru Leviana merengek berlari menuju kamarnya.

Tunggu, itu beneran Alendra? Devano Alendra Demiand kan? Seriusan? Kok bisa seorang Alendra yang terkenal menjengkelkan menjadi seserius itu? Kayaknya benar deh.

⬇️

“Cinta dapat mengubah segalanya ya.”























JANGAN LUPA BUAT COMMENT DAN VOTE YA.
SOALNYA PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN SEMUA.






Salam,

AnRisma

Alendraजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें