41 || Kenalin, Pacar aku

62 5 0
                                    

✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


“Ni anak masih hidup nggak sih?” tanya Dino telunjuknya ragu-ragu menyentuh pipi Alendra.

“Lo bisa liat kalau si Alendra masih napas kan? Pertanyaan lo malah bikin gue pengen nampol,” ujar Raka jengah.

“Masalahnya kan ni bocah nggak bangun-bangun, udah mau dua jam malah. Kan nggak lucu kalau dia dipanggil sama yang maha kuasa.”

“Lo berharap Alendra mati?!” Raka mendelik horror kearah Dino.

“Ya kan nggak ada yang tau ke depan nya gimana.”

Aksa menggeleng lirih melihat kelakuan konyol Dino dan Raka yang sejak tadi sibuk berdebat mengenai Alendra. Ketiganya saat ini berada di kamar Alendra, menunggu si biang rusuh yang tak kunjung sadar karena pingsan sudah hampir dua jam.

Sebelumnya Leviana menelepon Aksa, kemudian meminta Aksa untuk menjemputnya di rooftop yang biasanya dijadikan kumpul Alendra berserta anak-anak Dirgoun lainnnya. Aksa mengira Leviana memintanya untuk menjemput karena memang disuruh oleh Alendra. Tapi, sampai di tempat, betapa terkejutnya Aksa mendapati Alendra tak sadarkan diri.

Ketika Leviana ditanya penyebab pingsannya Alendra, cewek itu justru bungkam tidak mau mengeluarkan suara. Aksa curiga, takutnya Alendra pingsan akibat terkena tinju Leviana. Mungkin, Ketika Alendra akan berbuat kurang ajar Leviana sengaja meninjunya.

“Leviana kemana?” tanya Raka kepalanya tertoleh ke kiri ke kanan mencari keberadaan Leviana. Cewek itu tadi duduk anteng di samping Alendra, tapi sudah pergi entah kemana.

“Keluar bentaran katanya.” Jawab Dino.

Raka manggut-manggut “Om Jack sama Tante Puppy belum pulang. Dan ini si anak dugong kapan sadarnya sih? Herman gue, belagu amat pake acara pingsan segala. Punya masalah hidup apa sih ni bocah dugong.”

“Coba bangunin, kok gue curiga si bocah dugong malah tidur bukannya pingsan,” ujar Dino rak acuh.

“Tabok aja napa.” Aksa bersuara mengeluarkan ide sadisnya.

“Boleh di coba, kapan lagi gue bisa nabok ni bocah dugong.” Titah Dino menyetujui ide Aksa.

Dino menggosokkan kedua tangannya sembari menjilat bibir bawahnya. Kesempatan langka, kapan lagi coba menyiksa Alendra dalam keadaan tak sadar.

“Yang keras, sedang, atau pelan ya enaknya?” tanya Dino sudah membungkuk dengan satu tangan berada diudara bersiap menampar wajah menyebalkan Alendra.

“Gue lebih setuju yang keras lah.” Sahut Raka.

“Baiklah, yang paling keras nih gue tabok nya.”

“Iya gapapa, gue seneng lagian. Sekali-kali emang harus di tabok, biar nggak ngerepotin orang mulu,” ujar Aksa.

Dino mengacungkan jempolnya menyetujui perkataan Aksa. Dalam sekali ayunan telapak tangan Dino mendarat di pipi kanan Alendra, tapi sialnya sama sekali tidak membuat Alendra terjaga.

AlendraWhere stories live. Discover now