37 || Gawat

54 4 0
                                    

“Mipan zuzuzuzuzu.” Raka bersenandung dengan memukul meja, kemudian ia menunjuk Joko untuk melanjutkan.

Ya, hari ini Alendra dan kawan-kawan sedang berkumpul Bersama anak-anak Dirgoun di basecamp.

“Mipannnnnnnn zuzuzuzu.” Ekspresi Joko yang dibuat-dibuat itu sungguh menjengkelkan dan lucu dalam waktu yang bersamaan.

Alendra melirik Joko tajam dan menusuk, membuat Joko langsung bergidik dan duduk ditempatnya dengan wajah memelas seperti seseorang sedang ngambek.

“Nggak usah so imut gitu bisa?” ujar Galen malu melihat kelakuan temannya.

Joko menatap Galen dengan kedua mata yang berulang kali di kedipkan.

“Kok aing malah geli bangsat.” Tambah Galen dengan nada kesal, ya Galen merupakan orang asli Bandung yang pindah ke Jakarta karena orang tua nya yang pindah tugas.

“Padahal akuin gue itu imut sekali sesusah itu kah? Buat gue seneng dikit napa.”

“Lo udah jelek, malah pengen di sebut imut. Heran gue, herman,” ujar Leon menyahuti.

“Imut sih, tapi sayang bawaannya gue pengen nampol nih.” Kini Alendra yang bersuara menatap lurus ke arah Joko.

“Hus, nggak boleh gitu. Dev.” Sergah Leviana.

“Nah cakep bu bos, belain dong.” Ucap Joko karena merasa terbela oleh Leviana.

“Joko, lo pulang lewat mana hah?!” tanya Alendra dengan nada mengintimidasi.

“Mampus, pawang nya nggak terima.” Ucap Galen tertawa sebab melihat raut wajah Joko yang sudah panik.

“Padahal mah bercanda aing teh, serba salah,” ujar Joko mendramatisir.

“Suttt berhenti, pada mau pesan makan nggak nih?” tanya Dino untuk mengalihkan pembicaraan.

“Wihh mau di traktir nih?” jawab Raka antusias.

“Alendra yang traktir lah, kan dia yang otw mau jadian.” Jawab Steffany cengengesan.

“Ye, dasar bapak lo kutil.” Sambar Alendra.

“Dih, padahalkan bapaknya si Steffany mah pilot anjir.” Jawab Dino tertawa.

“Cih, bagusan bapak gue. Emangnya bapak lo tuh beb tukang gali.”

“Hah? Gali kuburan?” tanya Leviana sedikit heran.

“Bukan sayang, gali emas.” Jawab Alendra seadanya.

“Emas?”

Dino mengangguk, “Bapak gue kan pemilik tambang emas cielah.”

“Terus, kalau kak Aksa?”

“Bapaknya suka mutilasi orang, seremkan?” ujar Raka berdramatis.

“Itu dokter bedah, astagfirullah.” Jawab Aksa sambil memijit keningnya akibat bingung dengan kelakuan teman laknatnya.

“Kak Raka?” tanya Leviana masih penasaran.

“Lo tau nggak? Gue pusing sama bokap gue.” Ucap Raka ala-ala orang stress.

“Kenapa?”

“Kerjaannya debat terus, pusingkan?”

“Wahai Raka yang bego, itu pengacara anjir.” Dengan santai Dino menjitak kepala Raka.

“Kamu?” tanya Leviana kepada Alendra dengan nada lembut.

“Kerjaan orang tuanya si bos mah nggak jelas, serabutan bet.” Timpal Galen yang ternyata habis dari dapur untuk membawa minuman.

“Serabutan? Gimana bisa?”

“Parfum, penerbangan, perhotelan, pertambangan, rumah sakit, dan lainnya. Serabutan bukan?” jawab Galen.

HAHAHA.

Semuanya tertawa bahkan Alendra pun ikut tertawa. Yang ada di basecamp kompak tertawa dengan gurauan mereka.

“Receh banget deh gue.” Ucap Galen memegang perutnya.

“Seru juga ternyata ya kalian.” Celetuk Leviana.

“Iya dong bu bos.” Balas Leon.

“Jangan terlalu ditanggapi crocodile satu ini.” Ucap Alendra menjitak kepala Leon.

“Sakit bos.”

“Najis lo.”

“Dih banyak bacot, cepet ah pesan makan. Lapar nih.” Ucap Raka.

“Yau dah, lo sama Dino beli makan,” ujar Alendra santai.

“Gue lagi kan ujung-ujungnya.” Ucap Raka lalu berlalu pergi keluar di ikuti oleh Dino disampingnya.

***

“Gawat! Gawat!” seru Dino yang baru saja datang memasuki basecamp dengan wajah panik. Ia bolak-balik seperti orang kebingungan sembari mengumpat kasar.

“Apa sih lo, Din. Kenapa hah?” tanya Alendra turun dari atas sofa menghampiri Dino.

Dino berjongkok dilantai, meremas rambutnya kuat. Dino seperti mendapatkan masalah besar, biasanya ia cukup santai dan anti meributkan sesuatu. Tapi, kali ini Dino uring-uringan tak jelas.

Alendra yang penasaran dengan tingkah Dino ikut berjongkok. Menjambak rambut Dino hingga membuat Dino mendongak, kedua alisnya reflek naik ke atas seolah bertanya kenapa sih?

“Hp gue kayaknya tadi jatuh, hp gue ilang!” ujar Dino dengan suara sarat keputus asaan.

Alendra bangkit berdiri lantas mendengkus jengah. Kaki kirinya menendang lutut Dino hingga membuat Dino terjungkal. Alendra kira ada masalah serius, ternyata hanya perihal Hp yang hilang.

“Kenapa sih bang?” tanya Galen sedikit penasaran.

“Katanya tuh bocah kehilangan hp,” ujar Raka yang baru saja datang dengan menenteng plastik berisi makanan.

Aksa mengerutkan dahi “Cuma gara-gara hp Dino bisa se frustasi itu?”

“Yaelah, hp nya penuh sama video bokep makannya takut ketauan. Panik nggak? Panik nggak? Panik lah masa enggak,” ujar Raka lalu setelahnya tergelak dengan ucapannya sendiri.

“Beliin hp baru gih bos, nanti bang Dino nangis kan nggak lucu,” ujar Galen dengan nada mengejek.

Alendra berdecak “Mana mau gue, bokap dia kan punya pertambangan emas. Orang kaya tuh, ya kali nggak mampu beli hp baru.”

“Lah iya-iya, bener tuh kata si bos.” Ucap Leon.

“Tolongin dong, bantuin gue cari hpnya. Ini penting banget.” Dino mengguncang bahu Alendra kuat.

“Lo beli makan dimana?” tanya Aksa ikut angkat bicara.

“Perempatan depan.” Jawab Dino lirih.

“Tukang jualan apa?!” seru Alendra menepis tangan Dino dari bahunya. “Lo ceroboh deh.”

“Udahlah, kalau misalkan jatuh dijalan juga susah menemuinya. Ikhlasin aja coba bang,” ujar Leon.

“Ayolah.” Dino memelas namun tak ada satupun yang menggubris.

“Udah-udah, mending kita makan. Kasian toh pacar lo sama si Ana belum makan.” Ucap Alendra acuh dengan Dino yang masih memasang wajah memelas.

Anak-anak Dirgoun pun mulai makan Bersama. Setelah selesai makan, Alendra mengantarkan Leviana pulang dan Kembali ke basecamp karena ada yang perlu dibahas.






AlendraWhere stories live. Discover now