29. Rahasia Arvian

40 27 6
                                    

"I know, she is bitch and i don't like."

-Arvian Nathan Adicandra

©apsaapena 2022
Februari


"Aelah, kayak gak pernah kasmaran aja lo bang."

Jawaban Arvian sontak membuat Fatih kesal bukan main. Cowok itu mendengus kesal. Jika terus terusan meladeni cowok tengil itu, pasti Fatih akan mati muda.

"Bunuh orang dosa gak sih?." guman Ana.

"Gak dosa kok, Yang. Dosa nya paling kalo ayang gak mau nikah sama 'aa. " gurau Arvian ketika mendengar gumanan Ana.

"Cih, dasar bucin." sinis Bintang.

"Diem, cil. Mending mabar sama gue yuk." ajak Arvian.

Mendengar ajakan Arvian, sontak saja Bintang dan Rafa langsung menempatkan posisi masing masing. Terdengar jelas bunyi game dari ponsel masing masing.

"Wah, cil. Gak nyangka gue ternyata lo semua pandai mabar." puji Arvian.

Tingkah Arvian benar benar ajaib. Mungkin karena keluarga Abraham dan Adicandra berteman dengan baik, mereka tidak canggung dengan posisi sekarang.

***

Niat nya mau langsung pulang. Namun, Bintang bocah epep itu melarang nya dan terus mengajak bermain.

Nia? Jangan tanyakan cewek itu sedang apa. Sedari tadi, Nia berusaha mengalihkan perhatian semua keluarga nya.

Awal nya keluarga besar Abraham bingung siapa gadis itu, namun setelah mendengar penjelasan Rizal mereka mengiyakan meski tidak suka dengan keberadaan gadis itu.

Terlebih lagi Fatih dan Bintang. Dua cowok itu selalu menatap tajam dan sinis ke arah Nia. Fatih dan Bintang pun marah ke Rizal sebab Ana harus pindah kamar nya. Padahal mereka tahu jelas bagaimana kondisi Kamar Ana.

Kini mereka tengah berkumpul di meja makan. Terlihat bahagia bukan. Tapi lain hal nya dengan Ana. Cewek itu hanya merespon nya dengan senyuman. Canggung? Tentu. Ana masih merasakan canggung saat berkumpul seperti ini.

"Kak Vian. Kakak sekelas sama Kak Ana ya?" tanya Nia dengan nada yang di lembut lembut kan.

"Hmm."

Arvian hanya berdehem menjawab pertanyaan Nia. Bintang yang melihay reaksi Nia pun rasa nya ingin tertawa. Namun dia tahan. Tidak baik tertawa di depan makanan.

Arvian sebenar nya menyadari gerak gerik Nia saat ini. Bahkan saat melihat wajah Nia pun Arvian sontak kaget. Bagaimana mungkin keluarga Abraham ada yang menjadi jalang. Selama ini, Arvian mendengar kabar keluarga Abraham tidak ada yang menjadi jalang.

Arvian kini mengerti. Mungkin saja keluarga Ana mengangkat dia sebagai anak nya. Pantas saja, waktu kemarin sekolah gempar dengan murid baru. Ternyata Nia.

Arvian tahu siapa Nia. Tentu saja. Pergaulan di Bandung tidak jauh dengan Jakarta. Waktu itu, tepat nya malam minggu Arvian di landa rasa kegabutan. Akhir nya Arvian memutuskan pergi ke klub malam.

Arvian tahu tempat itu dari Varel. Cowok playboy itu sering berkunjung ke tempat haram itu.

Arvian berangkat ke klub itu dengan mengajak Varel. Saat sampai di tempat itu, Arvian melihat banyak nya kerumunan manusia yang ekhem tidak pantas di sebut manusia.

Di tempat itulah, Arvian tidak sengaja melihat Nia yang dengan suka rela tubuh nya di jamah oleh pria hidung belang.

Melihat banyak nya aksi yang menurut Arvian tidak pantas di lakukan, cowok itu akhir nya berkenalan dengan salah satu bartander yang sedang beristirahat.

Sampai situlah Arvian sering keluar masuk klub. Tentu nya bukan buat mabok atau hal lain. Cowok itu sering mengajak kenalan nya main Catur.

Ya, hanya bermain catur. Tidak lebih. Awal nya orang tua Arvian kaget dengan kejujuran Arvian yang habis dari klub, tapi setelah mendengar penjelasan nya orang tua Arvian bernapas lega.

Saat itulah, Farhan-abang Arvian memukul Arvian saat mendengar adik nya itu sering masuk keluar klub. Namun, setelah mendengar penjelasan nya Farhan meminta maaf. Sempat terjadi perang dingin sebenarnya.

"Tan, makasih loh hidangan nya. Arvian jadi gak enak." ujar Arvian canggung.

"Ya, gpp. Oh iya, tolong sampaikan salam ya untuk Hilda." pinta Ratih.

"Oh, siap tan. Arvian bakal sampaikan kok ke Bunda."

"Haduuh, panggilan nya bunda. Jelas banget nih anak, anak bunda banget." ejek Fatih.

"Biarin, dari pada lo Mamih." ejek balik Arvian.

"Waah, nantangin nih bocah ingusan."

"Dih, situ lakik? Ayook gue jabanin."

Terjadi lah keributan di meja makan antara Fatih dan Arvian. Mereka yang melihat nya hanya geleng geleng kepala.

"Yang menang daper Rea." tantang Arvian.

Ana mendengar nama nya di sebut mendelikan mata nya tajam. Begitu pula dengan Fatih.

"Eh, Rea teh saha?" tanya Jennie.

"Ituu, Rea. Andreana. Ayaang nya Vian." jawab Arvian dengan wajah polos.

Senyum Ana tertahan melihat tingkah laku Arvian. Cowok tengik yang entah sampai kapan akan ikut campur di kehidupan nya.

"Diih, apaan. Adek gue di jadiin taruhan." sergah Fatih tak terima.

"OKEH, KALO GITU YANG KALAH TRAKTIR CILOK NYA PAK MAMET." tegas Arvian.

Fatih yang tidak tahu siapa Pak Mamet hanya mengangguki setuju. Dari pada adik nya jadi bahan taruhan. Kan gak mungkin.

"Okeh, tapi inget! Jangan coba coba untuk menjadikan Lili sebagai bahan taruhan." sinis Fatih.

Arvian menghela napas lelah. Bagaimana mungkin Arvian tega menjadikan milik nya sebagai taruhan.

"Ck, gue cowok gantle ya. Gak mungkin taruhan dengan yang nama nya cewek." sergah Arvian

'Yang ada masa depan gue hancur kalo bunda tahu gue jadiin anak orang taruhan.' lanjut Arvian dalam hati.

Semua tertawa. Tapi ada satu tatapan tak suka menghunus ke Ana. Arvian merasa ada yang menatap nya tidak suka. Lantas saja, Arvian langsung melirik nya.

'Next list. Lo Nia. Cewek yang polos tapi tidak dengan gue. Gue akan masukin lo ke daftar hitam gue.' ucap Arvian dalam hati.

Yaa, cowok itu seperti nya menurunkan sikap psikopath dari Bagus. Hanya saja baby face Arvian mampu menipu semua orang.


Tbc!!!

Sebenar nya ini udah melenceng jauh banget dari outline yang saya buat. but, it's okey. Siapa tau bakal pas sama alur berikut nya.

Terima kasih.

Vote dan komen!!

MY ASH LIFE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang