P A R T 32 - Delman

1.1K 108 2
                                    

H A P P Y R E A D I N G ❤





"Key bangun, udah sampai..." Leon menepuk-nepuk pipi Key pelan.

Gadis itu membuka matanya dan menguceknya pelan.

"Oh, udah sampai ya?" gumamnya.

Key merenggangkan otot-ototnya kasar, "yang lain kemana?" tanya Key setelah kesadarannya sudah terkumpul.

Gadis itu menatap kearah Leon yang sedari tadi menatapnya, "kenapa natap gue kaya gitu, ada yang aneh yaa?"

"Gue ada beleknya ya?" Key refleks mengambil ponsel dan membuka kamera.

"Nggak ada kok," gumamnya.

Leon mengalihkan pandangannya, ketika Key kembali menatapnya dengan pandangan bertanya, "jadi yang lain pada kemana?" Key mengulang pertanyaannya.

"Yang lain udah pada turun 10 menit yang lalu," Leon menjawab santai.

Key mengangguk, "yaudah ayo," ajak Key.

"Kemana?" tanya Leon.

"Lo lucu deh. Ya, nyusul yang lain Leon, udah ayo!" Key menyeret cowok itu keluar dari dalam bus.

Ia menggandeng tangan cowok itu menuju Alka dan teman-temannya.

Kebetulan Key memang satu kelompok dengan mereka, karena dikelas ia tidak mempunyai teman selain Alka, Sean, Fikran, Emil, dan juga Leon.

Bukan karena Key tidak mau berteman dengan cewek-cewek XII IPA-A tapi karena mereka kurang suka dengan keberadaan dirinya sebagai murid baru yang dengan mudah akrab dengan Alka dan teman-temannya.

"Widih, udah nempel aja nih!"

Key tersenyum canggung pada Emil, "sorry, gue nggak bermaksud," ia dengan cepat melepas genggaman tangannya pada Leon.

"Santai aja Key, kita setuju-setuju aja kok kalo lo sama Leon. Apalagi lo deket sama Zee dan teman-temannya, udah nggak diragukan lagi kalo lo emang diciptakan untuk Leon,"

Key tersenyum paksa, "tapi gue nggak minat sama kulkas Ran," ucapnya jujur.

Emil dan Fikran terbahak, "jangan jujur-jujur amat kenapa sih Key, kan gue ngakak jadinya!"

"Ya tapi nggak apa-apa sih Ran, lebih baik jujur jujur dahulu, daripada bersakit-sakit kemudian," Emil menatap Fikran kemudian keduanya kembali tertawa.

"Bingung gue sebenarnya yang mereka ketawain apaan sih," Sean bergumam disamping Alka.

Alka tersenyum simpul, "dasar aneh! untung temen gue," ucapnya.

Emil memegangi perutnya, "udah-udah ah! gue capek nih," ia menggeplak kepala Fikran cukup keras.

Fikran mengusap-usap kepalanya, "capek sih capek tapi nggak usah ngegeplak kepala gue juga kali!" sinisnya.

"Lo kalo masih mau ketawa silahkan, tapi gue nggak jamin nama lo pada bakal masuk kelompok," Leon kemudian pergi meninggalkan Fikran dan Emil, diikuti oleh Key, Alka dan Sean.

Sedangkan dilain tempat Zee dan teman-temannya sedang mewawancarai seorang lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai Dokar disekitar pantai parangtritis.

"Kalau boleh tau penghasilan bapak perharinya berapa?" tanya Zee, kini mereka sedang duduk dipinggiran pantai.

"Tergantung mbak, nggak nentu setiap harinya, tapi alhamdulillah masih cukup buat makan dan kebutuhan sehari-hari," pak Mulya begitulah beliau disapa, beliau menjawab dengan logat khas Jawanya.

Asteria Oberon [ E N D ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن