07 || Masih marah, Na?

137 8 1
                                    


Leviana tidak menyangka jika cowok menyebalkan yang menolongnya kemarin itu mendatangani sekolahnya.  Sungguh Alendra tidak waras! Berani sekali ia datang kesekolah musuhnya seorang diri?

Ajakkan pulang Alendra tentu saja mencuri perhatian puluhan pasang mata anak Bantara yang masih di sekitar area sekolah. Leviana tidak mengerti apa yang ada diotak kecil Alendra. Gara-gara Alendra, Leviana harus mendapatkan tatapan sinis dari anak Bantara lainnya.

“Lo, mau apa disini sih?” desis Leviana penuh penekanan.

“Gue mau jemput lo lah.” Balas Alendra santai.

“Lo, tau kan ini dimana? Udah bosen hidup lo? Mau cari mati?”

“Iya, gue tau kok. ini kan Bantara, sekolah lo kan? Gue mah udah sering kesini buat tawuran. Jadi ya sans aja.”

“Lo, pulang!” usir Leviana.

“Lah, gue kesini kan mau ngajak lo pulang bareng.”

Leviana memejamkan matanya pelan. Kali ini ia benar-benar sedang diuji kesabarannya. Jika Jovian melihat Alendra di sekita Bantara, sudah pasti mereka akan tawuran.

“Pulang Devano!!!” bentak Leviana.

Alendra terdiam dan merasa tak percaya dengan panggilan yang Leviana berikan. Persis ketika Jack sedang marah, maka Jack akan memanggil Alendra dengan panggilan Devano. Tapi, entah mengapa terkhusus Leviana. Alendra merasa tersanjung.

“Lo, manggil gue Devano?” tanya Alendra dengan nada tak percaya.

“Salah? Kan nama lo emang Devano Alendra Demiand. Semua orang juga tau kan?”

Alendra menaham senyumnya “Nggak salah kok. malah gue seneng pake banget kalau lo yang manggil gue Devano.”

Leviana memutar bola matanya jengah “Ya udah, sekarang lo balik aja. Jangan sampai Jovian liat lo.”

“Emangnya kalau Jovian liat gue disini kenapa? Kalau misalnya baku hantam sama dia mah gue juga udah khatam.” Tanya Alendra menantang.

“Gue lagi nggak bercanda Devano!” sentak Leviana pelan. “Lo, balik! Sekarang juga!”

Alendra berdecak keras “Lo, nggak mau gue bikin keributan disini kan? Jadi, harusnya lo langsung naik ke motor gue. Terus kita bisa langsung pergi sebelum curut Jovian datang,” ujar Alendra santai.

“Devano! Kenapa lo nggak ngerti?!”

“Apa yang nggak gue ngerti, Leviana?”

“Lo, nggak tau kal_”

“Anak Nusa oy! Anak Nusa kesini!” teriak salah satu siswa heboh.

Alendra berdecak malas, itu salah satu anak Thor. Kedatangan Alendra bukan untuk berkelahi, tapi sepertinya anak Thor memanfaatkan kedatangan Alendra yang hanya seorang diri.

“Buruan pergi sebelum banyak yang datang, Devano!” Leviana mendorong Alendra gemas meminta cowok itu untuk segera pergi. Namun, Alendra malah terlihat tidak peduli sama sekali dengan Leviana yang sudah dilanda kepanikan.

“Gapapa kalau gue harus babak belur disini atau bahkan mati, palingan lo juga yang bakalan jadi tersangka.

“Kok gue?!”

“Gue datang kesini Cuma mau ajak lo pulang bareng, Leviana. Tapi, malah gue dikeroyok. Niat gue kan baik.”

“Tapi, gu_”

“WOY!!”

Leviana semakin gelisah ketika melihat Jovian datang bersama dengan rombongannya membawa balok kayu besar.

“Lev, lo yakin mau ngebiarin gue mati disini karena dikeroyok? Jovian udah dekat, lagian gue juga nggak bakalan pergi sebelum lo dudukin jok belakang motor gue.

Leviana menghela napas kasar “Fine, gue ikut lo.”

Alendra menyeringai “Pilihan yang tepat.”

Leviana naik kemotor Alendra dengan setengah hati. “Pegangan.” Titah Alendra.

“Nggak, lo pasti modus kan.”

Alendra berdecak “Kalau lo jatuh jangan salahin gue oke.”

Alendra mengegas motornya dengan kecepatan sedang, ia tersenyum penuh mengejek ketika Jovian dan anak Thor lainnya memblok jalan. Alendra semakin menambahkan kecepatan motornya berniat menabrak siapapun yang menghalangi jalannya.

“Lo, mau tabrak mereka?” pekik Leviana.

“Menurut lo?”

“Lo, bener-bener gila!”

Alendra mengangkat bahunya singkat. Anak Thor yang melihat Alendra tidak memberhentikan motor pun sontak minggir memberi jalan.

“Tawuran masih lama anjing, ngapain lo pada ngepung gue? Dasar banci kaleng yang mainnya keroyokan.” Seru Alendra mengacungkan jari tengahnya.

Leviana hanya bisa terdiam. Jika terus-terusan berhubungan dengan Alendra, Leviana yakin hidupnya tidak akan pernah merasakan ketenangan.

***
“Masih marah, Na?” tanya Alendra.

Leviana membuang wajahnya kesamping sembari mengaduk-ngaduk jus mangga miliknya merasa tak minat. Leviana masih kesal dan marah atas tindakan Alendra yang cukup menyebalkan.

“Maafin gue ya, Na,” ujar Alendra.

Leviana memilih diam, ia hanya ingin oulang. Namun, sayangnya saat ini Leviana tidak tahu jalan pulang. Alendra membawa Leviana ketempat yang tidak pernah Leviana kunjungi sama sekali.

“Gue Cuma pengen bisa deket sama lo, Na. Maafin cara gue yang salah ya, Na. Gue tahu, gue berlebihan,” ujar Alendra sungguh-sungguh.

Leviana menghela napas lemah “Tapi nggak dengan cara lo ngedatangin sekolah gue kan, Lend!” ketusnya.

“Kalau gue gak datangin sekolah lo, gue mau bisa deket sama lo gimana?” Alendra menyedot jus alpukatnya dengan mata menatap Leviana penuh lekat.

“Jangan pernah ganggu gue lagi, Lend.”

Alendra menggelengkan kepala lirih “Kenapa lo malah nyuruh gue ngejauhin lo, Na? padahal, kita baru ketemu sekali. Tapi, kenapa kesannya kek lo benci banget sama gue, Na?”

“Karena lo bukan cowok baik-baik, Lend. Lo berandalan, Lend. Lo nggak jauh beda sama Jovian, sama-sama brengsek.” Suara Leviana lirih.

“Na.” panggil Alendra pelan “Gue jelas beda sama Jovian. Gue emang gak tau aturan, gue emang anak berandalan, gue emang anak nakal makannya papah gue sering hokum gue. Tapi, bukan berarti gue itu nggak punya sisi baik, Na.”

Leviana meremas ujung roknya erat. Ia bingung harus bagaimana, kenapa Alendra seolah-olah berniat sekali ingin mendekatinya?

“Lo, mau kan kenal gue lebih jauh lagi. Na?” tanya Alendra memastikan.

“Nggak.” Balas Leviana cuek.

“Biar gue kasih tau dunia seorang Devano gimana. Gue nggak seserem itu kalau lagi ngamuk. Gue juga gak sekejam itu, dan gue juga nggak sejahat yang lo pikirin.”

“Gue bilang nggak ya nggak!” bentak Leviana kesal, ia bangkit dari duduknya kemudian berlalu pergi.

Alendra memandangi Leviana lekat. Senyuman tipis tersungging dibibir manis Alendra. Sudah Alendra duga, tidak mudah untuk menaklukan Leviana. Namun, Alendra tidak akan menyerah begitu saja.

“Kalau lo nggak mau kenal gue. Biar gue yang kenal lo lebih dalam, Na” Alendra menghela napas lemah. “Kayaknya, gue sendiri ketularan bucin deh.” Gumam Alendra bangkit dari duduk nya segera menyusul Leviana sebelum pergi jauh.

Sekarang, Alendra menjilat ludahnya sendiri.

AlendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang