17

65.4K 7.8K 128
                                    

Ketika kedua temannya sibuk dengan makanan dan obrolan ke sana-sini, Anfal malah sibuk dengan pikirannya sendiri.

Pandangannya sejak tadi tertuju pada seorang gadis berwajah bulat, yang sedang memesan makanan pada penjaga kantin. Anfal kenal siapa gadis itu, dia sahabat Maira.

Gadis itu, jika Anfal tidak salah ingat namanya Binar. Sejak Maira berhenti sekolah, Anfal sering melihatnya makan di kantin bersama teman-temannya yang lain. Namun dari raut wajahnya, Anfal bisa melihat jika gadis itu masih merasa kehilangan. Wajahnya tidak seceria ketika makan bersama Maira. Dulu Maira pernah bilang pada Anfal; Binar adalah sahabat terbaiknya, Binar satu-satunya sahabat yang sangat Maira percayai.

Namun sepertinya, Binar tidak tahu tentang keadaan Maira sekarang. Buktinya, dia tidak pernah ada membicarakan tentang Maira. Jika dia tahu tentang Maira, dia pasti tidak akan terlihat se-kesepian itu.

Cekrek!

Sebuah gambar yang sangat cantik berhasil kembali Anfal dapatkan. Entah sudah berapa banyak dia memotret Maira, Maira hanya bisa pasrah menjadi model abal-abalnya.

Maira itu cantik, dipotret dari sudut manapun kecantikannya tidak berkurang. Memotret gadis itu adalah hobi baru Anfal sejak mereka resmi berpacaran.

"Kak, udah dong. Nanti kameranya rusak loh kebanyakan foto aku," kata Maira sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangan.

Anfal terkekeh, malah kembali mengarahkan lensa kameranya pada wajah Maira.

"Lensa kameraku malah makin tajam kalo kamu yang jadi objek fotonya," balas Anfal dengan nada cuek sambil melihat-lihat hasil jepretannya.

"Ih, emang paling bisa kalo gombal-in orang." cetus Maira.

Anfal mengangkat wajahnya, memandang Maira tanpa berkedip.

"Aku cuma bisanya gombal-in kamu, Mai."

Maira memutar bola matanya. Sebisa mungkin dia meminimalisir kegugupannya setiap kali dipandang Anfal seperti itu, tapi tetap saja degup jantungnya terus berpacu cepat.

"Marah?" tanya Anfal ketika tidak kunjung mendapat respons dari Maira.

"Enggak. Aku lagi deg-degan, Kak."

Pengakuan jujur Maira pun kembali mengundang tawa Anfal. Maira memang sangat polos, Anfal semakin suka menggodanya.

"Pantes, pipi kamu merah banget."

"Ih, pipi aku merah karena kepanasan! Jangan mulai lagi deh." kilah Maira semakin salah tingkah sambil berlagak mengipasi wajahnya menggunakan tangan.

Matahari menjelang sore ini memang terik, Maira tidak bohong jika dirinya sedang kepanasan. Dia melihat Binar yang sejak tadi asyik berbincang dengan pemilik kedai es krim di dalam sana, sementara Maira dan Anfal hanya menunggu di kursi luar. Entah sudah berapa banyak gadis itu memakan es krim, wajahnya terlihat bahagia sekali. Tangan kiri memegang es krim cokelat, dan tangan kanannya memegang es krim vanilla. Senang lah anak itu karena selalu ditraktir es krim setiap pulang sekolah oleh Anfal.

"Kamu mau es krim?" tanya Anfal.

Maira menggeleng. "Enggak, es krim malah bikin tenggorokan aku makin haus. Aku seneng aja liat Binar, dia kelihatan bahagia banget setiap hari ditraktir es krim sama Kakak."

"Terus kamu maunya apa? Es teh manis?"

Lagi, Maira menggeleng. Senyuman manis diberikan pada Anfal.

"Aku gak haus, liat senyum Kakak yang manis aja udah bikin tenggorokan aku sejuk."

Lima detik Anfal tidak berkedip mencerna kalimat yang baru saja dia dengar, setelah itu dia tertawa.

"Ya ampun, Mai. Kamu belajar gombal dari siapa, hm?"

"Dari Kakak," balas Maira ikut tertawa, geli juga dia mendengar ucapannya sendiri.

Gemas, Anfal menggelitik perut Maira. Dengan cepat Maira berlari dari kedai menghindari serangan Anfal, tapi Anfal tentu tidak diam saja. Keduanya saling kejar-kejaran dengan tawa riang.

Melihat sejoli muda yang sedang dimabuk cinta itu, Binar dan penjual es krim hanya menggelengkan kepala sambil ikut terkekeh.

"Hoi, Fal! Lo kenapa sih?" Adji menggoyangkan tangannya di depan wajah Anfal.

Sejak tadi Anfal senyum-senyum sendiri, membuat kedua temannya mengerutkan kening merasa heran. Sikap Anfal semakin aneh, mudah marah-marah, banyak diam, lalu sekarang malah senyum-senyum tanpa sebab. Apa psikis cowok itu mulai terganggu karena stress memikirkan ujian yang tidak lama lagi dan juga beragam jenis beban dari orang tuanya?

"Anfal!!" Gandhi, cowok berkulit sawo matang yang duduk di depan Anfal itu berteriak sambil menggebrak meja karena Anfal masih saja melamun.

Akhirnya, usaha Gandhi tidak sia-sia. Anfal terhentak kaget, dilihatnya anak-anak lain yang sudah menatap mejanya dengan pandangan heran. Anfal membalas tatapan mereka dengan tajam, dan mereka cepat-cepat kembali dengan kesibukan masing-masing karena tidak ingin punya masalah dengannya.

"Kenapa sih lo, teriak-teriak segala?" tanya Anfal, memandang Gandhi dengan wajah sinis.

"Lo yang kenapa, aneh tau gak," ujar Gandhi sambil membentuk garis miring menggunakan jari telunjuk di dahinya, kemudian bergidik.

Gue kenapa?

Anfal menautkan alis tebalnya, lalu menggeleng tidak peduli.

"Ada something kan, yang lagi ganggu pikiran lo?" tanya Adji, cowok berambut cepak itu menatap Anfal dengan wajah penuh keingintahuan.

"Enggak." jawab Anfal cuek, tentu saja cowok itu berbohong.

"Lagi mikirin Olivia?" tebak Gandhi.

"Dia udah lama suka sama lo, banyak cowok yang udah nembak dia, tapi gak ada yang dia terima. Dia nunggu kepastian dari lo, Fal."

Apaan sih, kenapa harus membicarakan gadis itu coba? Anfal mengerlingkan matanya tidak suka pada ucapan Gandhi.

"Iya. Apa yang Gandhi bilang bener tuh, Fal." Adji berujar sambil mengunyah permen karet.

Anfal menatap kedua temannya bergantian dengan sinis. "Gue rasa yang aneh itu sebenarnya kalian berdua deh. Ngapain coba bahas tuh cewek? Gak jelas banget." ketus Anfal kemudian bangkit dan berlalu meninggalkan tempat itu, membuat Adji dan Gandhi terdiam menatap kepergiannya dengan wajah penuh tanya.

Hampa; Anfal tidak tahu kenapa hatinya terasa begitu. Dia merasa ada sesuatu yang kosong di dalam sana, tapi dia tidak tahu harus dengan apa mengisi kekosongan itu.

Hingga kini Anfal yakin jika dia tidak memiliki perasaan terhadap Maira. Hubungannya dengan Maira itu singkat, tapi kenapa kenangannya begitu melekat?

KARENA KEMARIN GAK UPDATE, JADI HARI INI GUE DOUBLE UP. MWHEEEE

Di Usia 16(Terbit)Where stories live. Discover now