62 || Penenang

53 1 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


“Dev, makasih ya udah anterin aku pulang,” ujar Leviana sesaat motor Alendra berhenti tepat di depan gerbang rumahnya.

Alendra hanya merespon dengan anggukan kepala pelan. Sepanjang perjalanan menuju rumah Leviana, Alendra lebih banyak diam. Mungkin Alendra masih teringat akan pengakuan tak terduga dari Dino dan juga Steffany.

Leviana cukup memahami betul perasaan Alendra saat ini yang sedang kacau. Untuk saat ini, mendiamkan Alendra adalah alasan yang tepat. Karena, bagaimana pun juga Leviana tidak ingin jika Alendra Kembali marah jika ia mengungkit soal Dino.

“Aku masuk dulu ya, kamu di jalan nya hati-hati. Bawa motornya pelan-pelan aja ya,” ujar Leviana memperingati.

“Iya.” Balas Alendra singkat.

Leviana mencengkram tali sling bag nya. Dengan ragu, Leviana membalikan tubuhnya. Namun, baru saja akan membuka gerbang rumah, pelukan secara tak terduga dari arah belakang seketika membuat Leviana mematung di tempat.

Tubuh Leviana kaku, ia hanya bisa diam membiarkan Alendra tetap berada di posisinya.

“Dev, ke…, kenapa?” tanya Leviana tergagap. Debaran jantungnya semakin menggila.

“Aku pengen gini dulu, nggak apa-apa ya.” Lirih Alendra parau. Kedua lengan tangannya semakin erat memeluk pinggang Leviana.

Leviana membiarkan Alendra hingga tenang. Tak lama kemudian perlahan Alendra merenggangkan pelukannya lalu membalikan tubuh Leviana agar bisa menghadapnya.

“Kenapa, hmm? Masih kepikiran yang tadi?” tanya Leviana.

“Iya.”

Leviana tersenyum. “Jangan terlalu di pikirin, Dev. Aku tau kamu kecewa, tapi mau bagaimana lagi? Ini juga udah terjadi kan. Lagipula kamu hebat banget tau, kamu mau memaafkan kesalahan fatal yang Kak Dino dan Steffany lakuin ke kamu,” ujar Leviana menggenggam tangan Alendra. “Aku bangga sama kamu, Dev.” Puji Leviana.

“Aku salah apa, Na? kenapa Dino se jahat itu sama aku,” ujar Alendra. Ia masih tak percaya akan pengkhianatan yang Dino dan Steffany lakukan padanya.

“Dev, Kak Dino juga pastinya nggak mau lakuin itu. Tapi, kamu tau kan Jovian gimana? Dia yang ngancam Kak Dino. Makannya dia lakuin itu. Lagipula, itu aib besar bagi Kak Dino dan juga Steffany. Nggak sembarangan bagi mereka untuk terbuka, ya memang seharusnya mereka terbuka dan jujur dari awal. Tapi, mereka juga pastinya malu dan berujung begini.” Terang Leviana.

Alendra menjilat bibir bawahnya yang terasa mengering. Ia bahkan kesulitan untuk menelan ludah karena merasakan nyeri menyergap dadanya.

“Udah, jangan sedih-sedih ya. Nggak cocok buat kamu. Jadikan setiap masalah ini untuk pembelajaran diri ya.” Leviana tersenyum tipis. “Jangan mengira setiap masalah yang ada itu sebagai beban. Anggap itu sebagai pelajaran aja.”

AlendraWhere stories live. Discover now