03 || Wow, cewek tuh

215 9 4
                                    

“Mel, ini mie ayamnya enak banget njir.”

“Amel, gue pengen jus mangga dong. Haus nih gue.”

“Mel, Amel. Dibungkus dong mie ayamnya.”

Amel hanya bisa mengangguk pasrah, mencoba bersikap tak masalah dengan aksi gesrek Alendra dan kedua temannya.

“Mel, lo juga makan dong. Masa yang nraktirnya gak makan,” ujar Dino dengan mulut tersumpal penuh mie ayam.

“Nggak, gue lagi malas.” Tolak Amel dengan kesal sembari membuang wajah kesamping malas menatap Dino.

“Kalau lo gak mau, berarti jatah lo buat gue aja. Gue mau nambah lagi nih mie ayamnya,” ucap Alendra dengan seringai jahilnya.

“Sialan lo, Lendra!” maki Amel didalam hati.

Amel berusaha tenang dan sabar menghadapi tingkah Alendra an juga kedua temannya. Amel sangat ingin memaki Alendra langsung habis-habisan. Namun, mengingat Alendra anak dari pemilik sekolah ini. Amel mengurungkan niatnya, mencari aman.

“Nanti, udah ini gue kasih nomor Raka deh,” ucap Dino.

“Uhuk … uhuk.” Raka langsung tersedak mendengar ucapan Dino, memang teman biadab!

“Serius, Din? Meski gak dapet Alendra juga gue mah gapapa kok sama Raka,” ujar Amel mendadak merubah suaranya lembut.

Raka melotot, “Nggak! Nggak ada! Mimpi lo, Mel!”

Alendra tertawa, “Ssttt, babang Raka. Gak boleh nolak rejeki, gue siram kuah mie ayam mau?” ancam Alendra mengangkat mangkuk berisi kuah mie ayam dihadapan Raka.

“Dengan senang hati, Lend. Gue mau,” ucap Raka memelas.

Alendra menggelengkan kepalanya. Ia pun menyuapkan mie ayam yang terakhir dan bersandar lemas pada kursi. Alendra merasakan kekenyangan. “Gue mau balik ke kelas nih,” ujar Alendra.

“Ouh ya, Mel. Minta aja tuh nomor Raka ke Dino oke.” Alendra mengedipkan sebelah matanya. Menggoda Amel yang semakin tersipu malu.

“Lo, apa-apaan sih, Lend!” sentak Raka emosi.

“Ssstt, lo mau diem atau gue timpuk nih?” ancam Alendra.

Raka hanya diam dan berusaha pasrah dengan kelakuan dua temannya yang biadab ini.

***
Alendra melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Alendra memutuskan untuk pulang lebih cepat karena takut diomeli oleh Zeta mamihnya.

“Wow, cewek tuh.” Alendra memicingkan matanya dari kejauhan. Melihat seseorang tengah dihadang beberapa pria bertubuh besar.

Namun tunggu, cewek itu cukup jago dalam hal bela diri. Membuat Alendra terpana kagum akan bela diri cewek tersebut.
Alendra pun menambahkan kecepatan laju motornya. Takut cewek tersebut jewalahan menghadapi keempat pria bertubuh besar.

“Om, masa gagah gini lawan cewek?” tanya Alendra sembari turun dari motor.

“Banci ya, om?” lanjutnya.

“Kurang ajar lo bocah tengil!” hardik si pria bertato tak terima.

“Lagian sih, om. Pake acara lawan cewek, cewek tuh kan dilindungi om. Bukan malah diajak berantem gini, dasar ya om-om banci.” Oceh Alendra tak henti.

“Banyak bacot lo, hajar!” perintah si pria bertato kepada ketiga temannya.

“Siapa takut.” Tantang Alendra.

Alendra pun melawan kedua pria, dan cewekyang ia tolong pun membantunya melawan dua pria lainnya. Alendra dan cewek tersebut cukup kompak melawan keempat pria bertubuh besar itu.

Bughhh ….

Tiba-tiba wajah Alendra terpukul oleh pria brewokan. Alendra pun histeris tak terima. “Wajah tampan gue.” “Sini lo, gue habisin!” teriak Alendra kesal. Ia pun menyeruduk si pria brewokan itu hingga terjatuh dan segera mematahkan tangan pria tersebut membuat ketiga temannya langsung menolong dan lengah. Alendra pun memanfaatkan keadaan. Dengan segera Alendra menarik tangan cewek itu untuk segera menaiki motornya.

“Papay om banci, nanti kalau bisa langsung ke tukang urut ya. Jangan malah kerumah sakit jiwa! Alendra melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Membuat cewek dibelakangnya ketakutan dan reflex memeluk Alendra erat.

“Semesta berbaik hati sama gue nih, dipeluk bidari cantik anjir,” ujar Alendra dalam hati.

***



Emang dasar ya, Alendra. Selain gesrek jago juga tuh modusnya 😂

AlendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang