15 || Lawan Kata

64 6 1
                                    

“Ha…Hai om.” Sapa Alendra melambaikan tangan kanannya kikuk.

Pria berbaju hitam itu menaikan satu alisnya keatas menatap Alendra heran serta merasa asing dengan bocah lelaki seumuran Leviana itu.

“Nyari siapa?” tanyanya galak.

“Nya… nyari calon istri om.”

“Apa?!”

“Leviana om, maksud saya nyari Leviana adakan?” tanya Alendra meralat ucapannya.

“Oh, nyari Leviana ada tuh. Mau ngapain kamu nyari Leviana?” tanya pria itu menyandarkan tubuhnya di samping pintu dengan kedua tangan terlipat didepan dada angkuh.

“Tapi saya bawa martabak telur loh, om,” ujar Alendra lugu menunjukkan plastic putih berisikan martabak telur.

“Saya terima.” Sambarnya merampas plastik ditangan Alendra “Silahkan masuk.”

“Saya duluan om,” ujar Alendra so sopan.

“Ya, saya mau pulang ngapain juga masuk lagi.”

Alendra langsung cengo “Om, kok pulang? Memang nya om ini siapanya Leviana?”

“Kok kamu kepo seperti dora ya? Sudah, sana katanya mau ketemu Leviana. Makasih martabaknya lumayan gratis,” ujar Pria tersebut seraya berlalu dari hadapan Alendra dengan wajah penuh binar.

“Tapi om, itu martabaknya kan bua_”

“Apa?!” gertaknya.

Alendra menggeleng kuat lalu membiarkan pria dewasa itu pergi. Alendra menatap pria itu dengan ekspresi wajah datarnya. Martabak yang seharusnya untuk Papah Leviana malah Alendra berikan kepada pria asing itu. Alendra mulai khawatir, bagaimana jika nanti ia diusir kasar oleh Papahnya Leviana karena tidak membawa martabak?

“Loh, Devano. Tante pikir tadi suara siapa yang berisik, ternyata kamu.” Zeta Nampak sedikit terkejut dengan teman putrinya itu yang kemarin datang kerumah dengan wajah babak belur sekarang nambah babak belur.

Alendra menyengir lebar, dengan sopannya ia meraih tangan Zeta kemudian ia cium mesra. “Assalamualaikum calon mertua.”

Zeta terkekeh kecil “Waalaikumsalam calon menantu.” Balas Zeta berkelakar.

“Gini calon mertua, Lendra mau ketemu Leviana. Leviananya ada kan?” tanya Alendra.

“Ada kok. Lagi sama papah nya tuh, ayo masuk.” Ajak Zeta.

“Tan, tadi kan Lendra kesini bawa martabak telur. Tapi, di bawa sama om-om yang pake baju hitam tadi. Emangnya dia siapa ya, Tan?”

“Itu Alfakhri adiknya papah Leviana, seriusan di bawa dia? Maafin ya, dia emang gitu. Suka usil sama orang.” Terang Zeta.

“Oh adiknya papah Leviana, gapapa Tan. Tapi kan itu sebenarnya martabak buat calon papah mertua.” Alendra menggaruk belakang lehernya salah tingkah.

Zeta menggelengkan kepalanya lirih. Alfakhri memang kebiasaan sekali suka menjahili orang yang datang kerumah. Adik Joshua itu suka tida sadar umur, padahal sudah punya tiga anak kembar dewasa tetap saja tingkah usilnya tidak pernah hilang.

“Tenang, Dev. Papahnya Leviana lagi diet, jadi nggak makan begituan.”

Alendra menghembuskan napas lega, syukurlah setidaknya diusir dari rumah Leviana kemungkinan begitu kecil.

Alendra mengikuti Zeta masuk kedalam rumah. Pemandangan pertama yang menyambut kedatangan Alendra adalah Leviana yang sedang bermanja-manja dengan sang papah. Sungguh pemandangan yang indah menurut Alendra.

AlendraWhere stories live. Discover now