65 || Sakit

72 3 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Leviana mengusap air matanya yang sejak tadi terus menetes tanpa henti. Setelah kepergian Alendra dengan Salma, Leviana masih bertahan di tempatnya.

Ia menangis dalam diam merasakan sakit hatinya Ketika Kembali mengingat Alendra pergi berdua dengan Salma.

Intinya memang susah Ketika memiliki pacar yang tidak pernah peka seperti Alendra ini.

“Dev, jahat banget sih. Kenapa nggak peka sih?!” isak Leviana, kepalanya menunduk menyembunyikan wajahnya yang bersimbah air mata.

“Tuhkan, udah aku duga. Kamu pasti nangis, Na.”

Leviana mengangkat kepalanya mendapati Alendra sudah berada dihadapannya, tanpa Salma. Leviana mengedarkan matanya mencari keberadaan Salma. Namun, ternyata cewek itu tidak ada di sekitarnya.

“Dev_”

“Kenapa jadi cengeng gini sih, Na?” Alendra bersimpuh menggenggam kedua tangan Leviana yang berada dipangkuan.

“Kamu nggak peka, Dev!”

“Na, bukan aku yang nggak peka. Tapi, kamu yang selalu saja gengsian. Coba kalau ngomong sejujur nya kalau cemburu, susah amat buat jujur?”

Leviana terdiam, ia masih menangis sesenggukan. Leviana mengusap pipinya yang basah menggunakan lengan seragamnya.

Sejujurnya Leviana malu, untuk apa juga coba dia menangis seperti ini? Padahal kan dia sendiri yang mengizinkan Alendra untuk pergi Bersama dengan Salma.

“Maaf, Na. aku emang sengaja bikin kamu cemburu, aku pengen tau reaksi kamu gimana kalau aku dideketin cewek. Tapi, kamu sendiri yang biarin aku gitu aja. Aku Cuma pengen kamu jujur, Na. hilangin rasa gengsi kamu.”

“Apaan! Lagian juga tadi kamu nggak nolak ajakan Salma! Kamu biarin aku pulang sendiri. Aku kesel!” Leviana menggerakkan tubuhnya gelisah sembari memukulkan kepalan tangannya ke paha melampiaskan kekesalannya.

“Aku Cuma nemenin Salma jalan sampai depan aja. Habis itu juga aku tinggalin dia. Emangnya, kamu pikir aku bakalan setega itu buat ninggalin kamu sendirian dan ngebiarin kamu pulang sendiri? Nggak, Na.” Alendra mengusap pipi Leviana menggunakan punggung tangannya. “Mulai sekarang, biasakan buat jujur. Aku nggak selalu bisa ngertiin perasaan kamu, Na.”

“Kamu nyebelin! Hampir aja aku putusin kamu tadi.”

“Ngapain? Kamu pikir itu lucu? Mengakhiri suatu hubungan itu bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Nggak semudah itu, Na,” ujar Alendra bersungguh-sungguh.

“Jangan nyebelin lagi ih.”

“Kamu sadar nggak? Kalau tadi aku tetap ngeiyain kamu dan ajakan Salma. Pastinya, kamu nanti terus-terusan ngalah sama Salma, Na.”

“Terus, gimana sama Salma?”

Alendra mengerutkan dahinya. “Ya nggak gimana-gimana sih. Sekarang kan aku udah punya kamu, Na. aku juga harus membatasi diri untuk nggak terlalu dekat sama cewek lain. Salma Cuma teman aku waktu SMP, dan sekarang aku udah nggak punya urusan apapun sama dia.”

“Tapi, keliatan banget kalau Salma suka sama kamu.” Sambar Leviana cepat.

“Na, aku selalu membebaskan orang buat suka sama akui. Tapi, kalau buat miliki aku. Maaf aja, Cuma kamu Na.” Alendra menarik hidung Leviana pelan. “Leviana Anastasya Baker, Kucing garang nya Devano.”

“Kamu ngeselin, Dev! Tapi, aku juga sayang sama kamu. Gimana dong?”

“Ya nggak salah sih, lagipula aku kan ganteng. Wajar aja kalau kamu sayang aku, iya kan?” ucap Alendra pede sembari berpose sok imut.

“Pede banget kamu.” Cibir Leviana terkekeh geli.

“Udah ya, jangan nangis lagi,” ujar Alendra menghapus air mata Leviana menggunakan kedua jempolnya.

“Na, boleh peluk?”

“Kok? Tumben banget ijin?”

“Ya nggak apa-apa. Boleh nggak nih? Aku lemes soalnya.”

Leviana menyentil dahi Alendra. “Alasan, sini-sini.”

Leviana menepuk bangku disebelahnya. Alendra berpindah duduk di samping Leviana.

Alendra memeluk Leviana erat, matanya terpejam rapat sembari menggigit bibir bawahnya mencoba menahan diri untuk tidak merintih sakit.

Entah mengapa, Alendra merasakan tubuhnya mendadak lemas dan Lelah, padahal tadi baik-baik saja.

Akhir-akhir ini Alendra merasakan tubuhnya yang cepat Lelah. Ditambah lagi bagian pinggangnya juga terasa sakit. Alendra pikir itu bukanlah masalah yang serius, jadi Alendra mencoba untuk menutup mulut tidak menceritakan perubahan apa yang ia alami semenjak mendonorkan ginjal untuk Aksa pada Jack.

“De…,Dev. Kamu kekencangan meluknya.” Ringis Leviana merasakan sakit dikedua bahunya.

“Na…, sakit banget.” Batin Alendra.

” Batin Alendra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
AlendraWhere stories live. Discover now