16 || Sudah Joshua duga

66 6 0
                                    


Alendra menyesap sedikit teh manis yang dibuatkan oleh Zeta, begitu pun dengan Joshua. Sesuai ajakan Joshua tadi yang mengajak Alendra untuk bermain catur, keduanya pun saat ini tengah berada didepan teras rumah.

Untuk pertama kalinya Alendra bisa merasakan bagaimana rasanya mengapeli seorang cewek ke rumahnya, apalagi sampai diajak bermain catur oleh calon mertua. Sebenarnya Alendra tidak bisa bermain catur, hanya saja Alendra terlalu gengsi untuk jujur. Alendra sedang berusaha membangun kesan yang baik kepada calon mertuanya. Apa kata Joshua nanti Ketika tahu Alendra bermain catur saja tidak bisa, mau di taruh dimana wajah tampan Alendra?

“Udah lama kenal Ana?” tanya Joshua seraya menggerakan bidak caturnya maju satu kotak berwarna hitam.

“Belum lama kok, Om.”

Joshua manggut-manggut, “Kata Ana kamu itu menyebalkan, ya nggak heran sih. Orang kamu diam aja udah nyebelin.”

“Hah?” Alendra melongo mendengar ucapan Joshua. Jujur sekali papahnya Leviana ini. Alendra merasa kikuk, masa iya baru pertama kali bertemu Joshua sudah mengecapnya cowok yang menyebalkan.

“Tenang, Om kan cuman bercanda,” ujar Joshua seketika membuat Alendra menghembuskan napas lega.

“Om, saya mau nanya dong. Kalau om udah jadi papah nya Leviana berapa tahun ya?” tanya Alendra lugu.

Alendra dan Joshua sama-sama terdiam sejenak, sumpah demi apa pertanyaan Alendra adalah pertanyaan teraneh. Kini Alendra menggigit lidahnya, bagaimana bisa ia bertanya konyol seperti itu? Memangnya Leviana itu anak pungut? Atau papah nya Leviana yang bukan papah kandung? Sungguh pertanyaan paling bodoh.

“Pertanyaan kamu nggak berfaedah, tapi nggak masalah jarang juga ada orang yang nanya sedetail itu sama sama.” Akhirnya Joshua membuka suara, ia memajukan bidak caturnya kesamping “Skakmat!” seru Joshua.

“Skakmat? Berarti aku kalah dong om?”

“Kamu ini nggak bisa main catur ya? Dari tadi kamu Cuma jalanin satu bidak saja.”

Alendra cengengesan, ketahuan juga akhirnya “Aku itu bukannya nggak bisa om, cuman ya ngalah aja. Nggak enak juga kalau ngalahin orang tua, nanti aku kualat gimana.” Oceh Alendra.

Joshua memutar bola matanya jengah, pintar sekali Alendra beralasan. Tapi boleh lah, lagipula tujuan Joshua mengajak Alendra bermain catur bukan tanpa sebab. Joshua ingin bertanya seputar kehidupan Alendra.

“Kamu satu sekolah sama, Ana?” tanya Joshua dengan ekspresi wajah begitu serius.

“Nggak kok om, aku sama Leviana beda sekolah. Tapi, kalau urusan hati bentar lagi juga satu tujuan,” ujar Alendra tersenyum lebar.

Joshua mendengus geli, Ia jadi teringat saat muda dulu berpacaran dengan Zeta. Sebenarnya Joshua dimasa sekolahnya terbilang playboy, tapi Ketika bertemu dengan Zeta ia pun bertobat dann memfokuskan diri kepada Zeta hingga akhirnya menikah. Joshua yang melihat Alendra seketika melihat jiwa-jiwa pemodus handal bersemayam didalam tubuh Alendra.

“Bisa aja kamu, modusnya halus bener.” Joshua mencibir pelan “Papah kamu pasti dulunya playboy ya?” terka Joshua.

“Playboy  apaan om? Orang papah aku kaku kayak kanebo kering yang dikasih nyawa. Senyum aja jarang, gimana bisa jadi playboy? Mamah mau sama papah aja kayaknya udah harus disyukuri deh om.” Celoteh Alendra dengan ekspresi wajah kesal.

“Papahnya kaku kok anaknya bisa pecicilan kayak kamu ya? Itu beneran papah kamu atau kamu yang bukan anaknya ya?” tanya Joshua terheran-heran.

Alendra menjetikkan jari dengan antusias “Ada satu kelebihan papah aku, Om. Aku yakin pasti om nggak bisa kayak papah aku,” ujar Alendra sombong.

AlendraWhere stories live. Discover now