25. Hukuman Pertama

50 43 50
                                    


“Laki laki ganteng akan kalah sama Laki laki yang ganteng ilmu Agama nya.”

—Azeislamic
| Hijrah Aze Islamic |

©apsaapena 2021
Desember


Arvian menarik nafas nya dalam. Saat membaca ta'awud sampai beberapa ayat surah al baqarah masih lancar lancar saja. Namun, saat di pertengahan beberapa siswa termasuk diri nya di hentikan oleh Bu Rindu.

"Salah itu baca nya. Nun mati bertemu huruf jim di baca ikhfa samar samar.

wa iz faroqnaa bikumul-bahro fa angjainaakum wa aghroqnaaa aala fir'auna wa angtum tangzhuruun

Coba ulangi." titah bu Rindu.

Mereka mengangguk dan memulai nya ulang. Sampai di ayat akhir, mereka merasa lega. Arvian kini tahu hukuman nya akan seperti apa. Meski merasa lelah, Arvian tidak akan pernah absen untuk berbuat kenakalan di sekolah nya.

"Baiklah, jangan coba kalian ulangi kesalahan lagi ya." peringatan dari Bu Rindu di angguki oleh mereka.

Tidak dengan Arvian. Cowok itu yang kini memakai sarung serta songkok menjadi pandangan sendiri bagi para cewek yang ikut terlambat.

Ketampanan Arvian dua kali lipat dari sebelum nya. Bahkan dari mereka tidak segan segan memperhatikan rupa Arvian.

"Sekarang kalian boleh ke kelas. Dan untuk kamu Ana. Kamu jangan berteman sama anak baru deh. Soal nya nanti kamu malah tercap nakal." ibuh bu Rindu.

Arvian mencebik kesal. Bisa bisa nya dia mengompori pacar nya untuk tidak bergaul dengan nya.

"Ibh gak bisa gitu dong. Saya kan pacar nya." sungut Arvian.

"Gila," Ana langsung keluar masjid setelah berpamitan dengan bu Rindu.

Tanpa berpamitan, Arvian langsung keluar dan mengejar Ana. Yang di dalam masjid masih sama syok nya. Ana yang mereka kenal tidak pernah berdekatan dengan cowok dan tiba tiba ada seseorang yang mengklaim nya dia pacar nya.

Semua yang mendengar ucapan Arvian langsung menurunkan bahu nya. Seperti nya tidak ada lubang untuk bisa masuk ke dalam dunia Arvian. Lawan nya aja Ana. Belum sempat berjuang sudah di patahkan oleh kenyataan.

"AYAAANGGG TUNGGUIN AKU DONG." teriak Arvian di sepanjang jalan.

Ana rasa nya ingin menenggelamkan Arvian. Kenal saja tidak dan sekarang cowok itu dengan brengseng nya cowok itu mengklaim diri nya pacar nya.

"Brisik. Lo bisa diem gak sih." geram Ana.

Arvian lantas berhenti dan memandang Ana dengan polos. Dia mengangguk. Arvian sengaja memasang wajah polos supaya Ana dapat luluh dengan nya. Namun, pada dasar nya Ana sulit di cairkan cewek itu memandang anak baru dengan datar.

"Nah bagus, diem."

"Kok dari tadi panggil bokap gue sih." Arvian bingung, kenapa setiap orang selalu manggil nama ayah nya.

Ana menaikan alis nya. Dia melangkah pergi. Namun, belum sampai lima langkah, lengan Ana di tarik Arvian. Lantas Arvian langsung mengaitkan tangan nya pada leher Ana.

"Bareng."

Ana berusaha melepaskan kaitan itu. Namun, Arvian semakin mengeratkan nya.

***

Bel pulang sekolah berbunyi lebih awal karena di adakan rapat guru. Banyak yang menggunakan waktu senggang ini untuk kesempatan pergi jalan bareng. Seperti Arvian dkk.

Awal nya Ana menolak, namun karena ancaman Arvian, Ana akhir nya ikut pergi. Dan jangan lupakan si kembar.

Dina dan Difa, mereka juga tidak menyiakan kesempatan waktu nya untuk menyegarkan otak. Mereka menyetujui ajakan Alby.

"Btw, kita mau kemana nih?" tanya Dina.

Cewek  tomboy dengan kuncir kuda itu tengah menikmati permen karet nya. Sedangkan sang kembaran tengah merapikan poni nya sambil mengaca di cermin kecil yang selalu ia bawa.

"Jangan bilang baru kepikiran." celetuk Difa, Alby mendengus. "Nama nya juga dadakan ya baru pikirin mau kemana lah,"

"Yah, kirain udah dari kemaren."

"Gimana kalo ke Dufan," saran Difa.

"Gue rasa, itu terlalu biasa deh. Coba cari tempat lain. Kalo bisa yang banyak spot foto di kalangan remaja." saran Dina.

"Yang agak estetik bukan sih?" tanya Arnold.

"Hm, kan sekarang trending banget tuh tempat tempat yang estetik." jawab Dina.

Arvian mengangguk membenarkan. Ana sendiri sedang membaca novel nya yang ia bawa dari apartemen nya.

"Kota tua aja gimana?" tanya Alby.

"Jangan deh keramaian. Lagian jarang ke kota tua kan makan banyak waktu." tolak Difa.

"Borobudur sekalian," decak Alby.

"Borobudur kejauhan jamet. Yang ada libur semester kita ke sana nya." geram Arnold.

"Panti Asuhan aja gimana." saran Arvian.

"Hah, panti asuhan. Mau ngapain kesana ngab."

"Ya gpp lah. Kali kali silatuhrahmi sama anak anak di sana. Biar kita tahu kehidupan di luar sana." jelas nya.

"Setuju,"

Arvian memekik girang. Di saat otak teman nya lola, ternyata ucapan setuju dari Ana berdampak sangat buruk bagi jantung nya. Anggap saja Arvian lebay, bucin overdosis.

"Panti asuhan mana, Ian?" celetuk Arnold.

"Panti Asuhan kasih Bunda." jawab Arvian.

Setelah menyepakati, mereka bergegas menuju panti asuhan kasih bunda. Entah kebetulan atau bagaimana, mereka saling berboncengan.

Ana yang berangkat dengan Arvian pun kembali berbonceng dengan Arvian. Sedangkan Dina dan Difa mereka dengan Arnold dan Alby.

Sebelum sampai di panti, mereka sempat berhenti di salah satu supermarket dan membeli banyak jajan untuk di bagikan ke anak yang ada di panti.

Lokasi panti cukup strategis menurut penjelasan Arvian. Cowok itu pernah mengunjungi panti itu dengan keluarga nya.

Itulah mengapa Arvian memutuskan pergi ke panti. Selain menjalin silatuhrahmi, Arvian bisa memotret aktivitas anak di sana.


Tbc!!

Terima kasih telah mengikuti cerita karangan saya💙.
Jangan lupa vote dan komen!

Kiss jauh dari saa💞

MY ASH LIFE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang