23. Kakel Songong

50 37 9
                                    

“Jangan cuma akal yang di sekolahkan, mulut lo juga perlu. Biar kalo ngomong gak butuh filter instagram”

-Arvian Candra-

©apsaapena 2021
Desember

Arvian mengacak rambut nya frustasi. Dia tidak terbiasa dengan soal soal yang begitu banyak angka nya. Padahal nanti nya Arvian yang akan memegang perusahaan milik ayah nya. Namun, jika dipegang Arvian yang ada perusahaan itu akan kacau.

Bertemu dengan huruf X dan Y saja sudah membuat dia pusing tujuh keliling, sekarang malah dia masuk kelas IPA. Arvian menyesal kenapa dulu tidak ambil IPS.

"Sabar bro, bukan cuma lo yang pusing dengan materi tadi. Kita juga sama." ujar Nathan, si ketua kelas.

"Yaa, lo sih mending bisa paham. Sedangkan gue? Pikiran gue cuma fotografer doang." teriak Arvian prustasi. Nathan terkekeh. Diri nya juga sama prustasi dengan materi tadi.

Namun, berbeda dengan Ana. Cewek itu nampak nya sangat menikmati semua materi yang pak slamet kasih.

"Udah deh, sekarang gue mau ke kantin. Ikut gak lo." ajak Arvian, Nathan mengangguk.

Sampai nya di kantin, Arvian di suguhkan dengan lautan manusia. Tempat itu penuh. Untung saja, Alby sangat pandai mencari tempat. Akhirnya Arvian dan Nathan menghampiri meja Alby.

"Kenapa muka lo kusam gitu, Ian?" tanya Alby.

Wajah songong Alby membuat Arvian geram. Lantas dia tidak menjawab pertanyaan unfaefah Alby.

"Udah, mending lo pesen makanan mood dia. Kasian gue liat nya." timpal Nathan.

"Siipp, gue pesen cilok dulu. Lo nitip gak Nath?" tanya Alby, Nathan mengangguk.

Langsung saja, Alby mengantri di warung pak Mamet. Tidak lama kemudian, pesenan yang Alby pesan datang. Mereka menikmati nya penuh canda tawa.

Lima belas menit berlalu, waktu istirahat telah usai. Namun, bukan Arvian nama nya yang suka mengulur  waktu. Cowok itu dan dua sahabat sejoli nya masih nangkring cantik di bangku kantin. Nathan? Cowok yang selalu tepat waktu itu memilih pergi ke kelas terlebih dahulu.

"Kayak nya enak nih, gue ngasih kerjaan sama guru BK." ujar Arvian.

"Gue ingetin nih, mending jangan deh. Yang ada lo bakal pusing." tutur Alby, Arvian menengok ke arah nya, "kenapa?"

"Lo gabakal kuat. Mungkin guru BK di sekolah lama lo bakal kasih hukuman bersih bersih." ujar Alby,

"Hooh bener. Tapi kalo bu Rindu, lo pasti bakal nangis. Hukuman bu Rindu gak nanggung nanggung." timpal Arnold.

"Yaudah, cepet kasih tau." decak Arvian.

"LO BAKAL DI HUKUM BACA SURAH YASIN SAMA AL BAQARAH." tekan Alby dan Arnold bersama.

Ucapan mereka berdua membuat Arvian kaget bukan main.

"Ya allah, gak jadi deh gue. Denger aja langsung pingsan." ujar Arvian lemas.

Pupus sudah harapan Arvian memberi kerjaan pada guru BK. Namun, tidak ada salah nya kan jika di coba.

"Udahlah Ian, nyerah aja kalo mau ngerjain tuh bu Rindu."

"Iya bener. Ehh tapi kita juga langganan bu Rindu sih hehe."

"Bener kata Alby, rasa nya tuh kalo gak masuk BK kaya lauk tanpa garam sama micin. Hambar haha."

"Yaiyalah, kuy lah kelas. Kayak nya tuh guru udah masuk." ajak Arvian.

Mereka bertiga bangkit dan berjalan menuju kelas. Karena kantin melewati perpustakaan, Arvian bisa melihat si doi yang ada di perpustakaan.

Namun, bukan itu yang dia lihat sekarang. Arvian nampak nya marah melihat mereka yang berani mengganggu milik nya.

Bentar, milik nya. Sejak kapan Arvian menklaim seseorang menjadi milik nya. Itu hanya halusinasi belaka.

"Gak usah sok jual mahal deh lo."

Ucapan salah satu cowok terdengar jelas di telinga Arvian, bukan cuma Arvian. Arnold dan Alby juga mendengar nya dengan jelas.

Arnold dan Alby menatap kakak kelas itu jengah. Bahkan sudah berapa kali mereka menghajar kakak kelas itu dan berakhir di BK.

"Cih, cowok doang mulut kaya cabe." sarkas Arvian.

Ketiga kakak kelas itu langsung menengok ke arah Arvian. Salah satu dari mereka maju ke arah Arvian dan langsung menarik kerah Arvian.

"Lo," tunjuk nya "lo murid baru tau apa hah. Baru juga sehari sekolah disini udah belagu." lanjut nya lalu memukul Arvian.

Kepala Arvian menoleh ke arah belakang. Tanpa aba aba, Arvian membalas pukulan itu. Terjadi lah mereka yang saling baku hantam.

Ana. Yaa cewek yang di ganggu cowok kakel tadi Ana. Cewek itu mundur ke belakang saat melihat mereka bertengkar.

Bugh

Bugh

"Lo, lo jadi kakak kelas harus nya bisa buat contoh. Cih. Mending lo pulang aja ganti tuh celana sama daster mak lo." sinis Alby,

"Gue udah pernah ingetin lo. Jangan mentang mentang orang tua lo juga donatur di sekolah ini, sikap lo semena mena." cerca Arnold.

"Kalo gue murid baru kenapa hah. Lo pikir, dengan kedudukan lo sebagai senior, gue takut gitu." ujar Arvian datar.

"Bahkan, gue bisa aja nyuruh bokap gue buat mutusin kerja sama nya sama perusahaan bokap lo." lanjut Arvian mengancam.

Arvian hendak memukul kembali kakak kelas itu, namun pekikan dari bu Rindu menghentikan aksi memukul mereka.

"STOOPPP, KALIAN INI BISA BERHENTI GAK." teriak bu Rindu.

Arvian menjatuhkan lawan nya begitu saja. Dia mengusap peluh keringat nya. Sebelum bu Rindu kembali berteriak, Arvian lebih dahulu menyela ucapan bu Rindu.

"Bu, ibu bisa ngajarin mulut sekolah gak?" tanya Arvian to the point.

Awalnya bu Rindu bingung dengan ucapan Arvian, begitu pula yang berada di sekitar nya.

"Kalo ibu berhasil buat nih mulut cowok ini," tunjuk Arvian pada kakel songong nya itu. "Vian bakal suruh ayah Vian buat naikin gajih ibu," lanjut nya.

Ketiga kakel itu bingung. Maksud yang Arvian ucapkan.

"Arvian, saya tau kamu murid baru. Jadi ibu mohon kerja sama nya, jangan buat rusuh di sekolah ini." pinta bu Rindu,

"Ibu sudah dengar rumor tentang saya kan, lagian gpp lah bu. Orang ini sekolah milik ayah Arvian," ujar Arvian santai.

Lantas kakak kelas tadi melongo. Salah satu dari mereka tidak terima.

"Lo jangan ngaku ngaku deh kalo lo anak nya pak Bagus Adicandra." sinis dia.

"Lo kira gue bohong, kenalin nama gue, Arvian Nathan Adicandra." lantang Arvian. Dia menodohkan tangan nya untuk bersalaman dengan kakel itu.

"Benar apa yang dikatakan Arvian, dia putra dari bapak Bagus." jelas bu Rindu.

"Arvian pamit dulu, bu. Kasian ayang Rea kelihatan nya ketakuan liat tadi. Bay bay bu Rindu. Jangan rindu ya, rindu itu samar, gak bakal keliat." ujar Arvian melalang begitu saja.

Bu Rindu mengelus dada nya pelan. Seperti nya, dia harus menambah stok kesabaran nya menghadapi murid badung seperti Arvian, terlebih lagi mereka sudah menjadi klop. Triple A kayaknya akan menjadi langganan tetap.

"Sekarang, kalian ikut ibu. Hukuman kalian akan ibu tambah. Kalian harus ngehafalin doa qunut." titah bu Rindu.

Mereka hanya mengangguk pasrah. Mungkin dari sekarang mereka tidak akan mencari masalah lagi dengan cewek tadi dan berakhir berurusan dengan penerus Adicandra Group.


Tbc!!
Jangan lupa voment!!
Up 7 part sekaligus, biar cepet khatam😁.

See you next part ʕʘ̅͜ʘ̅ʔ

MY ASH LIFE [end]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα