67 || Rasa takut akan kehilangan

109 5 1
                                    

Bagi Leviana, kebersamaannya dengan Alendra adalah sebuah kebahagiaan terbesarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagi Leviana, kebersamaannya dengan Alendra adalah sebuah kebahagiaan terbesarnya. Meski Alendra cukup menyebalkan, selalu membuat nya marah, namun dibalik itu semua Alendra tetaplah sosok pacar yang selalu bisa membuatnya terkagum-kagum akan sosok Devano Alendra Demiand nya.

Leviana sangat mencintai Alendra, sungguh. Alendra benar-benar berhasil membuat dunianya terasa jungkir balik. Leviana yang semula berpikir bahwa dia tidak akan mudah jatuh cinta pada Alendra, tapi ia salah. Alendra selalu saja menunjukkan berbagai sikap yang mana tentunya berhasil membuat dinding pertahanan yang Leviana bangun roboh begitu saja.

"Ngelamunin apa sih sayang?"  Tegur Alendra mencubit pelan pipi Leviana. "Sadar sayang! Nggak boleh mikir hal jorok tentang aku!" Heboh Alendra mengguncang bahu Leviana.

"Ish! Apa sih! Siapa juga yang mikirin hal jorok! Terlebih lagi tentang kamu." Kesal Leviana membalas mencubit lengan Alendra. Lelaki itu menyengir lebar merasa tak bersalah sedikitpun karena telah membuat Leviana menjadi kesal padanya.

"Ya habisnya kamu ngeliatin aku nya kek penuh nafsu gitu sayang, aku kan jadi ngeri." Ucap Alendra. "Eh tapi sih_"

Leviana melotot galak "Apa hah?!"

Alendra menyengir semakin lebar sembari memasang raut menggodanya. "Mau ngajak ciuman ya? Ayok sayang, mumpung sepi. Kapan lagi kita kiss-kiss manja." Alendra memajukan wajahnya, memonyongkan bibirnya hendak mencium Leviana. Namun, sebelum itu terjadi Leviana sudah terlebih dahulu memukul Alendra dengan sekuat tenaga nya.

"Apaan sih, Dev! Kamu kayak gitu aku tinggalin juga nih.' ancam Leviana semakin kesal.

"Eh jangan sayang, kan aku cuman berjanda doang elah...."

"Bercanda, Dev. Bukan berjanda!"

"Hehe, iya sayang iya. Gemes banget deh, jadi pengen jual." Alendra tertawa ngakak, begitupun dengan tangannya yang tidak bisa diam terus-menerus mendorong bahu Leviana hingga hampir membuat nya jatuh terjungkal ke depan.

Leviana menatap Alendra datar, sudah dipastikan penyakit gilanya mulai kumat.

"Ketawa terus, udah kek orang gila beneran." Sinis Leviana.

"HAHAHA, kucing garang lucu banget." Alendra benar-benar semakin memperkeras suara tawanya.

"DEVANO! DIEM!"

Alendra menutup mulutnya untuk diam begitu mendengar Leviana teriak semakin kesal. "Maaf sayang."

"Kamu hobi banget ya bikin aku kesel, tapi ya gimana. Aku juga sayang sih sama kamu," ujar Leviana.

"Hehe, aku juga sayang sama kamu. Sengaja aja bikin kamu kesel tuh, soalnya kamu lucu tau." Ucap Alendra cengengesan.

"Dev, kemana pun kamu pergi aku ikut ya," ujar Leviana tiba-tiba.

Alendra terdiam selama beberapa saat. Ia tersenyum, Alendra menarik tengkuk Leviana melayangkan kecupan singkat di bibir kekasihnya.

Leviana memekik kaget, namun ia malah mendapati Alendra yang menatapnya sendu. Sungguh, inilah yang Leviana benci. Ia benci ketika Alendra harus menatapnya dengan sendu seperti ini.

"Jangan sayang."

Leviana meneguk ludahnya kasar, ia was-was dengan ucapan yang akan Alendra keluarkan. "Kenapa gitu?"

"Jangan aja sayang. Lagipula aku kan nggak bakalan pergi kemana-mana, aku tetap bakalan di samping kamu."

"Aku takut, Dev. Nggak tau kenapa tapi aku takut kamu ninggalin aku." Lirih Leviana.

"Kenapa berpikiran gitu, Na?" Tanya Alendra mengusap pipi Leviana penuh dengan kelembutan.

"Aku nggak mau kalau kamu tinggalin aku. Aku udah bergantung sama kamu, jadi jangan pernah tinggalin aku ya."

"Nggak akan, Na. Aku usahain bakalan tetap ada Di sisi kamu ya." Tutur Alendra memeluk Leviana. "Nanti, ketika ada atau enggak adanya aku di samping kamu. Kamu harus tetap bahagia, Na."

"Nggak bisa, nggak bisa gitu. Aku cuman mau sama kamu."

"Bukan kamu aja, Na. Aku juga cuman mau sama kamu. Tapi, kita kan nggak tau kedepannya bagaimana." Ucap Alendra lirih.

Entah mengapa, ia sendiri tidak yakin dengan ucapannya ketika akan tetap di samping kekasihnya itu. Bagaimana pun juga, ia sebagai manusia biasa hanya bisa berharap. Tapi, tetap Tuhan lah yang mempunyai takdir dan rencananya.

Alendra sendiri hanya bisa berharap, bahwa ia tetap bisa bertahan hidup meski harus menanggung rasa sakitnya. Setidaknya, ia tetap bisa bersama dengan orang-orang tersayang nya.

 Setidaknya, ia tetap bisa bersama dengan orang-orang tersayang nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





AlendraWhere stories live. Discover now