P A R T 18 - Strategi Corvus

1.9K 140 4
                                    

H A P P Y R E A D I N G ❤

Cast Biru, Menanti Senja, Zee : My Wife is Dangerous Mafia lebih lengkap bisa kalian temui ditiktok aku yaa (usernameeeeldi)

"Neng Ika cantik banget sih, umurnya berapa Neng?" goda Emil pada Ika salah satu maid dirumah Zee.

Mereka semua sedang berada dimeja makan menunggu makanan dihidangkan.

"20 tuan Emilio," jawab Ika ramah.

"Jalan-jalan ke tanah abang,
beli baju murah meriah.
Neng Ika cantik punya abang,
tunggu abang lulus baru kita nikah." Pantun dari Emil membuat teman-temannya bersorak heboh.

"Anjir Mil, sadar woy sadar! gini nih ciri-ciri orang nggak laku, siapa aja dirayu," Sean tertawa puas, ia heran dengan Emil, anak itu memang selalu ada aja tingkahnya.

"Kita lebih muda dari mba Ika harusnya kita bisa menghormati dia sebagai orang yang lebih tua," Leon berucap serius membuat Emil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk huruf V "peace," gumam Emil yang masih bisa didengar Leon.

"Makanya Mil, jadilah orang baik, penurut, pintar, dan penyayang seperti Aa Leon, biar barokah hidup lo!" Fikran berucap sambil tergelak.

Emil mengindahkan hal tersebut, ia masih gencar menggoda Ika, "Aa Emil punya pantun lagi nih buat Neng Ika, neng Ika mau denger nggak?"

Ika hanya tersenyum kikuk, "maaf tuan, tapi saya harus pergi karena masih ada pekerjaan yang belum selesai saya kerjakan," Ika lalu berjalan keluar dari ruang makan.

"Emil, Emil. Nggak disekolah nggak dirumah kerjaannya godain cewek mulu, dasar buaya," celetuk Sean.

"Buaya kok nyebut buaya, situ nggak punya kaca?" Emil menatap remeh Sean.

"Sorry sorry aja ni ya, gue udah punya Aya, Soraya Thalita Mahardika, neng Bandung nan geulis pisan euy," Sean berbicara dengan bahasa sunda dengan nada yang terdengar sedikit kaku.

"Bwhahahaha, pliss kalo nggak bisa nggak usah maksain ogeb!" kini giliran Fikran yang berujar, "Yon, ajarin Yon. Nyokap lo kan asli sunda, lo pasti bisalah dikit-dikit bahasanya,"

"Nyokap, bukan gue," Leon yang sedari tadi makan dengan tenang kini menatap ketiga temannya.

Makanan memang sudah dihidangkan setelah Ika pamit untuk melanjutkan pekerjaannya tadi dan kini keempat manusia tersebut sedang bergelut dengan makanannya masing-masing.

"Enak banget tuh sop! bagi dong Yon," Emil menengok mangkok sop panas yang tersedia didepan Leon.

Mereka sedang makan sambil sesekali bercanda, meja makan penuh dengan berbagai macam hidangan.

Emil dengan nasi goreng double telur mata sapi kesukaannya.

Fikran dengan mie rebus yang sudah habis.

Sean dengan nasi dan ayam goreng.

Dan Leon dengan sop dan sedikit nasi.

Leon makan dengan khidmat dan hanya Leon yang sedari tadi makan dengan tenang tanpa suara dan tanpa bicara, sedangkan ketiga temannya? ah sudahlah, lupakan mereka.

"Gue bingung deh," Emil kembali membuka suara.

"Bingung kenapa lo?" tanya Leon setelah menyelesaikan makannya.

"Bingung kenapa gue nggak jadi kipas angin aja biar nggak pusing kalo muter-muter," Leon mendelik, Emil memang tidak pernah serius.

"Gue nggak mau jadi kipas angin, apaan kerjaannya cuman muter-muter doang," ucap Fikran.

Asteria Oberon [ E N D ]Onde histórias criam vida. Descubra agora