Happy reading!
“jangan samakan gue dengan cowok lain. Yang lain mah, bad atittude. Kalo gue anaknya bunda Hilda”
—Arvian Nathan Adicandra
©apsaapena 2021
Agustus
Cuaca pagi ini terlihat cerah. Para muda mudi berlalu lalang untuk melakukan aktivitas mereka. Para pelajar, kembali di sibukan dengan tugas tugas yang para guru berikan.Seorang pemuda yang masih senantiasa membungkus badannya dengan selimut tebal. Sang bunda yang geram melihat tingkah anak kedua nya itu segera memasuki kamar si bungsu.
"NATHAN, BANGUN UDAH SIANG. MAU UANG JAJAN BUNDA POTONG." teriak wanita paruh baya itu didepan pintu sang anak.
"Eughh, brisik bun. Masih pagi malu sama tetangga." ujar dia dengan suara serak.
"MINTA DI HAJAR YA KAMU." teriaknya lagi.
Tanpa pikir panjang, bunda nya mendobrak pintu kamar sang anak. Si empu yang sedang tidur pun langsung terbangun kaget.
"Astaghfirullah, pintu kamar Nathan." pekik cowok itu histeris
"Cepet bangun. Udah ditunggu ayah sarapan." sang bunda menjewer telinga dia. Dia menjerit kesakitan.
"Aduh duh, iya bun. Nathan bangun. Ck gak berperikeanakan. Masa sama anak sendiri tega sih." ujarnya mempoutkan bibirnya.
Bunda nya sendiri heran. Kenapa tingkah anak nya berbeda sekali dengan mereka berdua yang notabe nya sebagai orang tua Arvian.
Dia Arvian. Arvian Nathan Adicandra. Cowok dengan penampilan bad namun berhati hello kitty. Anak kedua dari pasangan Bagus dan Hilda.
Memiliki satu kakak yang sudah berumah tangga.
"Kenapa sih ribut ribut?" tanya Bagus.
"Nih, yah. Masa bunda tega sih sama anaknya. Baru bangun main jewer aja. Nih yah liat telinga Nathan, merahkan." adu Arvian pada Bagus namun tidak digubris sama sekali.
Arvian mendengus kesal. Kenapa ia punya orang tua yang dingin dan super bawel. Seperti ayah dan bunda nya.
"Cepet sarapan. Nanti telat." tegas Bagus. Arvian mendengus kasar. Baru juga pukul 06:45, santai saja lah.
"Baru juga jam segini." guman Arvian.
Dari pada kesal sendiri, Arvian memilih menikmati sarapannya. Setelah selesai, Arvian pamit dan pergi ke sekolah.
Jangan heran kenapa Arvian dipanggil Nathan. Memang dari kecil mereka senang memanggilnya dengan Nathan. Begitupun Arvian, tanpa niat protes.
***
| SMA Negri 1 Bandung |
"Ck, nih guru cupu apa gimana. Baru juga jam 7 udah main tutup gerbang aja." decak Arvian.
Tanpa niat masuk ke sekolah, Arvian memutar motor sport nya dan menuju warjok.
"Mbok, nasi uduk nya sama teh anget." ujar Arvian sedikit berteriak saat sampai di depan warung.
"Telat lagi, nduk?" tanya mbok Warsih.
"Nggak lah mbok. Guru nya aja yang tutup gerbangnya kecepetan." jawab Arvian santai. Mbok Warsih hanya menggelengkan kepalanya.
"Mau sampai kapan telat terus, nduk. Nggak kasian bapak sama ibu kamu?"
"Yaa, Vian juga gak tau sih mbok. Tapi seneng aja gitu buat masalah hehe." tanpa rasa bersalah, Arvian hanya menikmati hidupnya. Menurutnya, mumpung masih muda banyakin kesenangan masa masa SMA.
YOU ARE READING
MY ASH LIFE [end]
Teen Fiction[𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 𝐒𝐄𝐃𝐀𝐍𝐆 𝐁𝐄𝐑𝐉𝐀𝐋𝐀𝐍] ⚠️𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮! ⚠️𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧! ⚠Note : Semua jalan cerita hasil pemikiran sendiri. Untuk visual tokoh hanya untuk...