40 || I Love You, Na!

67 7 0
                                    

Alendra menolehkan kepalanya ke samping menatap Leviana malu-malu. Berkali-kali Alendra menghembuskan napas hanya sekadar mengusir rasa gugup yang saat ini mendominasi dirinya.

Alendra masih tak percaya jika Leviana mau merespon pengakuan cintanya dengan sangat baik. Ketika Leviana mengatakan nggak bisa, Alendra sudah begitu sangat pesimis. Namun, tanpa di duga ternyata cewek itu hanya ingin mengerjainya saja.

Alendra sekali lagi menghembuskan napas gusar. Ditatapnya kota Jakarta saat ini dari atas rooftop sembari melihat senja yang berpendar berwarna jingga. Matanya terpejam, bibirnya menyunggingkan senyuman tipis kala mengingat kejadian di lapangan basket tadi siang.

“Dev, lo kenapa senyum-senyum gitu? Gue nggak suka kalau lo jadi banyak diem gini.”

Suara Leviana berhasil menarik Alendra dari khayalannya. Matanya perlahan terbuka menatap iris coklat milik Leviana yang selalu saja berhasil memacu debaran jantungnya menjadi menggila.

“Maaf, Na. gue cuman bingung harus gimana. Dengan status kita yang berbuah menjadi pacara, gue nggak tau kenapa malah jadi se canggung ini,” ujar Alendra salah tingkah berkali-kali menggaruk belakang lehernya yang tak gatal hanya sekadar untuk mengusir rasa gugupnya.

Leviana tertawa kecil sembari menggelengkan kepala lirih.

“Aneh banget ya, Na?” tanya Alendra semakin kikuk.

“Nggak kok.” Leviana menggigit bibir bawahnya menahan tawa “Lo lucu kalau gugup gini.”

Pipi Alendra memerah, cowok itu memalingkan wajahnya terlihat malu dengan ucapan Leviana.

“Makasih.” Kata Alendra malu-malu.

Leviana terkikik geli, ada apa dengan Alendra? Kemana perginya Alendra yang cerewet dan selalu saja usil? Sebenarnya Leviana juga merasakan kecanggungan. Ia sedang berpikir, betapa tak menyangkanya bahwa Alendra akan mengungkapkan perasaan nya dengan begitu romantis.

“Gapapa, Dev. Pacaran sama gue santai aja, seperti biasa nggak perlu selalu buat sweet. Lagi pula, gue nggak terlalu suka pacaran yang alay kayak orang lain.”

Alendra tersenyum kikuk, “Ouh ternyata gitu ya, eh iya Dino sama Steffany pas pacarannya manggil aku-kamu. Masa kita enggak?” tanya Alendra lugu.

“Emm, manggilnya mau aku-kamu nih?” tanya Leviana jahil.

“Gimana kamu aja.” Jawab Alendra.

“Makasih ya, Dev. Makasih buat barang dan juga bunga nya.”

“Sama-sama sayang, kamu suka?”

“Suka banget, apa lagi ini kotak musiknya lucu. Aku nggak nyangka kalau kamu selalu bisa bikin aku seneng, Dev.” Leviana tersenyum manis menatap Alendra dalam.

Tangan Alendra terulur mengacak rambut Leviana, “Apapapun akan aku lakuin asal buat kamu Bahagia. Senyuman kamu itu mahal, Na. perlu kerja keras biar kamu selalu tersenyum semanis itu.”

Leviana meringis kecil. “Emang selama ini aku jutek banget ya?”

Alendra mendelik, apa Leviana tidak sadar. Juteknya Leviana sudah persis seperti Mamah nya Ketika sedang marah. Bahkan, Ketika awal bertemu kesan jutek yang dimiliki Leviana hampir melebihi Puppy.

“Kamu itu udah galak, jutek lagi. Tapi aku suka kok.”

Leviana merogoh sesuatu dari saku celananya. Sebuah sapu tangan berwarna navy terdapat bordiran dengan nama Alendra di ujung sapu tangan tersebut. Leviana melipat sapu tangan tersebut menjadi segitiga, kemudian Leviana ikatkan ditangan kiri Alendra.

AlendraWhere stories live. Discover now