43. Welcome to Class 12

19 9 0
                                    

Happy Reading!

Semenjak kejadian dimana Ana akan mengakhiri hidup nya, Arvian semakin posesif terhadap Ana. Seakan akan, Ana itu tahanan Arvian.

Pernah kemarin, saat akan menikmati waktu libur kenaikan kelas mereka berenam berencana liburan. Alby mengusulkan pergi ke puncak Bogor, namun Arvian menolak dan menentang nya dengan keras dengan alasan para cewek kelelahan di perjalanan.

Setelah perdepatan panjang itu, kini mereka tengah berunding untuk menikmati libur terakhir nya. Dua hari lagi mereka akan kembali melakukan aktivitas sekolah.

"Jadi mau kemana ini?" tanya Difa berulang kali.

"Gak usah pergi kemana mana." jawab Arvian tenang.

Semua mata menatap tajam Arvian, terlebih lagi Difa yang hanya menikmati libur nya dengan rebahan nya saja.

"Jangan mancing singa betina, Ian." bisik Alby.

"Mending BBQ di rumah gue aja ntar malam. Lagian mamah sendirian dirumah. Papah ada kerjaan di luar." sahut Arnold.

"Setuju." Dina menyetujui pendapat Arnold. Kapan lagi kan bisa makan gratis.

"Oke, kita bagi tugas. Dina sama Arnold beli bahan yang di butuhkan." saran Arvian.

"Dih, ngapain gue harus sama dia. Mending sama Difa." sinis Dina.

"Ya, daripada lo gak ngapa ngapain mending beli bahan sama Arnold."

"Ya tap—"

"Udah si, tinggal iyain aja susah." dengus Arnold.

"Nold, jangan lupa beli soda."

"Gak usah, di rumah masih banyak gak keminum."

Alby mengangguk. Langsung saja, Arnold menyeret Dina pergi ke supermarket membeli beberapa bahan.

Sedangkan yang lain langsung pergi ke rumah Arnold terlebih dahulu.

Sudah biasa bagi Alby dan Arvian yang selalu menganggap rumah Arnold menjadi seakan rumah milik nya.

Orang tua Arnold pun tidak mempermasalahkan nya, berhubung orang tua mereka berteman semenjak SMA, mereka sudah menganggap anak anak nya sebagai anak sendiri.

"Apa gpp, datang ke rumah orang, sedangkan Arnold aja belum datang?" tanya Difa.

"Tenang aja, udah biasa kok."

Kedatangan mereka di sambut senang oleh mamah nya Arnold. Bahkan saat melihat dua cewek itu, mamah nya Arnold langsung memboyong nya ke dapur.

"Tante senang, jadi merasa punya anak cewek." ujar Tari, mamah Arnold.

"Emang anak tante cuma Arnold doang?" tanya Difa.

"Iya, anak tante cuma Arnold. Susah punya anak cowok. Di suruh beli garam dapur aja nanti nanti terus. Main nya hp mulu, kayak ada pacar aja." dumel Tari.

Ana dan Difa terkekeh mendengar perkataan Tari. Andai Arnold dan teman teman nya dengar, pasti Arnold bakal di hujat habis habisan.

"MAAAHHH, ARNOLD PULANG."

Teriakan dari luar membuat Tari geram. Anak semata wayang nya itu kebiasaan, masuk rumah tidak salam terlebih dahulu.

Dina yang di samping Arnold langsung menjitak kepala dia. Selain telinga nya pengang karena teriakan Arnold, Dina juga jengah dengan tingkah Arnold kali ini.

"Ck, dari tadi lo main jitak mulu." desis Arnold.

"Masuk rumah salam dulu."

Mendapat tatapan datar dari orang yang di sukai, Arnold hanya mengguman tidak jelas.

MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now