21 || Gue Join, Al

68 4 0
                                    


Alendra memicingkan matanya kala melihat dua temannya baru saja datang saling berboncengan mengendarai motor yang Alendra ketahui motor milik Aksa. Dino dan Raka memarkirkan motor Aksa tepat disamping Alendra.

“Ciee romantis banget nih, mana masih pagi kan.” Goda Alendra.

Dino melotot sewot, masih pagi sudah memancing keributan. Ingin sekali Dino menghantamkan helmnya ke kepala Alendra. Teman kurang ajar, masa iya sesama teman cowok di ceng-cengin.

“Baru jadian kah kalian?”

“Mulut lo ya, mulut lo.” Tunjuk Raka tidak terima.

“Tolong, jangan menguji kesabaran di pagi hari gue yang cerah ini ya mas,” ujar Dino sembari meletakkan helmnya diatas kaca spion.

Alendra cengengesan, “Galak amat sih lo berdua, udah kaya anjingnya tetangga gue.”

“Terserah lo,” ujar Raka tak peduli.

“Kok lo berdua bisa pake motornya Aksa?” tanya Alendra penasaran.

“Oh, motor ini?” Dino menepuk kepala motor Aksa. “Aksa yang kasih, katanya dia pengen motor baru. Kata Aksa kalau mau motor baru, motor lamanya harus hilang dulu.”

“Terus? Ayo lanjutkan cerita.” Titah Alendra sembari bertopang dagu.

“Ya terus waktu Aksa pulang dari puskesmas habis tawuran itu gue sama Raka pura-pura jadi begal. Gue rampas deh motornya Aksa, udah dapat motor kan dapat pahala juga,” ujar Dino tersenyum bangga.

“Pahala your head!”, Alendra menepuk belakang leher Dino. “Itu Namanya merampok dapet pahala disebelah mana ya?”

“Enak aja ngerampok, itu kan Aksa sendiri yang nyuruh gue sama Dino buat pura-pura jadi begal.” Elak Raka tak terima dengan pernyataan Alendra.

“Ok, gini aja. Untuk memastikan bahwa motor ini halal atau tidak mending kita jual motornya terus itu duit di bagi tiga. Lumayan kan, itung-itung ngehapus dosa. Kalau motornya kita jual kan itu dosa udah ditanggung sama yang punya motor ini sekarang,” ujar Alendra menatap Dino dan Raka dengan mata penuh binar.

“Gue setuju. Lagian gue juga ogah dapet motor hasil colongan,” ujar Dino cepat-cepat turun dari motor Aksa.

“Lah, tapi kan. Bukannya kita yang nyolong ya, Din?” tanya Raka lugu.

“Ssst,” Alendra berdesis merangkul bahu kedua temannya itu. “Udah, gapapa kok. Kalian itu kan khilaf, nanti kalau udah di jual kalian berdua bebas dari dosa. Kuy lah masuk kelas, Aksa pasti udah didalam.” Ajak Alendra.

Terori konspirasi macam apa ini yang dikatakan Alendra? Sejak kapan motor hasil rampokan yang dijual akan menghapus dosa? Pikiran-pikiran tak normal seperti itu selalu saja terlintas di kepala Alendra. Sungguh heran.

***
Alendra merogoh ponselnya yang berada dikantung jaketnya. Cowok itu mencoba mengecek layar ponselnya, berharap Leviana mengiriminya pesan. Meskipun itu hal yang mustahil, namun Alendra senantiasa menanti.

Alendra mungkin akan menjadi orang yang bodoh karena mengejar cinta seseorang yang jelas-jelas tidak mau menerima kehadirannya. Tetapi, bagi Alendra tidak semua cinta harus didapatkan tanpa melalui perjuangan. Tidak apa-apa jika Alendra seperti orang yang sedang mengemis cinta, yang penting apa yang dilakukannya kaki ini memang lah bukan hal main-main. Alendra begitu menyukai Leviana, Alendra mempunyai perasaan istimewa untuk Leviana, dan Alendra berharap suatu saat nanti Leviana akan membalas perasaanya sebelum masa perjanjian itu selesai.

Satu bulan menaklukan hati Leviana. Apa itu mungkin? Tapi, bukankah tidak ada hal yang tidak mungkin selagi seseorang mau berusaha?

“Liatin hp terus emangnya ada yang nge chat nih? Sadar dong ya, lo kan jomlo.” Sindir Dino pedas.

AlendraWhere stories live. Discover now