14 || Jomlo? Sorry ya

65 5 1
                                    

Alendra hanya bisa diam sesekali meringis kala Puppy membersihkan lukanya. Mata tajam Jack terus mengincar tubuh Alendra seolah-olah ingin membakar tubuh putranya itu di detik ini juga.
Jack sedang kesal, bagaimana tidak. Niatnya pulang kerumah adalah untuk mengambil dokumen yang tertinggal, namun ia harus tertahan di rumah. Ketika melewati sekolah Scorpio, Jack melihat kerumunan dan motor Alendra terpakir disana. Jack yang merasa curiga pun memliih untuk berhenti memastikan apakah itu benar Alendra atau bukan. Sesuai dugaan Jack, putra sulungnya itu sedang di hakimi oleh para warga dengan kasus pemalakan seorang bocah SD.

“Bisa nggak jangan liatin akum ulu, Jack. Takutnya jatuh cinta, masa iya nanti kita terjebak dengan Bapak anak zone,” Celetuk Alendra.

“Cih, mana ada. Lagian, kamu ngapain malakin uangnya Scorpio? Kurang uang kamu? Bikin malu aja!”

Alendra memutar bola matanya malas, “Iya aku kurang uang dan aku butuh uang.”

“Lima ribu belum cukup buat kamu jajan, hah? Mau berapa lagi?”

“Pah, anak SMA jajan lima ribu? Papah nih orang kaya loh, tapi masa pelitnya naudubillah. Ingat Pah, bikin orang sengsara itu dosa.” Ceramah Alendra.

Oh ayolah, Jack bukan sembarang orang kaya. Andaikan Alendra tahu kalau Papahnya itu adalah mafia, sudah pasti iya akan terus protes perihal uang jajan yang diberikan oleh Jack.

“Nggak usah pake acara nasehatin Papah. Masih mending loh Papah mau ngasih uang jajan ke kamu, seharusnya kamu itu bersyukur bukannya malah protes.”

“Mah, Lendra butuh keadilan.” Rengek Alendra memeluk Puppy dari samping.

“Jangan hukum Lendra lagi. Gimana Lendra mau berpetualang mencari cinta sejati? Kalau setiap malam Mamah kurung terus. Nanti muka Lendra nggak terekspos gimana, kan mubadzir Mah.”

Puppy memutar bolanya jengah. Alendra mulai mendrama, giliran ada maunya saja ngomong pakai acara merengek. Puppy heran kepada putranya yang satu ini, gemar sekali ia membuat orang  migrain mendadak. Scorpio juga sama kurang ajarnya luar biasa, ia melihat kakaknya dipukuli malah tidak peduli.

“Emang nya kamu punya pacar? Sampai mau keluyuran malam.” Tanya Puppy remeh.

Puppy yakin sekali kau Alendra tidak pernah terlihat membawa perempuan kerumah. Di sekolah juga Alendra lebih dekat dengan kedua sahabatnya ketimbang perempuan. Ya, meski sebenarnya banyak sekali perempuan yang mendekati. Tapi, Alendra terlihat biasa saja. Terkadang, Puppy berpikir bagaimana jika anaknya belok? Tapi, mana mungkin kan?”

“Mah, pertanyaannya super jelas dengan jawaban enggak deh. Nggak punya, Mah. Lendra nggak punya pacar,” ujar Alendra lesu. Namun, sedetik kemudian merubah ekspresinya menjadi ceria. “Tapi, Lendra udah punya calon pacar. Di jamin nanti kalau Mamah liat nggak bakalan berhenti ngucap subhanallah.”

Jack mencebikkan bibirnya, ia merasa tak yakin dengan perkataan Alendra. Mana ada yang mau dengan Alenra? Tingkahnya saja sudah aneh, terlalu urakan. Baru dekat beberapa detik saja Jack sudah yakin gebetan anaknya itu akan lari karena ilfeel mendadak.

“Halu tingkat dewa.” Cibir Jack.

“Sirik aja, heran. Mohon maaf ya, nggak usah ngomong sama aku ya Papah Jack Demiand yang terhormat. Orang kaya namun pelit seperti Anda terlalu banyak dosa untuk berbicara dengan saya orang suci.” Ketus Alendra.

“Ouh gitu ya, baiklah wahai orang suci jangan sesekali kamu minta uang ke Papah ya.” Jack bangkit dari duduknya memakai Kembali jasnya.

“Sayang, aku berangkat dulu ya.” Jack menghampiri Puppy di kecupnya kening Puppy mesra.

“SAYANG, AKU BERANGKAT DULU YA,” ujar Alendra menye-menye mengikuti kalimat Jack dengan gaya lebay. “Dasar bucin.”

“Iri bilang bos, dasar jomlo.”

“Jomlo? Sorry ya aku bukannya jomlo. Aku ini sedang memperbaiki diri dan memantaskan diri untuk dia seseorang yang sulit ku gapai, meski sulit aku tetap akan menggapainya. Aku juga sedang tidak ingin menyakiti cewek lain yang sudah lama mengantri ingin menjadi pacar ku. Maaf Pah, anak mu ini terlalu tampan dan teralu banyak yang ingin memilikinya jadi aku pun sulit untuk menentukan pilihan.” Keluh Alendra dengan tangan memijat kening dramatis.

Jack mengernyitkan sebelah matanya merasa geli dengan kalimat Alendra. Sungguh, tingkat pede anak sulungnya ini terlalu tinggi. Membuat Jack ingin sekali menyentil otak Alendra agar sedikit saja bisa normal, namun Jack yakin Alendra tidak memiliki otak.

“Terserah kamu saja wahai orang halu.”

“Ye, dasar bucin nggak ketulungan.”

“Udah-udah stop, Jack mendingan kamu berangkat aja sana. Cari duitnya yang banyak ya, aku udah butuh liburan keliling Eropa nih,” ujar Puppy berusaha melerai Alendra dan Jack.

Jack pun langsung bergegas keluar rumah, sedangkan Alendra langsung bergegas ke kamarnya untuk bersiap-siap. Ia berniat untuk mengunjungi Leviana nanti malam.

***
Alendra merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. Beberapa kali Alendra mengecek bau napasnya, takut tercium aroma yang tidak sedap Ketika nanti berbicara dengan calon mertuanya.

Rambut sisir rapih, oke ✔️

Sepatu uwu, oke ✔️

Jaket navy pembawa ketampanan, oke ✔️

Jeans penyempurna, oke ✔️

Oke, sempurna. Tidak lupa Alendra pun membawa bawaan yang paling penting baginya, yaitu martabak telur. Bukankah hal umrah untuk para cowok membawa martabak Ketika ngapel ke rumah cewek? Semoga saja nanti Papah dan Mamah Leviana suka dengan martabak yang Alendra bawa, meski harganya 20 ribu setidaknya dia ngapelin cewek tidak dengan tangan kosong.

“Duh, kok bisa gue malah guggup ya,” ujar Alendra.

“Nanti gue harus ngomong apa ya?” Alendra berdehem menggerakkan lehernya memutar, ia mengatur napasnya sejenak “Oke, gue coba.” “Selamat malam say_”

“Selamat malam, maaf kamu siapa ya?”

Alendra terlonjak kaget, seorang pria menatapnya dengan sorot mata tajam berdiri di depan pintu menyambut kedatangan tak di undangnya.

“Ya Allah, tolong Lendra ya allah kaki Lendra lemes.” batin Alendra meneguk ludahnya susah payah.





Ada yang bisa menebak siapa kah yang menyambut kedatangan tamu tak di undang semacam Alendra?

AlendraWhere stories live. Discover now