P A R T 57 - Menjelang Keberangkatan

1.6K 155 29
                                    

morning 🤩

how's ur day gaiss? hehe sebelumnya aku mau ngucapin makasih buat yang udah baca cerita ini, buat yang udah setia nungguin aku update intinya terimakasih banyak❤

so, happy reading gais...

...

Hari ini tepat sebulan setelah kejadian Alka dan Sean yang berkelahi di kantin, kini mereka berdua sudah baikan karena di paksa oleh Fikran dan Emil.

Sedangkan Leon ia memilih netral, Leon tidak ingin memaksa dua orang tersebut untuk berbaikan, takutnya malah memperkeruh suasana dan menimbulkan perang dingin antar keduanya.

Mereka bertiga juga tidak mau bertanya lebih lanjut tentang masalah kemarin, itu privasi keduanya, mereka hanya menunggu keduanya siap bercerita, tugas mereka sekarang adalah memberi nasihat kepada Alka dan Sean yang masih terlihat canggung.

"Yon, Alka beneran nggak ada cerita apa-apa sama lo?" tanya Emil, kini mereka bertiga sedang duduk di kursi panjang depan kelas XI IPA-B, kebetulan lokasi ini sangat strategis karena menghadap lapangan langsung, hal itu membuat mereka lebih leluasa melihat aktivitas murid-murid Serpens yang sedang berolahraga.

Leon menggeleng, "nggak ada, kalo ada juga langsung gue ceritain sama kalian."

"Kenapa ya tu bocah bedua, nggak biasanya berantem sampai selama ini, biasanya sejam juga baikan lagi. Ini walaupun udah baikan tapi tetap aja gue ngerasa masih ada jarak di antara mereka berdua," timpal Fikran.

"Zee juga sekarang kelihatan berubah banget gue lihat-lihat, kaya vibesnya beda aja gitu, dia jadi kelihatan lebih dewasa menurut gue, apa karena penampilannya yang berubah, makanya aura dewasanya keluar?"

Fikran mengangguk tanda setuju dengan perkataan Emil, "iya, dia jadi lebih dingin sekarang, dulu soft, kalem, imut gitu ya, sekarang ekspresinya kaya 'senggol bacok' datar, flat banget."

"Cowok-cowok pada gencar banget deketin dia sekarang, kemarin siapa cowok yang nembak dia di kantin?"

"Si Fathan Yon, anak kelas XI IPA-B kalau nggak salah."

"Nah padahal Fathan lumayan anaknya, udah pinter, berprestasi, anak tunggal kaya raya lagi, tetap aja Zee nggak mau sama dia."

"Bukan masalah itunya sih Mil menurut gue, kalo bahas kekayaan mah ya pasti Fathan kalah, orang Zee lebih kaya dari dia, seisi sekolah juga Zee beli kalo dia mau,"

"Emang hubungan Alka sama Zee udahan apa belum sih, setau gue belum deh. Makanya Zee nggak mau nerima Fathan jadi pacarnya," lanjut Fikran.

"Kalo kata gue mah udahan sih kagak, tapi mereka udah kaya orang asing gitu, papasan aja yang satu menghindar yang satu putar balik," sahut Emil.

"Eh apaan tuh rame-rame, samperin kuy!" Emil mengajak kedua temannya untuk melihat kejadian dari koridor kelas X yang terletak di lantai satu.

Mereka bertiga menatap lapangan yang cukup ramai oleh sorakan siswa-siswi yang kebanyakan berasal dari kelas X dan XI.

"Terima!!! terima!!!" sorak beberapa murid SMA Serpens yang menyaksikan hal tersebut.

Zee menatap datar cowok di depannya yang sedang membawa cokelat dan bunga di tangannya.

"Kalo kamu nerima aku sebagai pacar kamu, kamu bisa ambil bunga ini, tapi kalo kamu nolak aku kamu bisa ambil cokelat ini," cowok itu menatap Zee dengan tatapan penuh harap.

Tanpa berfikir panjang Zee mengambil cokelat yang berada di tangan cowok itu.

"Thanks yaa, cokelatnya gue makan mubazir soalnya kalo lo buang!" Zee lalu berjalan menjauh membelah kerumunan sambil membuka bungkus cokelat itu.

Asteria Oberon [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang