38 || Good

55 4 0
                                    

“Assalamualaikum ya ahli kubur,” ujar Alendra memasuki basecamp

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Assalamualaikum ya ahli kubur,” ujar Alendra memasuki basecamp.

“Waalaikumsalam, gitu amat lo ngucap salam.” Ucap Raka heran.

“Cih, punya temen-temen bangsat kaya lo pada malah bikin gue pusing ternyata.” Alendra mengeluh sembari menatap satu persatu teman-temannya dan juga anak Dirgoun lainnya.

“Monmaap, gue nggak bangsat!” sinis Aksa.

“Syukuri aja napa bang punya kita-kita meski sableng.” Galen merangkul bahu Alendra. “Ngomong-ngomong kita mau bahas apa nih bos?” tanya Galen.

“Ouh iya, gue mau bahas soal rencana buat nembak Leviana.”

“Wess, udah mau nembak aja nih. Kapan bang?” tanya Leon antusias.

Alendra tersenyum malu-malu, “Rencana nya sih besok, dan gue butuh bantuan kalian.”

“Gue kan udah tau nih rencana lo, kita tinggal nyari tempat yang pas aja dimana. Lihat lah, setelah lo katain gue temen bangsat. Gue tetap mau bantuin lo kan.” Tutur Raka sinis.

Alendra cengengesan, “Aaaa makasih sayangku Raka.”

“Najis anjing!” Raka mendorong tubuh Alendra sedikit menjauh darinya.

“Jadi rencananya gimana?” tanya Aksa.

Alendra menggerakkan satu jarinya meminta ke-3 temannya dan anggota Dirgoun untuk mendekat. Kemudian Alendra menjelaskan rencananya yang sudah Alendra susun Bersama dengan Raka.

Alendra yakin, kerja kerasnya selama ini akan membuah kan hasil yang memuaskan. Tinggal menunggu hari esok, ia akan meminta kepastian kepada Leviana.

“Lo semua paham kan?” tanya Alendra.

“Nggak bang,” ujar Galen lugu.

Alendra menggeplak kepala Galen keasl “Paham nggak?!” gertak Alendra.

Galen mengaduh pelan, “Iya, iya bang gue paham!”

Alendra mengacungkan dua jempolnya “Bagus kalau paham, setidaknya otak kalian berguna.” Alednra mengusapkan dadanya yang mendadak tiba-tiba saja berdebar kencang. “Masa iya deg-deg an nya sekarang, njing.”

“ALAY NIH PAK BOS.” Seru anak-anak Dirgoun kompak, dan ke-3 temannya yang ramai-rama malah menjitak kepala Alendra.

***
Alendra meremas kertas ditangannya dengan gusar. Bibir tipis pink kis- nya berkali-kali bergerak menggumamkan kalimat per kalimat yang sudah semalaman ia hapal.

Ya, kertas itu berisakan ungkapan cinta yang dibuatkan oleh Dino. Sebenarnya Alendra merasa tak yakin dengan tulisan yang berada di kertas yang ia genggam. Banyak sekali kalimat-kalimat alay di dalam nya. Alendra merasa jijik membaca tulisan tersebut, namun mau bagaimana lagi. Dino sudah membuatkan nya susah paham, mana sampai sekarang Alendra belum hapal. Harusnya tulisan yang hanya terdiri dari dua paragraph itu akan mudah Alendra hapalkan.
Tapi nyatanya nihil, sejak semalam Alendra belum juga bisa menghafalkan. Sesulitkah itu untuk mengungkapkan perasaan?

“Na, gu … gue seb… sebenarnya suka sa….”

“Lu kenapa malah gagap gitu sih?!” seru Raka kesal.

“Padahal itu kalimatnya mudah anjing!” teriak Dino yang sama kesalnya.

Alendra melirik teman-temannya sinis yang dianggap sudah begitu mengganggunya. Alendra tadi sudah begitu memerintah ke-3 temannya itu untuk mengumpulkan anak Dirgoun di tempat yang menjadi lokasi aksa pengungkapan cintanya pada Leviana.

“Lo udah kumpulin anak Dirgoun?” tanya Alendra.

Lapangan basket yang letaknya tak jauh dari SMU Nusa lah tempat yang dijadikan untuk acaranya.
Raka mengacungkan satu jempolnya “Aman, mereka udah pada kumpul disana kok. Mereka juga udah megang kertas-kertas yang lo bikin.” Terang Raka.

“Gue nggak mau kebagian megang,” ujar Aksa memberikan kertas karton pink itu kepada Alendra yang sudah bertuliskan tinta spidol berwarna hitam.

“Harus! Nggak mau tau!! Lo kebagian pegang itu!” gertak Alendra.

Aksa yang pada dasarnya selalu saja bersikap datar dan dingin dengan entengnya menjawab, “Gue males megang karena tulisan tangan lo jelek.”

Alendra meringis kaku, hanya karena tulisan tangan sampai-sampai Aksa tak mau memegangnya? Sungguh teman bangsat memang.

“Aksa sayang, gue tau tulisan tangan gue jelek. Tapi kan setidak nya lo hargai dong, apresiasi kek usaha sahabat lo.” Dino mengepalkan satu tangannya diudara dengan ekspresi wajah serius sembari mengangguk-angguk kepala dramatis.

Raka memandang geli Ketika membaca tulisan tangan Alendra. Kalimatnya sangat menjijikan, ingin sekali Raka memprotes. Tapi, yasudahlah mau bagaimana lagi.

“Eh anjir, gue baru ngeh kenapa ini tulisan alay ya?” seru Dino heboh “ Nyonya Leviana Alendra Demiand, kesayangan Devano Alendra Demiand,” ujar Dino membaca tulisan dikertas karton tersebut.

Aksa tersenyum miring “Nyesel kan lo?”

Alendra gelagapan, “Udah ah, pegang aja napa! Jangan pada banyak bacot! Sekali-kali nolongin sahabat apa salahnya sih.”

“Nolongin lo malah membawa gue ke dalam lubang neraka terdalam.” Sahut Dino.

“Diem lo Farel!” hardik Alendra memanggil Dino menggunakan nama Papah Dino.

“Apa lo Jack!” balas Dino melotot galak.

“Jangan ribut woy! Gue tau Jack sama Farel nggak pernah akur!” lerai Raka.

“Bacot kali kau Gerry!” seru Alendra dan Dino bersamaan.

Raka mencebikkan bibirnya “Setan! Ujung-ujungnya nama bokap gue juga yang dibawa-bawa.” Sungut Raka kesal.

Alendra mendengkus jengah, “Aksa! Jemput Leviana, jangan lupa sama yang gue omongin.”

“Males gue, ribet banget hidup lo. Suruh aja yang lain napa.” Tolak Aksa.

“Nggak nerima penolakan! Udah sana jemput, langsung bawa ke lapangan jangan sampai lo culik! Gue bunuh baru tau rasa lo!”

Aksa menggeleng lirih, “Awas aja kalau lo nggak gantiin duit bensin gue.”

Alendra berdecak kesal, “Lo sama sahabat sendiri aja banyak perhitungan anjing!”

Aksa mengangkat bahu, “Iyain dah, gue berangkat.” Aksa melepaskan melemparkan kertas karton yang di pegangnya kelantai.

“Steffany udah disana?” tanya Alendra.

“Udah.”

Alendra tersenyum puas, “Good, ayo kelapangan.”



✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
AlendraWhere stories live. Discover now